Tak Kenal Maka Tak Sayang

49 22 0
                                    

Nia baru meletakkan gagang telpon, dia baru beres nelpon ibunya di Indonesia mengabari ibunya dia baru mentransfer uang gaji pertamanya untuk keperluan ibu dan sekolah adiknya.

Alhamdulillah kabar ibu dan adiknya baik-baik saja sepeninggalnya.

Tiba-tiba ia teringat nomor telepon yang di kasih hadi tadi pagi, iseng-iseng Nia memencet nomornya, Klik.. di serang sana terdengar ada yang mengangkat telepon

"Halo.." terdengar suara cowok di sana. Nia jadi gugup "Eh.. Iya Hallo juga! " Jawab Nia, ini kayak bukan suaranya A Hadi deh fikirnya, Nia terdiam.

"Halllo.. mau bicara sama siapa?" tanya suara di serang sana lagi, terdengar tidak sabar

"Em.. anu, A Hadi nya ada?" tanya Nia, tadinya dia bermaksud memutuskan sambungan telepon itu tapi tanggung sudah diangkat.

"Ini siapa?" suara di serang sana malah balik bertanya.

Nia mulai jengkel, "tinggal jawab aja kenapa sih" gerutunya dalam hati.

"Ya udah nggak jadi!! " Nia bermaksud menutup telponnya lagi.

"Eits.. tunggu!" seru suara di serang sana, menyadari orang yang sedang menelepon nya jadi merajuk,

"Hadi lagi keluar, cari makan! " lanjutnya.

"Ini kamu, Nia ya? " tebak  suara di serang sana.

Nia kebingungan kok bisa orang itu tahu namanya dia menggumam,

"Iya.."jawabnya polos,

"Kamu siapa?" kini Nia yang balik bertanya

Di sebrang sana orang itu terdiam, dia terkejut ternyata tebakan ya tepat, sebelah hatinya bersorak akhirnya dia bisa mendengar suara gadis itu.

"Kok malah diam?" tanya Nia lagi

"Aku, Ian. Teman sekamarnua Hadi" Ian akhirnya menjawab

"Oh.. Ya udah tolong sampaikan sama A Hadi, Aku nelpon ya." pinta Nia.

"Oke, aku tutup dulu telponnya ya." tanpa persetujuan Nia langsung menutup sambungan telepon.

"Sial," Ian menggerutu, tiba-tiba telponnya terputus. Tapi dia senang hari ini bisa mendengar suara gadis itu walau cuma di telpon.

Ian kembali tiduran, saat telpon berbunyi tadi ia sebenarnya hampir terbang ke alam mimpi, dia lelah setelah seharian bekerja tadi, tapi gara-gara telpon itu sekarang dia jadi nggak bisa tidur, wajah gadis itu jadi terbayang.

Diam-diam Ian menyukai Nia, hanya saja dia nggak tahu bagaimana caranya mendekati, gadis itu kelihatan terlalu cuek sama cowok, satu-satunya yang dekat dengan gadis itu cuma Hadi.

"Ian.. kamu mau Tom Yum nggak!" Kedatangan Hadi yang tiba-tiba bertanya mengejutkan Ian.

Ian bangkit dari tidurnya, mengikuti Hadi yang sedang mengambil mangkok di dapur.

"Mau... mau., mana punyaku?" Tanya Ian.

Hadi memberikan sebungkus Tom Yum pada Ian, Hadi sudah menganggap Ian sebagai adiknya karena usia anak itu jauh dibawahnya, dia nggak segan berbagi apapun dengan Ian.

"Di, tadi ada cewek yang nelpon kamu." celetuk Ian sambil menikmati Tom Yum pedasnya.

"Pasti Nia kan? soalnya cuma dia cewek  yang aku kasih nomor telpon kita" Hadi menebak-nebak.

"Dia bilang apa? " lanjutnya.

Ian mengangkat bahunya, "Dia cuma bilang, sampaikan kalau dia nelpon.." jawab Ian terlihat dia kesal.

"Kenapa kamu kelihatan kesal.." tanya Hadi bingung.

"Huuh..dia seenaknya saja tutup telpon, habis bilang begitu." Ian menggerutu.

"Ha.. ha.." Hadi tertawa

"Kamu harus usaha extra kalau mau deketin dia Ian.." canda Hadi dia menepuk-nepuk bahu Ian,
kemudian beranjak pergi ke dapur meletakkan mangkok bekas Tom Yum nya, Ian mengekor di belakang.

