8. Feeling Comfortable

22 2 0
                                    

Akan ada tibanya seseorang yang bisa selalu menemani kita di saat susah maupun senang. Seperti yang sekarang ini terjadi, ntah ini kebetulan atau memang sudah rencana dari yang atas untuk saling mempertemukan.

Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Austin yang tengah berada di tongkrongannya memutuskan untuk pulang saja dari hingga menyalakan mesin motornya. Tiba-tiba saja, suasana siang di jalanan membuatnya teringat akan sosok si gadis yang akhir-akhir ini kerap ia dekati.

Tok tok tok

Tidak butuh waktu lama untuk pintu berwarna putih itu terbuka dan menampilkan wanita yang terlihat masih muda yang tak lain adalah mamanya si gadis yang ingin ia temui mengulas senyum dengan ramah.

"Austin." Panggil mamanya Senja dengan senyum yang melekat ramah. "Mau ketemu Senja ya?" Tanyanya.

"Iya, Senja nya ada tante?"

"Kebetulan sekali sedang pergi. Dia tadi sama temannya katanya ada acara reunian SMP gitu di rumah temennya." Jawab wanita yang lebih tua.

"Oh." Mata itu beberapa saat hanya menatap pada satu titik di sudut pintu sampai kembali berkata. "Yaudah gak papa kalo gitu Austin pamit aja tante." Ucapnya memilih untuk pergi kembali.

"Loh, gak mau mampir dulu atau tunggu saja Senja sampai pulang?" Tanyanya menawarkan.

"Gak usah, lain kali aja tante." Jawabnya menyalimi tangan wanita itu dan segera mengundurkan diri dari sana.

***

Ia berkendara dengan motornya, hujan tiba-tiba turun lebat membuatnya menepi di salah satu cafe terdekat. Dirinya langsung memesan hot cofee agar membuat tubuhnya tak merasa dingin dengan guyuran hujan yang deras.

"Malah bengong sih."

"Enggak."

"Jangan bohong."

"Beneran enggak."

"Pasti lagi mikirin Senja. Iya kan?"

"Kalo iya kenapa?"

"Tuh kan."

"Gue gak seharusnya biarin Senja lagi jalan kehujanan gitu aja. Dia pulang sendirian. Harusnya tadi gue anterin dia pulang."

Austin menoleh pada meja sebelahnya. Percakapan di meja itu membuatnya tertarik, apalagi setelah mendengar nama Senja. Ini Senja yang mana?

"Kenapa di pikirin sih. Kan dia sendiri yang bilang bisa pulang sendiri. Dia juga nolak tawaran pulang dari lo, kan?"

"Tapi kan tujuan gue dateng ke reunian itu mau ketemu saja Senja. Bukan malah jadi jalan sama lo gini."

BRAKK

Memang sedikit menimbulkan suara keras akibat pergerakan tubuhnya yang terlalu terburu-buru memundurkan kursinya, untuk segera pergi dari sana. Hingga membuat pengunjung sekitar mengalihkan atensinya.

"Senja yang sama."

Austin berlari keluar.

***

Ia masih berjalan, kakinya terus melangkah namun tidak tau harus ke mana. Sedikit ada rasa sesal, mengapa ia harus datang ke reunian itu--menyebabkan dirinya dalam keadaan situasi dan kondisi seperti ini. Masih terus berjalan, memeluk tubuhnya sendiri--ia kedinginan.

Hujan turun menyiram jalanan dengan hantaman kencang, kulit wajah dan lengannya terasa perih akibat terpaan air hujan yang turun dengan banyak menyentuh kulitnya.

Lalu saat telapak tangan itu terangkat untuk menampung setiap air hujan yang jatuh, kepalanya justru mendongak that kala tidak merasakan lagi derasnya hujan yang jatuh di atas kepala.

Menunggu Senja (End)Where stories live. Discover now