63. Ingatan Kembali

35 2 0
                                    

Percayalah! Menunggumu sadar, itu bagaikan menunggu air ditengah gurun pasir. Walau tidak yakin?
Tapi tetap aku akan menunggunya.


Austin masih terlelap tidur dengan kepala di samping brankar. Tangannya masih setia memegang lengan yang terdapat selang infus. Malam juga sudah larut. Sekarang sudah pukul 24.44 Wib. Rumah sakit terdengar hening dan sepi--mungkin pasien dan lainnya juga sedang tertidur lelap.


Perlahan, tangannya mulai bergerak sedikit dan terasa amat kaku. Matanya juga terasa amat susah untuk terbuka. Perlahan tapi pasti. Tangannya mulai bisa bergerak, begitupun dengan matanya yang mulai terbuka sedikit--seperti orang sipit.

Pencahayaan ruangan di sekitarnya, tidak terlalu terang--karena lampu kamar rawatnya di matikan. Hanya ada sinar bulan dari jendela yang tidak di tutupi gorden. Perlahan, mata itu kini sudah bisa terbuka seutuhnya. Ia juga bisa melihat, walau masih remang-remang. Ia mengedarkan penglihatannya, pada semua sudut ruangan putih ini.

Austin merasakan ada pergerakan sesuatu di genggaman tangannya. Ia segera mengangkat kepalanya untuk melihat apa yang terjadi. Namun, kedua matanya kini membola seketika, ketika melihat perempuan yang terbaring di atas ranjangnya sudah membuka mata.

Senja sudah bangun.

Ini kabar yang sangat menggembirakan, dan ia tersenyum haru melihatnya.

"Senja." Panggilnya pelan, agar tidak membuat perempuan itu terkejut.

Senja menolehkan kepalanya sedikit untuk bisa melihat Austin di sampingnya. Tapi ia hanya diam, melihat laki-laki itu.

"Kamu masih ingat aku, kan?" Tanya Austin--memastikan bahwa Senja tidak akan mengalami hilang ingatan.

"A--Austin." Senja memanggil dengan suara serak, dan hampir tidak ada terdengar.

Austin cepat-cepat mengambil gelas, yang berisi air putih di atas meja samping brankar. "Di minum dulu." Ucapnya, sambil membantu Senja untuk meminumnya.


Setelahnya, ia mengembalikan lagi gelasnya di atas meja. Lalu menggenggam tangan perempuan di sana dan menciumnya beberapa kali.

"Makasih kamu udah mau bangun." Ucap Austin tersenyum sangat senang. "Makasih kamu masih ingat aku juga."


Senja memejamkan matanya erat. Ia meringis, memegangi dadanya yang sakit.

"Kamu kenapa, Senja? Ada yang sakit?" Tanya Austin langsung berdiri--karena khawatir. Cemas mulai kembali menggerayangi.

Senja tidak menjawab--masih menahan sakitnya.

"Kamu tunggu dulu. Jangan tutup mata kamu! Kamu tunggu aku sebentar ya, aku cari dokter dulu." Ucap Austin cepat, dan langsung keluar dari ruangan untuk mencari dokter yang masih ada di jam tengah malam ini.

Laki-laki itu berlari panik tak tentu arah. Dirinya tidak tahu harus mencari Dokter di mana? Sebagian ruangan dokter terlihat kosong dan gelap. Kakinya terus berlari di koridor rumah sakit yang sudah sangat sepi. Austin bingung harus mencari Dokter ke mana?

Menunggu Senja (End)Where stories live. Discover now