28. Aurell

13 1 0
                                    

Seseorang kembali untuk merampas yang menjadi hak miliknya, namun sempat terpinjam oleh orang lain.


Seperti Dejavu. Seorang wali kelas wanita berdiri di depan kelas bersama seorang siswi yang akan menjadi murid baru di sana.

"Ibu harap kalian bisa menerimanya di kelas ini dengan sangat baik." Wali kelas mereka berkata untuk menutup perbincangannya.

Austin masih diam di bangkunya, dengan tatapan yang terpaku pada sosok gadis di depan--yang memiliki lesung di kedua pipinya--masih berdiri di depan sana setelah wali kelas mereka pergi.

Aurell.

Gadis itu berjalan, melewati tiap-tiap bangku. Berhenti ketika sudah berada di belakang meja Austin.

Remaja laki-laki itu menelan ludahnya sedikit susah. Detak jantungnya seakan bergemuruh ketika melihat kembali gadis yang seharusnya tetap ia hindari sampai saat ini juga.

***

Bell istirahat baru saja berbunyi nyaring. Austin yang sudah mendengarnya, dengan cepat berdiri dari posisi duduknya hanya untuk berjalan menghampiri bangku pacarnya.

"Ikut gue."

"Ke mana--"

"Austin?"

Deg

Untuk sesaat, cowok itu memejamkan kedua matanya dengan erat lalu kembali terbuka secara serentak. Tangan uang semula mencekal pergelangan tangan pacarnya kini terlepas begitu saja. Aurell datang menghampiri.

"Hai."

Aurell terlihat begitu ceria--dengan senyum cerah dan kedua mata yang berbinar, menatap bergantian pada Senja dan Dania.

"Hai."

Dania balik menyapanya, walau dengan senyum yang terlihat kaku dan sangat canggung.

"Kalian udah saling kenal?" Dania bertanya, melirik Austin dan Aurell secara bergantian.

Aurell mengangguk semangat.

"Aku sahabatnya Austin. Kita deket banget." Ucapnya menjelaskan tanpa di minta sejelas itu, seraya tangan yang bergerak pindah melingkari lengan cowok di sana--berdiri tepat di dekatnya.

Untuk sesaat, gerakan Aurell itu mampu membuat Senja terkesiap dan diam di tempat--sedikit kaku dan membeku.

Austin melepaskan tangannya dari rangkulan Aurell. Ia merasa tidak enak pada gadis yang menatapnya dengan diam saja.

"Aurell. Kenalin, ini Senja." Si cowok memperkenalkan gadis yang berdiri di depannya.

Dengan cepat dan senyum yang masih ceria, Aurell mengulurkan tangannya pada Senja--mengajaknya bersalaman tanpa beban apapun.

"Dia pacar aku." Austin melanjutkan kalimatnya, hingga membuat senyum Aurell runtuh seketika, begitupun dengan jabat tangan mereka yang langsung terlepas.

"Gimana?" Kepalanya menoleh ke samping dengan cepat untuk meminta penjelasan dari si cowok yang menjadi sosok sahabatnya dari lama.

Menunggu Senja (End)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant