[]Part 38[]

304 37 0
                                    

Reva berjalan riang memasuki rumah mewah di depannya. Mulutnya sesekali bersenandung kecil menyanyikan lagu ala-ala anak tik tok yang sering ia dengar saat melihat status whatsapp teman-temannya.

"Abang jago!! Sorry bang jago! Ampun bang jago. Wiw wiw wiw wiwiw wiwiwiwiw wiwiwiw," senandung Reva seraya melompat lompat menaiki anak tangga guna menuju kamar Nathan di atas. Tak peduli dengan lirik dan nadanya yang acak-acakan itu, Reva terus saja menyanyikan lagu bang jago hingga ia sampai di lantai atas.

Reva lanjut berjalan normal guna sampai di kamar Nathan. Meskipun dia berjalan normal, jangan harap mulutnya itu berhenti bersenandung, karna nyatanya, Reva terus saja bernyanyi lagu-lagu hits di tik-tok.

"Aduh mama e ada kunti baju merah bikin saya terpa---DARAH! LO KENAPA?!"

Reva berlari ke arah ranjang Nathan saat ia baru saja membuka pintu dan langsung disuguhkan dengan pemandangan Nathan yang cukup mengenaskan. Disebelahnya ada Vivi yang tengah membersihkan luka di wajah pemuda itu. Sedangkan Andra terlihat tengah diam memperhatikan Nathan dengan tangan yang menyilang di dada.

Reva naik ke atas kasur, duduk tepat di depan Nathan yang bersila seraya merem melek dan meringis kesakitan. Reva ikut meringis melihat banyak luka di wajah, tangan, bahkan kaki pemuda itu. "Jatoh, yah?" tanyanya yang diangguki orang disebelah Nathan. Vivi.

"Kok? Ayo ke rumah sakit, Nat! Parah tau, aduh aduh. Gak mau liat," ucap Reva seraya menutup matanya dengan tangan. Ah, bukan menutup sih sebenarnya, karna gadis itu masih melihat Nathan lewat celah-celah jarinya.

"Udah diajak dari tadi. Tapi dia gak mau mulu. Jadi, yah gini," balas Vivi yang lagi-lagi mewakilkan Nathan.

"Luka dikit doang juga. Gak usah lebay, Re," ucap Nathan.

"Ish! Kalau membusuk kan gak etis banget," ucap Reva yang dibalas dengan delikan Nathan. Membusuk matamu! Mungkin itu yang ingin disampaikan Nathan lewat delikannya.

"Udah, Vi, udah. Makasih, yah," ujar Nathan seraya menolak tangan Vivi yang akan kembali membersihkan luka di pilipisnya.

Vivi menurut, gadis itu menyimpan handuk kecil basah ke dalam baskom berisi air hangat yang ia gunakan untuk membersihkan luka Nathan. Dia kemudian bangkit dan berjalan menuju pintu keluar seraya menenteng baskom itu. Dapat dipastikan kalau Vivi pasti akan menyimpannya.

"AWWSS!" teriak Nathan saat ia merasakan perih yang amat sangat di sekitar punggung tangannya saat sebuah cairan kental berwarna kecoklatan di teteskan sangat deras oleh Reva disana. Dengan segera Nathan menarik tangannya, membuat cairan itu akhirnya menetes di atas kasur Nathan.

"Yang manusiawi Re, kalau ngobatin," ucap Nathan masih sabar.

"Emang kayak gitu gak manusiawi, yah?" tanya Reva dengan tampang polosnya yang menyebalkan itu. Nathan memilih mendengus ketimbang menjawab, pemuda itu sedang sibuk meniup niup luka di punggung tangannya yang sangat perih itu.

Tak lama kemudian, Vivi kembali ke kamar Nathan. Duduk di sofa panjang yang terletak disana, kepalanya menyamping, mempehatikan Nathan yang masih duduk bersila di tempatnya semula. Reva juga masih ada disana, namun kini ia tak duduk. Gadis itu memilih tengkurap di depan Nathan seraya memainkan ponselnya. Untuk Andra, pemuda itu sedang keluar untuk membeli beberapa snack dan minuman untuk mereka.

"Vi, tolong bantu Reva belajar dong," ucap Nathan seraya melirik Vivi.

Vivi balas melirik Nathan, kemudian beralih melirik Reva. Gadis itu mengangguk patuh dan mulai bangkit dari duduknya. Berjalan pelan ke arah ranjang dan saat sampai ia segera merebut ponsel Reva. Melemparnya pelan ke arah Nathan dan ia langsung menarik tangan Reva. Memaksa gadis itu untuk bangkit dari tengkurapnya. "Belajar ayo," ucapnya.

HAMA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang