23. Week-end

18 2 0
                                    



"Mau masak apa kita?" Dania bertanya karena bingung melihat isi di dalam kulkas.

Senja menghampiri temannya itu. Ia sedikit membungkukkan tubuhnya untuk ikut memperhatikan bahan makanan apa saja yang ada di dalam kulkas rumahnya.

"Nasi goreng aja kali yah. Aku juga gak bisa masak yang lainnya." Ucap Senja menoleh pada Dania--yang kini mengangguk akan saran makanan yang akan mereka buat.

"Sama. Gue juga gak bisa-bisa amat soal masak memasak, kecuali nasi goreng. Gue udah hafal caranya." Balas Dania dengan tersenyum--melihatkan deretan giginya.

"Yaudah. Nasi goreng aja."

"Gue ambil telurnya kalo gitu." Dania mengambil beberapa telur di dalam kulkas, lalu berjalan pada meja pantry dengan meletakkan nya.

Sementara Senja sudah mulai menyiapkan alat-alat yang mereka perlukan seperti pisau dan wajan.

"Yang potong bawangnya lo aja ya. Gue gak bisa, takut kena mata hehe." Dania kembali berkata membuat temannya itu  mengambil beberapa siung bawang merah yang tergeletak tak jauh dari jangkauan tangannya.

"Oke."

Tak menunggu lama, tangan itu langsung saja mengupas bawang dari kulitnya agar bisa ia iris kecil-kecil. Dania sendiri tidak hanya diam. Gadis itu menyiapkan potongan sosis dan baksonya untuk di masukan ke dalam nasi goreng nanti.

"Dan." Senja memanggil dengan menyodorkan bawang yang sudah di potongnya pada Dania.

"Apa?" Dania justru bertanya dengan wajah polosnya. Namun tangannya terulur menerima bawangnya.

"Masukkin ke wajan, minyaknya udah panas kan?"

"Ah iya udah udah." Dania langsung saja memasukkan irisan bawang nya ke dalam wajan. Mulai mengaduknya secara perlahan sampai warnanya berubah sedikit kecoklatan.

"Dan, cita-cita kamu mau jadi chef, kan?" Senja bertanya di sela-sela kegiatan masak yang mereka lakukan, mengungkit topik agar membuat obrolan tercipta.

"Iyah."

Senja membantu Dania untuk memasukkan beberapa butir telur mengikuti bawang yang sudah terlihat matang.

"Emang nyaaa, kamu udah bisa masak apa aja?" Senja bertanya lagi dengan menyodorkan nasinya agar ikut di masukkan.

Dania melebarkan senyumnya. Tawanya mulai terdengar di antara suara dari penggorengan yang bertemu dengan spatula.

"Itu dia masalahnya." Dania melirik sekilas pada teman yang memperhatikan di sampingnya, tangannya mulai menuangkan kecap ke dalam nasi yang sedang digoreng. "Gue belum bisa masak apa-apa. Palingan juga baru bisa masak nasi goreng, telor ceplok, sama buat mie instan." Kedua bahunya kemudian terangkat untuk sesaat.

"Aku pikir, kamu mau jadi chef itu karna udah pinter masak. Nyatanya, sebelas dua belas aja sama aku." Ucap Senja menanggapinya.

"Tapi nanti juga bakal bisa sendiri kok. Seiring dengan berjalannya waktu, gue yakin pasti bisa jadi chef lestoran gede di kota ini." Ucap Dania sangat percaya diri.

"Iya. Semoga makin jago masak."

Aroma dari nasi goreng mulai tercium dengan sangat jelas. Kepulan asap tipis mulai terlihat pada tatapan keduanya.

"Iya. Semoga."

***

Kedua remaja laki-laki baru saja menuruni anak tangga secara bersamaan. Keduanya sama-sama terlihat baru saja bangun tidur, dengan gaya rambut yang terlihat berantakan. Yah mungkin itu ciri khas nya.

Menunggu Senja (End)Where stories live. Discover now