Tiada Pilihan

32 4 2
                                    

Nia turun dari mobil Sham yang terparkir di area kebayan depan hostel, bermaksud pulang ke hostel, hari ini dia betul-betul merasa letih, permasalahan yang Dia hadapi banyak menguras emosinya saat ini.

Hampir sampai area parkir hostel tiba-tiba Nia merasa kakinya lemas tak bertenaga dan hampir limbung, untung saja ada orang yang sigap menyangganya dan mendudukan Nia di trotoar.

"Abang?"

Nia terkejut, orang yang memapahnya duduk ternyata Isman.

"Sayang.. Kenapa? Sakit ke?"

Isman khawatir dengan keadaan Nia,

"Kita gi klinik ye.. Jom!" Isman mengajak Nia pergi ke klinik untuk de periksa. Nia menggeleng menolak ajakan Ismam

"Takpe, aku Ok Bang!" ucap Nia lirih.

Wajah Nia nampak sedikit pucat, Isman meletakan tangannya di kening Nia, suhu tubuh Nia masih normal tidak terasa panas.

"Abang buat apa kat sini?" Tanya Nia perlahan, bahkan nyaris tak terdengar.

Isman menghela nafas panjang, dari tadi dia mengikuti Nia yang pergi dengan mobil Sham, maksud dia menunggu gadis itu disini, mau minta penjelasan darinya apa yang sebetulnya terjadi dengan semua keanehan-keanehan yang ada.

Tapi melihat kondisi Nia yang seperti ini, rasa kesal dan penasarannya menguap entah kemana, Dia khawatir dengan keadaan gadis itu

"Ada hal yang nak abang tahu, tapi takpe nanti je abang cakap!" jawab Isman, terlihat wajahnya sedikit muram.

Nia menunduk menyembunyikan wajahnya, tak berani menatap Isman yang sedang menatapnya, Nia melihat raut kebingungan di wajah itu sekarang. Dalam hati Nia menangis, ingin rasanya memeluk Isman saat ini tapi tak berdaya, Dia merasa dirinya terlalu kotor buat Isman.

"Aku pergi dulu!" pamit Nia pada Isman, dia mencoba berdiri dan melangkah pergi meninggalkan Isman, masuk kedalam hostel.

Isman terdiam menatap kepergian Nia, Situasi saat ini betul-betul memiliki buatnya bingung.

*****

Assalamualaikum,
Bang, maafkan Aku menulis pesan ini, Aku rasa mungkin kita tidak ditakdirkan untuk bersama selamanya,

Aku ingin kita berpisah saat ini, semoga suatu hari Abang menemukan orang yang lebih menyayangi Abang, orang yang lebih mencintai Abang.

Saat ini ada orang lain di hatiku semoga Abang bisa mengerti dengan keputusanku saat ini.

*sayangilah diri abang sebelum menyayangi orang lain.

Wassalam
-Nia

Isman terkulai lemas membaca sebuah pesan di ponselnya, sebuah pesan dari Nia.

Dia tidak percaya gadis itu sampai hati memutuskannya dengan cara seperti ini, hanya melalui sebuah pesan singkat, tanpa memberikan kesempatan baginya untuk berbicara sedikitpun, tanpa memberikan penjelasan yang sebenarnya yang sedang terjadi.

Benarkah gadis yang di cintainya itu begitu cepat berubah dan berpaling darinya, jelas dalam surat itu Nia mengatakan dia mencintai orang lain.

Perasaan Isman saat ini campur aduk, tidak percaya dengan kenyataan yang harus di hadapinya sekarang. Bagaimana tidak gadis itu yang telah mengembalikan keceriaan hidupnya selama ini, kini tiba-tiba menghempaskanya kembali kedalam keterpurukan.

Apakah orang lain itu memang Sham? ataukah ada orang lain lagi selain Sham? Sungguh suatu pukulan yang dahsyat baginya bila memang ternyata orang itu adalah Sham yang menjadi rivalnya selama ini.

Dada Isman terasa sesak, Dia tidak bisa menerima keputusan Nia tapi apa yang harus yang bisa dilakukan seandainya memang benar perasaan Nia padanya telah sirna sekarang.

Tapi bagaimanapun Nia harus menjelaskannya , Isman menulis pesan pada Nia

"Sayang.. please!"

"Kita perlu bicarakan ini!"

Pesan itu sudah dibaca oleh Nia, tapi tidak ada balasan dari gadis itu. Hampir lima belas menit Isman menunggu balasan dari Nia, tapi gadis itu sama sekali tidak meresponnya.

Isman memutuskan untuk menelpon gadis itu, karena Nia tak kujung juga membalasnya.

Lebih dari sepuluh kali panggilan Isman berusaha menghubungi Nia, tapi selalu di reject oleh Nia, Gadis itu tidak mau menerima panggilan teleponnya.

Isman putus asa, Nia benar-benar mengabaikannya, sepertinya memang sudah tidak mau berbicara padanya, Nia benar-benar membisu menyisakan tanda tanya besar dalam hati Isman.

Sementara itu Nia menangis sendiri dalam kamarnya, hatinya terasa bagai di cabik-cabik. Dia terpaksa memutuskan Isman dengan cara seperti ini, terpaksa menyakiti Isman.

Berulangkali Isman meneleponnya tapi dia abaikan. Dia tidak sanggup bicara dengan laki-laki itu, tidak sanggup menjelaskan keadaan dirinya sekarang pada Isman, dirinya yang sudah tidak suci lagi.

Mana mungkin dia bisa menikah dengan Isman seperti harapan dan cita-cita mereka berdua dalam kondisinya saat ini, sekalipun Isman bisa menerima keadaannya tapi Nia tetap merasa semua ini tidak adil bagi Isman.

Jauh di dasar hatinya Nia tidak ingin berpisah dengan Isman,  tapi Dia merasa dirinya sudah tidak pantas lagi berada di samping Isman. Laki-laki itu layak mendapatkan orang yang lebih baik darinya.

"Maafkan Aku Bang.. maafkan" bisiknya lirih.

Dipandanginya foto Isman dengannya sewaktu di Petronas dulu, air mata Nia semakin deras mengalir,

"Bagaimana aku bisa melupakan semua kenangan kita bang..bila kenangan itu terlalu indah untuk di lupakan"

Masih tergambar jelas bagaimana semangatnya Isman mengajaknya menikah, Isman bersungguh-sungguh ingin menghalalkan hubungan mereka berdua, berbagai rencana telah di susun tapi semua kini harus hancur seketika.

Nia merasa hidup ini tidak adil baginya, kenapa dia yang harus mengalami semua ini, seperti sebuah kaca yang retak, hidupnya hancur berkeping-keping.

"Bang.. Aku sangat menyayangimu,"

****

Biar Author-nya tambah semangat lagi lanjutin cerita,
❤️ Jangan lupa Vote & Comment-nya di bawah 👇 ya..

Thanks 🙏

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 30, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Love Undercover Where stories live. Discover now