[]Part 18[]

395 61 5
                                    

Reva menumpukan dagunya pada lipatan tangan yang bertumpu pada meja di kelasnya. Jempol kanannya terus bergerak menggulir beranda intagram pada ponsel yang berada tepat di depan matanya. Tatapan mata Reva terlihat lesu, seperti orang yang tak ada semangat hidup sama sekali.

Beberapa detik kemudian, Reva menguap. Dirinya merasa sangat ngantuk sekarang. Seharusnya Reva sudah pulang ke rumah sejak tadi. Namun, karna Nathan yang harus mengerjakan latihan soal bersama Elvin untuk persiapan lomba, membuat Reva mau tak mau mengikuti pemuda itu untuk berada di sekolah lebih lama lagi. Sebenarnya Reva sudah merengek dan memaksa Nathan untuk membiarkannya pulang sendiri, namun dengan tegas Nathan tak mengizinkannya. Alhasil, Reva hanya bisa menurut karna ia diancam akan diberikan 100 soal fisika lagi. Ayolah, soal yang kemarin saja ia baru menyelesaikan setengahnya.

Reva mengangkat kepalanya, menegakan tubuhnya lalu ia meregangkan otot-otot tangannya. Berusaha menghilangkan rasa kantuknya itu.

'Tuk'

Reva memegang kepala bagian belakangnya saat dirinya merasa ada sesuatu yang terlempar kesana. Tatapannya turun ke bawah saat ia melihat sebuah bola kertas terjatuh tepat di samping kakinya. Reva memutar bola matanya, kemudian gadis itu mengambil bola kertas itu. Berbalik ke belakang dan dengan segera ia melempar kertas itu ke arah Nathan yang sedang menatapnya seraya menjulurkan lidah. Hal, yang paling Reva benci.

Nathan yang sadar ada sesuatu yang akan datang padanya, segera menghindar. Membuat bola kertas tak jadi menghantam wajahnya. Nathan tertawa mengejek, membuat Reva menatapnya tajam. Selalu saja seperti ini, yah, Nathan selalu mampu membuat Reva naik darah.

Nathan tertawa saat melihat raut Reva. Dirinya kemudian kembali mengambil kertas tak terpakai dan menjadikannya bola. Pemuda itu mengarahkan bola kertasnya pada Reva, setelah dirasa arahnya akan sempurna, Nathan segera melempar bola kertas itu. Dan yes! Kena. Nathan kembali tertawa, entah apa yang dipikirkan Reva hingga gadis itu sama sekali tak menghindari lemparananya.

Elvin yang sejak tadi fokus dengan rumus rumusnya tiba-tiba berhenti saat mendengar tawa Nathan. Dirinya kemudian sedikit menengok ke belakang, melihat sosok Reva yang menyorot Nathan penuh dendam. Namun, baginya raut Reva itu terlihat menggemaskan. Tak ada seram-seramnya. Hal itu membuat Elvin mengulum bibirnya.

"NATHAN! BISA GAK SIH LO DIEM?!"

Mendengar teriakan Reva itu, Nathan malah semakin melunjak. Dirinya kembali menjulurkan lidahnya mengejek Reva. "Gue diem, kok, Re. Gak lari-lari. Bahkan, jalan aja enggak," ujarnya.

Reva memutar bola matanya, dirinya memilih kembali berbalik. Mengabaikan Nathan dan malah memainkan ponselnya.

Nathan tersenyum miring. Dirinya bangkit dari duduknya, berjalan pelan ke arah Reva. Saat sudah berada di dekat gadis itu, Nathan segera merebut ponsel Reva. Membuat Reva terjengkit kaget dan langsung menyorot Nathan garang.

Nathan tak memperdulikan Reva, pemuda itu kini menatap ponsel Reva, lalu tawa kecil menyebalkan keluar dari mulut pemuda itu. "Apa nih mainan sim-simi? Sebegitu kesepiannya lo, Re?"

Reva bengkit dari duduknya, tangannya terangkat, berusaha mengambil ponselnya dari Nathan. Wajahnya sedikit memerah sekarang, ia punya rahasia dengan makhluk bulat kecil kuning itu. Namun, jangan harap Nathan mau memberikannya, karna pemuda itu malah menjauh saat Reva berusaha menjangkaunya.

"Simi, menurut kamu ada gak yah cowo keren, baik, pinter, penyayang, perhatian, dan berduit di dunia ini?" tanya Nathan menggoda Reva. Dia menirukan pesan yang dikirim Reva pada aplikasi itu.

Reva semakin memerah. Gawat, jangan sampai Nathan membacakan semua pesannya. Disini ada orang lain, bahaya. Harga diri Reva terancam kalau seperti ini.

HAMA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang