59. Terus menunggu?

21 2 0
                                    

Percayakan semuanya pada takdir
Karena jika takdir menginginkan kita kembali
maka takdir akan mengembalikan kita


Ceklek

Seorang perempuan yang sangat berharga ini di dalam hidupnya, memasuki kamar. Perempuan itu nampak terkejut, dengan putranya yang kini nampak murung. Tangannya langsung menyalakan saklar lampu, agar kamarnya menjadi terang bercahaya.

"Austin."

Ayuningtyas berjalan mendekati putranya yang terduduk di lantai, ia memeluknya.


"Kamu kenapa ... Apa yang terjadi sama kamu? Kenapa tiba-tiba pergi di saat baru datang ke acara."

Austin nampak sangat lelah dan lemah untuk mendapat pertanyaan yang membuat pikirannya semakin pusing. Pandangannya begitu redup dan sangat terluka.

"Mah."

Suaranya memanggil lirih dengan kedua mata yang memanas tanpa sebab.

"Iya sayang, kenapa?" Ayuningtyas meraup kedua pipi putranya dengan perhatian.

Putranya hanya menunduk, tetap melihat lantai di bawahnya. "Senja ... Dia pergi lagi." lirihnya kembali dengan sangat tak berdaya.


Ayuningtyas masih belum paham mengenai maksud ucapan dari putranya.   Namun untuk beberapa saat kemudian mulutnya terbuka dengan kedua alis yang menyatu. "Apa, nona cantik itu pacar kamu dulu?"


Austin terangguk lemah.

"Nona cantik ini, yang mau kamu kenalkan pada Mama waktu itu?"

Ayuningtyas memperhatikan bagaimana raut wajah putranya semakin terpuruk di Landa kesedihan yang dalam.

"Kenapa Mama bisa tidak sadar? Mama tidak ingat jika nama pacar kamu dulu adalah Senja. Senja yang sekarang menjadi rekan kerja Mama. Dia nona cantik yang Mama kenal?" Menghembuskan napas dengan sangat berat.


"Jadi nona cantik yang dulu sempat pergi ninggalin kamu? Dan membuat kamu menjadi seperti sekarang?" Ayuningtyas masih bertanya.

"Aku gak tahu alasannya kenapa Mah." Austin menggeleng karena tidak mengerti pada keadaan.

"Andai Mama bisa bertemu dengan nona cantik dari dulu sejak pertama kali kamu ingin mengenalkannya pada Mama. Agar Mama bisa tahu ketika pertama kali bertemu dengannya." Ucap Ayuningtyas sedikit menyesali.

Austin terdiam.


"Seharusnya nona cantik tidak langsung pergi begitu saja tadi." Ayuningtyas sangat menyayangkannya.

"Aku gak tahu harus cari dia ke mana lagi Mah. Aku udah cari dia tapi gak sedikit pun aku menemukannya ... " Austin merasa putus asa.

"Sebentar."

Austin melihat sang Mama yang sedang memainkan ponselnya--mencari data sesuatu.

Menunggu Senja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang