1. Tabrakan.

187 13 12
                                    

Senja adalah bukti, bahwa apapun yang terjadi setiap hari dapat berakhir indah

***

Jangan lupa vote di setiap part--itu adalah sesuatu yang membuat para author merasa senang dan dihargai--komen juga jika mau. Sangat menerima kritik dan saran yang membangun.

***


Disini aku. Senja. Aku akan memulai hari-hari ku seperti biasanya. Memang apalagi yang harus ku lakukan?

"SENJA." Teriak seorang perempuan paruh baya, yang memanggil anaknya.

"AYO CEPAT TURUN. SUDAH PAGI DAN HARUS CEPAT SEKOLAH."

"IYA MAH. SENJA TURUN." Teriak Senja, membalas ibunya.

Senja pun sudah berpakaian rapi dengan seragam sekolahnya, dan segera turun kebawah untuk sarapan, bersama keluarganya.

Setelah berada dibawah, ia pun duduk di kursi meja makan sebelah, yang disampingnya, ada adik perempuannya--Aca.

Kalian ingin tahu tentang Aca?Aca adalah adik perempuan Senja. Aca ini sekarang kelas tiga SMP, umurnya hanya berbeda dua tahun dengannya.

"Pulang nanti, Senja gak bareng sama ayah sama Aca yah. Soalnya, Senja harus pergi dulu ke toko buku, Senja bisa naik taksi aja pulangnya."

"Lah? kakak kenapa gak bareng aja sih." Kata Aca, sambil memakan nasi gorengnya.

"Gimana. bolehkan ayah?" Ucap Senja bertanya.

"Boleh. Tapi harus hati-hati dan jangan lama-lama, oke." Persan ayahnya, yang di beri anggukan oleh Senja, sebagai tanda setuju.

***

Sesampainya di sekolah, Senja langsung pergi menuju kelasnya, namun saat ia sedang berjalan di koridor, tiba-tiba--

BRAKK

--ia terjatuh, karena ada seorang laki-laki menabraknya dari belakang. Tidak tahu dari mana laki-laki itu muncul.

Tapi lebih kesalnya, laki-laki itu justru pergi begitu saja, dan meninggalkan dirinya, tanpa meminta maaf terlebih dahulu.


"Itu orang kenapa bikin kesel aja. Bukannya minta maaf, malah main pergi gitu aja." Gerutu Senja, sambil merapikan seragamnya. Kembali berdiri, dan berjalan, berbelok, dan menaiki tangga menuju kelasnya.


Sesampainya di kelas, ia langsung mendudukkan diri. Disampingnya pun, sudah ada Dania--teman sebangkunya sejak kelas sepuluh. Namun hal tidak menggubrisnya. Ia memilih diam seribu bahasa, dengan kekesalan yang terpendam. Berulang kali ia bernapas gusar.


"Ada apa sih? Tarik napas udah kaya orang asma aja." Ucap Dania, sedikit terganggu dengan tingkah Senja yang berbeda.

"Tau gak. Tadi ada anak cowok, nabrak aku dari belakang, di koridor. Yang bikin aku kesel, orangnya malah langsung pergi lari gitu aja, tanpa minta maaf atau pun nolongin." Jelasnya bercerita.

"Lo kenal sama orangnya?" Tanya Dania.

"Gak tau." Jawabnya, dengan kedua bahu terangkat. "Gak kenal dia siapa." Lanjutnya.

Menunggu Senja (End)Where stories live. Discover now