[]Part 16[]

431 61 6
                                    

Bagi seorang pemuda yang kini tengah meneguk segelas air mineral di depan dispenser, ini adalah hari minggu yang menyenangkan. Dirinya baru saja pulang sehabis melalukan olah raga ringan di sekitaran rumahnya.

Setelah menghabiskan dua gelas air putih, pemuda itu berjalan meninggalkan dapur. Melangkah pelan ke arah ruang keluarga, guna mengistirahatkan dirinya disana.

Nathan, pemuda itu memincingkan matanya saat melihat sosok adik menggemaskannya tengah memaikai sepatu dengan pakaian super rapi dan juga wangi.

Nathan berjalan mengendap-endap ke arah Reva, menyelinap ke belakang gadis itu dan saat sudah dekat ia menepuk kencang kedua bahu gadis itu.

"DOR!"

"ASTAGFIRULLAHHALAZIM!"

Tawa Nathan terdengar saat Reva berhasil mengeluarkan istigfar kagetnya. Reva melirik ke belakangnya, memberikan tatapan sinis pada Nathan yang masih saja mengeluarkan tawanya.

Beberapa saat seperti itu, hingga Nathan memilih meloncati kursi dan duduk di sebelah Reva. Nathan menunduk, mengambil satu sneakers putih Reva yang masih belum Reva pakai.

Nathan memutar-mutar sepatu itu, setelahnya dia memperhatikannya. Melihat-lihat seakan dia sedang meneliti sebuah benda langka yang tiba-tiba jatuh ke bumi. Tentu saja hal itu tak luput dari pandangan Reva yang menatapnya ganas. Siap untuk mererubut sepatu berharganya dari tangan Nathan.

Namun, sebelum itu terjadi, Nathan lebih dulu bergerak, pindah ke kursi lain yang berada di seberang Reva.

Nathan tersenyum culas saat matanya menemukan sebuah spidol merah yang tergeletak di sampingnya. Dengan cepat Nathan mengambil spodol itu, membukanya dan menggunakan spidol itu untuk melakukan aksi pamungkasnya terhadap sepatu tak berdosa milik Reva.

Wajah Reva memerah, bibirnya terkatup rapat dengan tatapan tajam yang menghujam Nathan. Hal itu membuat Nathan balas menatap Reva. Menjulurkan lidahnya seakan mengejek gadis itu.

Nathan mengangkat sepatu Reva, memperlihatkannya pada gadis itu. "Tanda tangan mahal gue udah  sepatu lo miliki. Berbahagialah adik manis," ujarnya seraya melempar pelan sepatu Reva ke arahnya.

Habis sudah! Habis sudah kesabaran suci milik Andara Reva. Reva bangkit kasar, tatapan tajamnya tetap ia arahkan ke arah Nathan yang malah mengukir senyum mengejek ke arahnya.

Reva siap, sangat siap untuk menganiaya Nathan. Dengan segenap jiwa bar-barnya, Reva melempar sepatunya yang bertanda tangan Nathan ke arah kepala pemuda itu. Disusul dengan lemparan beberapa bantal sofa dengan membabi buta. Tak lupa, sumpah serapah dan segala hujatan mengiringi aksi lempar melempar gadis itu.

"SIALAN! KENAPA LO GANGGU GUE MULU, SIH?!"

"MUSNAH LO NAT MUSNAH! BADAK, ONTA, JERAPAH, GAJAH, HARIMAU, KURA-KURA, PENYU, DUYUNG, DASAR. HUH! SEMOGA KEJEDOT. AAMIIN!"

Nafas Reva mulai tak beraturan, gadis itu kehabisan bantal saat ini. Namun, dendamnya belum juga mereda. Apalagi mendengar tawa renyah Nathan yang dengan santainya malah merebahkan dirinya di atas sofa. Sungguh, kalau saja ia mengusai ilmu sihir, sudah ia lempar Nathan ke kolam renang sekarang juga. Arrggh, kesal.

"Kalau mau lemparin gue sesuatu, yang bagusan dikit napa, Re. Batu gitu, jangan bantal. Itu malah empuk benget, enak buat dipeluk," ujar Nathan ringan. Tangannya merayap ke bawah, mengambil salah satu bandal kotak dan memeluknya di atas  perutnya.

Reva tak habis akal, gadis itu mengangkat kaki kanannya yang sudah terlapisi sepatu. Mencopot sepatu itu dan melemparnya ke arah Nathan.

Reva bersorak saat sepatunya itu berhasil mengenai Nathan. Tak tanggung-tanggung, sepatu kerennya itu mendarat tepat di kening Nathan. Membuat Nathan yang sedang asik rebahan refleks bangkit seraya mengaduh dan memegang keningnya.

HAMA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang