05_Rumah

756 88 0
                                    

"Kamu itu harusnya bisa jaga diri dari bisikan setan yang seperti Rizwan itu, Azura."

_Kacamata Mertua_

Sesuai apa yang gue bilang sama Pak Rama, malem ini gue cepet-cepet jalan ke rumahnya setelah minta alamat dari Alika. Gue kira Pak Rama enggak se-sultan itu, tapi ternyata perkiraan gue salah besar.

Buktinya, di depan mata gue sekarang rumah orang tua Pak Rama itu guedee banget. Warnanya juga bikin mata adem liatnya, dan gue suka. Eh, enggak ada yang mau tahu, hehe.

"Assalaamualaikum, Pak, saya mau ketemu sama Pak Rama." Gue nongolin kepada satpam yang berjaga di pos.

"Waalaikumussalam, silahkan masuk, Neng." Pak satpam buka gerbang yang kecil supaya gue bisa masuk.

"Terima kasih, Pak." Gue lajuin motor setelah ngucapin makasih. "Enggak nyangka gue kalau rumahnya segede ini," gue bergumam sambil terus terpukau sama bangunan di depan rumah gue.

Setelah puas kagumin rumah di depan, gue mulai melangkah buat pencet bel rumah. Dan enggak lama satu pekerja bukain pintu.

Wow, banget pokoknya! Soalnya bukan dari luar aja yang enak diliat, tapi di dalemnya juga ademm banget, apalagi warna catnya lebih dominan putih dan juga ada yang pake wallpaper dinding gambar bunga dengan warna pastel. Kerennn pokoknya.

"Teh Azura!"

Panggilan Alika yang kenceng sampe bergema di rumah gede itu, bahkan liatin Alika turun tangga itu bosenn banget, soalnya tangganya lumayan jauh dan panjang.

Maklumlah, kalau orang ndeso masuk ke dalam istana orang sultan pasti katrok bawaannya. "Alika, Pak Rama dimana?" Gue langsung tanya setelah Alika berdiri dengan cengirannya.

"Abang ada di atas, ayok Alika anter Teteh ke ruangannya Abang." Tanpa nunggu balesan gue, Alika langsung narik tangan gue buat ikutin langkah dia.

Naik tangga di rumah orang tua Pak Rama itu bikin gue ngos-ngosan sekaligus berdecak kagum. "Alika, kamu cuma sama Pak Rama aja, ya?" tanya gue penasaran.

Alika ngangguk, "Iya, Teh. Abi sama Umi lagi diluar negeri, mereka lagi ada kepentingan di sana."

"Oh, enak ya rumah orang tua kalian, gede dan nyaman juga." Gue senyum waktu Alika lirik ke belakang.

Akhirnya setelah lelah naik tangga, gue dan Alika pun sampe di atas. "Maksud Teteh?" Alika tanya gue yang cengo liat lantai bawah dari lantai dua ini.

Gue natap Alika, "Rumah orang tua kamu nyaman banget," gue ucapin kata sebelumnya.

Alika ketawa kecil, bikin dimple di pipi kanannya keliatan. Gue juga punya dimple, tapi sebelah kiri. Hehe.

"Kok ketawa kamu? Emangnya ada yang lucu, ya?" Gue tanya Alika yang masih tertawa entah karena apa. Apakah menurut lo semua perkataan gue mengandung unsur ke-Sulean? Maksudnya lucu, gitu.

"Teteh enggak lihat nama di dinding deket gerbang, ya?" tanya Alika buat gue yang punya otak gsm pun mengernyit.

"Harus banget?"

"Harus, Teh." Alika dan gue pun lanjutin langkah menuju ruangan Pak Rama.

"Kalau Teteh baca, di dinding itu tertulis nama Muhammad Ramadan Aldebaran. Ini rumah Abang, dia beli pake uangnya sendiri. Katanya, rumah masa depannya nanti sama keluarga kecil dia."

𝙼𝙰𝙽𝚃𝚄-𝙰𝚋𝚕𝚎✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang