04_Testpack

898 79 0
                                    

"Mbak, saya beli tespack tiga, ya."

_Kacamata Mertua_

Gue udah tiba di kampus jam sembilan, karena kebetulan jadwal pertama nunjukkin jam sembilan. Ini baru awal masuk, jadi enggak terlalu banyak kegiatan belajar yang bakalan dilakuin. Paling cuma beberapa kegiatan di kelas aja.

Oh iya, soal kemaren gue maluuu banget. Emak emang orang tua paling tega sama anaknya. Dia kenapa pake ngomong bendera jepang depan Pak Rama? Kalau cuma depan Abi sama Alika sih teu nanaon. Lah ini? Jodoh orang juga nyempil di sana woey.

(Enggak apa-apa)

Gue detik itu juga pengen ngilang aja! Malu banget, an--astagfirullah. Gue berdoa supaya enggak dipertemukan sama Pak Rama. Doi, 'kan jodoh orang, jadi enggak keberatan kalau enggak meet again.

"Ra,"

Panggilan dari Rista buat gue berhentiin langkah kaki jenjang gue. Noleh ke belakang, ternyata Rista bareng sama Rizwan. Enggak masalah, soalnya mereka emang deket bahkan sebelum gue kenal keduanya.

Oh iya, outfit pagi itu gue pake celana kain katun warna mocca dipadu sama baju putih panjang selutut, dan tentunya kerudung segiempat mocca juga. Cantik dan simple, 'kan?

"Hai, Ta. Hai Rizwan." Gue senyum selebar mungkin waktu Rizwan jalan deketin gue.

"Hai, sayang." Rizwan usap kepala gue yang ditutupi kain mocca itu. "Happy anniversary, By."

Gue senyum lebar waktu dia ucapin hal itu. Gue bahkan lupa kalau hari ini hari jadi gue sama Rizwan. Aish, Rizwan emang enggak pernah lupa sama hari jadi kita. Dan ini adalah hari jadi gue sama Rizwan yang ke-2 tahunnya.

Lama, 'kan? Lama-lah buat hubungan cinta pertama cem gue sama Rizwan. Hehe.

"Terima kasih, sayang." Gue tersenyum lebar sambil pegangin lengan dia yang tertutup jaket hoodie-nya.

"Mawar cantik putih buat gadis cantik yang udah isi hidup aku selama dua tahun ini. Selamat hari jadi kita, sayang."

Gue udah nahan napas waktu Rizwan nyodorin bunga depan muka gue. Meskipun gue masih senyum, tapi enggak nampik kalau sebenernya gue udah gatel banget.

"Ma--makasih, ya." Gue ambil bunga mawar putih itu pelan-pelan. Selain karena alergi sama bunga, gue juga takut duri bunga itu nusuk jari gue.

"Kenapa?" tanya Rista waktu tangan gue gemeter ambil bunganya.

Gue sebenernya ngerasa bersalah kalau harus lakuin hal begini. Tapi mau gimana lagi? Gue enggak mau menderita cuma karena alergi gue terhadap bunga.

"Buat lo, ya."

Gue tampilin senyum manis lagi meskipun dalem hati gue meringis, apalagi liat raut Rizwan yang keliatan kecewa. Tapi Rizwan tampilin senyumnya lagi, dan dia nyodorin sebatang coklat dengan komposisi peanut di dalemnya.

"Terima, ya." Rizwan bener-bener berharap gue terima coklatnya.

Dan dengan senyum manis gue pun ambil coklat pemberian Rizwan. "Terima kasih, By."

𝙼𝙰𝙽𝚃𝚄-𝙰𝚋𝚕𝚎✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz