14_Regret

629 75 0
                                    

"Gue gila karena lo, Azura."

_Kacamata Mertua_

Pagi-pagi banget, gue udah siap-siap untuk menuju kampus. Sebenernya enggak ada masalah atau kerjaan yang mendesak, tapi perintah Pak Gunawan buat bantuin beliau untuk mengetik beberapa pekerjaan. Yah, you know lah.

"Teteh, sepagi ini mau berangkat ke kampus?" tanya Emak sembari membawa ember berisi pakaian yang harus dijemur.

"Iya, tapi bukan apa-apa kok, Mak," jawab gue membantu beliau untuk mengangkat pakaian itu.

"Mau apa, atuh?"

"Pak Gunawan itu dosen aku, Mak, dan aku ditunjuk beliau untuk menjadi asisten dosennya. Nah, hari ini beliau minta Azura buat bantu-bantu," jawab gue tepat sampai di samping besi jemuran.

Emak ngangguk, "Oh, yasudah sok berangkat sekarang, ya." Emak nyodorin tangannya untuk salim.

(Silahkan)

"Assalaamualaikum," ucap gue sebelum pergi ninggalin Emak.

"Waalaikumussalam, Teteh."

_Kacamata Mertua_

Gue waktu sampai di kampus langsung ke ruangan Pak Gunawan. Tapi di tengah jalan, gue liat Rizwan lagi duduk di taman kampus sendirian.

Samperin enggak, ya? Yaudah deh gue samperin aja. Siapa tahu dia lupa gue, 'kan?

"Riz," panggil gue waktu gue udah berdiri di belakangnya.

Rizwan noleh, tapi dia bener-bener buat gue terkejut. Penampilannya yang lusuh, serta mata yang merah itu buat gue merinding seketika. Hey! Di jam enam pagi, siapa yang mau kuliah, heh? Enggak ada kali, ya?

Sebenernya gue takut nyamperin dia, alhasil gue secepat kilat langsung lari aja ke arah yang gue liat aja. Dan bodohnya gue, gue kejebak di jalan buntu.

Rizwan, dia ternyata ikutin gue sampe ke sini dan seringaian itu muncul di bibirnya. Ya Allah, apa yang akan terjadi denganku kali ini? Aku yakin, Kau akan memberikan pertolongan kepada umatmu ini. Aamiin.

"Mau kemana, Sayang?" Rizwan mabuk!

Dia mabuk di sekitaran kampus?! What?

"Jangan deketin gue, Rizwan," kata gue masih dengan suara rendah.

Rizwan terkekeh horor, "Kamu yang buat aku kayak begini, Sayang," tunjuknya dengan botol minuman di tangan kanan. "Kamu yang hancurin hidup aku. KAMU!"

Gue meluk diri sendiri seraya nutup mata gue. Gue takut, demi apapun gue takut di situasi sekarang. Ya Allah, kirimkan bala bantuan untukku.

Perlahan gue buka mata, dan Rizwan lagi neguk minuman kerasnya. Setan mana yang merasuki Rizwan hingga menjadikannya seperti sekarang? Dengan tangan gemetar, gue keluarin ponsel dan cari nomor Pak Rama untuk gue telpon.

Mumpung Rizwan belum sadar.

"Kamu!" Rizwan nunjuk gue, dan hal itu berhasil buat gue jatuhin ponsel gue.

Kayaknya Rizwan enggak peduli, gue liat ke bawah dan syukurlah kalau layarnya menghadap ke bawah. "Kenapa karena gue?"

Meskipun ketakutan setengah mati, gue tetep bertanya sama dia. "Apa salah gue, Wan?"

𝙼𝙰𝙽𝚃𝚄-𝙰𝚋𝚕𝚎✔Where stories live. Discover now