Hadi sebenarnya belum terlalu mengenal Nia, dia juga sama dengan Ian baru mengenalnya sejak sebulan lalu di penampungan.

Dia melihat Nia mirip dengan almarhumah adiknya, sebab itu dia mencoba mendekati Nia, ingin tahu lebih banyak tentang gadis itu.

Rupanya gadis itu  pun merasa nyaman dengannya dan menganggapnya sebagai kakak, dia tidak mempunyai perasaan lebih padanya selain menganggapnya sebagai adik yang ingin dia lindungi.

Hadi meraih telpon, dia bermaksud menelepon balik Nia. Dia penasaran kenapa gadis itu meneleponnya malam-malam.

"Hallo.." Nia mengangkat telpon.

"Hallo.. Nia, tadi kamu telpon Aa, ada apa?" Hadi langsung bertanya, dia tau yang mengangkat telpon nya pasti Nia, Nia cerita teman sekamarnya Shift B jadi pasti temannya lagi di Kilang saat ini.

"Eh.. Iya, he..he..nggak ada apa-apa A, iseng aja" Nia terkekeh

"Emmh... dasar kamu tu ya! Kamu lagi sendirian ya? " tanya Hadi

"Iya, makanya borring,  jadi iseng-iseng telpon Aa, Aa habis dari mana?" Nia balik bertanya.

"Cari makan, ni baru aja beres makan, kamu udah makan belum?" jawab Hadi.

"Udah tadi A, oh ya yang ngangkat telpon aku tadi siapa A ?" Tanya Nia penasaran, dia tahu nama orang tadi Ian, tapi dia tidak tahu siapa Ian.

"Oh, dia teman sekamar Aa, knapa?" Hadi balik bertanya

"Dia orangnya baik loh.." lanjut Hadi promosi. Dia melirik ke arah Ian yang sedang mendelik kearahnya, dia tahu diam-diam Ian menguping obrolannya dengan Nia

"Dia ngejengkelin..bertele-tele" gerutu Nia.

Hadi terkekeh,

"Dia emang kayak gitu suka bercanda, tapi dia baik, Eem.. Nia, sebentar ya, Aa mau ke kamar mandi dulu, kamu ngomongnya sama dia dulu ya! " Hadi menyerahkan gagang telpon pada Ian sambil mengedipkan matanya, Ian terlihat ragu-ragu menerimanya

"Ayo lah, kesempatan nih!" Hadi berbisik. Ian menurut, dia kemudian meletakkan gagang telpon di telinganya,

"Hallo.." sapa Ian

Di seberang sana terdengar hening, Nia terdiam bingung kenapa Hadi menyuruhnya bicara dengan Ian, nggak apa-apa deh layanin aja fikirnya.

"Iya, hallo.." Nia terdiam lagi, nggak tahu mau ngomong apa.

"Maaf ya, kalau tadi aku bikin kamu jengkel" Ian meminta maaf atas sikapnya tadi "ah.. aneh kenapa dia harus minta maaf bukannya yang tiba-tiba mutusin telepon itu Nia"  bukan dirinya

"Oke, nggak apa-apa, aku juga minta maaf kalau aku kasar tadi!" Jawab Nia.

"Sudahlah nggak usah di perpanjang" fikir Nia, lagian Ian teman sekamarnya A Hadi, nggak ada salahnya juga berteman dengan cowok itu.

Tak terasa akhirnya percakapan di telepon yang awalnya dingin berubah hangat, suasana mencair setelah sama-sama minta maaf, obrolan mereka jadi nyambung di selingi canda tawa sampai sama-sama tidak menyadari jam udah jam sepuluh malam.

"Udah dulu ya, aku ngantuk. Besok aku masih kerja" Nia mengakhiri percakapan karena besok dia masih harus bekerja, nggak mau nanti ngantuk saat bekerja bisa-bisa kena komplen dia nanti.

Ian sebetulnya masih betah mengobrol dengan Nia, nggak tahu kenapa seneng aja ngobrol dengan gadis itu, ternyata dia kocak juga, tidak se-cuek dan sedingin kelihatannya kalau dari jauh.

Pantaslah ada peribahasa tak kenal maka tak sayang, dan sepertinya walau baru pertama ngobrol panjang, perasaan sayang itu mulai tumbuh.. semoga terus tumbuh subur.

"Thanks"  Ian berbisik dalam hati, dia melirik Hadi yang sudah lama mendekur di ranjangnya, dia menghargai usaha temannya itu, dia berusaha mendekatkannya dengan gadis itu.

***

My Love Undercover Where stories live. Discover now