12_Bukan Caper

656 75 0
                                    

"Sayang, dia siapa?"

_Kacamata Mertua_

Gue masih melihat Rista yang lemah di brankar rumah sakit. Entah kapan sahabat gue itu bisa siuman, gue bener-bener rindu sama dia. Darista, gue rindu sama lo.

Gue rindu kita jalan berdua.

Gue rindu kita makan sate pinggir jalan berdua.

Gue rindu kita nonton drakor sampe nangis bombay berdua.

Gue rindu semua tentang kita, Rista. Cepet bangun ya sahabat gue.

Gue nengok pas seseorang usap lembut bahu kanan gue, dia Chan. "Lo jangan sedih, Ra. Gue yakin, Tuhan pasti kabulin doa lo untuk buat Rista kembali bertahan."

Gue ngangguk, air mata ini enggak pernah mau absen tiap liat tubuh kurus Rista namun janin di perutnya terus tumbuh dengan sehat. Gue yakin, janin itu adalah sosok yang paling menguatkan Rista.

Rista... gue janji, kita bakalan urus bayi itu berdua, ya.

"Kita pulang, ya. Udah sore," kata Chan.

"Ah, gue enggak sadar udah sore. Kuy balik."

Gue dan Chan pun pergi dari ruangan Rista, tapi kita harus berpisah di parkiran. Chan bawa motor, tapi dia harus cepet-cepet ke toko laundry sementara gue mau pulang ke rumah.

Alhasil, gue nunggu pesanan go-jek aja. Tapi, satu mobil berhenti di depan gue.

Siapa?

"Azura?"

Deg

Satu pria dewasa turun dari mobil dan ngehampirin gue yang bengong bego. Gue enggak salah liat, 'kan? Dia... dia obat dari segala kerinduan gue selama ini. Dia... Pak Rama ada di depan gue dengan kemeja yang dilipat sampe sikut.

Ya Allah, akhirnya rindu tak beralasan ini mendapatkan obatnya.

Baru aja gue mau ngomong, kaca mobil di belakang Pak Rama kebuka dan memperlihatkan satu cewek cantik dengan rambut tergerai diombre-ombre begitu. Dia.. model cantik papan atas itu. Sophia Widyatama.

"Sayang, dia siapa?"

Deg

Sayang?

Ha. Ha.

"Ini mahasiswi aku, Phi."

Gue senyum sopan, terus ngangguk pelan. "Selamat sore, Bu."

Mbak Sophia yang jelita itu senyum maniss banget, "Sore... siapa?" Beliau tanya sama Pak Rama.

"Azura."

"Ah, selamat sore juga Azura."

"Iy--"

"Kamu putrinya Ayesha, bukan?"

Suara dari kursi belakang buat gue noleh. Disana ada wanita paruh baya yang masih cantik, dan gue tahu dia siapa. "Benar, Umi."

𝙼𝙰𝙽𝚃𝚄-𝙰𝚋𝚕𝚎✔Where stories live. Discover now