[]Part 5[]

660 125 11
                                    

Nathan, Reva, Vivi, dan Andra terlihat baru saja keluar dari area bioskop. Mereka berempat berjalan beriringan untuk menuju ke sebuah tempat makan. Tentunya untuk mengisi perut mereka.

Nathan, sedari tadi pemuda itu tak henti-hentinya tertawa renyah seraya mencuri-curi pandang terhadap Reva.

Ayolah, Nathan rasanya ingin tertawa keras kalau saja ia berada di rumah saat ini. Ia seperti itu karna teringat akan kelakuan Reva saat mereka sedang menonton film tadi. Mereka menonton film horror yang paling Reva jauhi. Sepanjang film, Reva memeluk erat lengan Vivi. Saat ada adegan seram, ia akan berteriak kencang hingga dihadiahi decakan keras dari penonton lainnya. Tak jarang juga doa-doa dan surah pendek ia lafalkan dengan lantang, mengundang perhatian dari seluruh penonton lain.

Andra dan Vivi bahkan sampai menyembunyikan wajah mereka saking malunya membawa Reva ke tempat ini. Mereka tak menyangka gadis itu akan berbuat hal memalukan seperti tadi. Biasanya saat mereka nonton bersama, tidak pernah sekalipun mereka memilih film bergenre horror. Terkecuali jika menonton di rumah atau ruangan pribadi.

"Vi, gue rasa ada bayangan yang ikutin gue, Vi."

Vivi menoleh pada Reva saat gadis itu berucap demikian. Terlihat Reva yang terus memerhatikan kebelakang dengan ekspresi waspadanya. Tangan gadis itu terus saja mengamit erat lengan Vivi. Bahkan, Vivi nyaris berteriak saat Reva semakin mengencangkan pegangannya.

"Ini tempat ramai, Re. Jangan parnoan gitu, ah," ujar Vivi.

Reva menyorot Vivi dengan mata yang berkaca-kaca, "Vi~," rengeknya seperti anak kecil.

Vivi balas menyorot Reva, sedetik kemudian Vivi membulatkan matanya tak percaya. Reva, gadis itu sekarang terlihat sangat pucat, keringat membanjiri kening dan pelipisnya, dan matanya sudah siap untuk menumpahkan air mata.

"Nathan, Reva, Nat," ujar Vivi seraya menepuk punggung Nathan yang berada di depannya. Entah sejak kapan pemuda itu berjalan mendahului dirinya.

Nathan berbalik. "kenapa, Vi?" tanyanya.

Vivi memberikan kode dengan matanya agar Nathan menoleh pada Reva.

Nathan yang paham segera mengalihkan pandangannya pada Reva. Pemuda itu mengernyit heran saat melihat Reva tertunduk dengan bahu yang terguncang.

Tangan kanan Nathan terangkat dan menyentuh bahu Reva, "Re..." panggilnya seraya sedikit mengguncang bahu gadis itu.

Nathan semakin keheranan saat tak mendapati jawaban dari Reva. Biasanya gadis itu akan menepis tangan Nathan dan memberikannya cacian kala Nathan menyentuh dirinya. Tapi kini tak sama sekali. Mencurigakan dan mengkhawatirkan.

"Re, napa, sih? Nyawa lo ketinggalan di dalem apa gimana?" tanya Nathan sekali lagi.

Masih tak ada jawaban sama sekali, membuat Nathan berubah semakin panik. Nathan kini menyentuh kedua sisi kepala Reva, mengangkat kepala gadis itu agar Reva bisa menatapnya.

Nathan terkesiap sesaat, sebelum akhirnya tawa pemuda itu meledak sampai membuatnya menjadi pusat perhatian bagi orang-orang di sekitarnya.

"Bwuahahahaha, lo napa pake nangis, Re? Itu cuma film doang," tutur Nathan. Pemuda itu mengusap sudut matanya, menghilangkan sedikit air yang ada disana.

Reva mengerucutkan bibirnya sebal, rasa takutnya secara ajaib hilang saat mendengar tawa menggelegar Nathan. Digantikan rasa kesal pada pemuda di hadapannya itu.

Reva mendelik tajam pada Nathan, wajahnya itu benar-benar terlihat suram sekarang, "BADAK SIALAN!! GUE SUMPAHIN KEINJEK GAJAH!!" teriaknya. Setelahnya Reva berbalik arah, berjalan cepat meninggalkan Nathan dan yang lainnya.

HAMA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang