Cinta, Ragu Dan Cemburu

24 12 0
                                    

Harusnya Nia merasa bahagia memiliki Isman di sisinya, tapi entah mengapa hatinya tak menentu saat ini, di satu sisi dia merasa senang ada orang yang perduli dan sayang padanya, di satu sisi hatinya belum bisa terbuka menerima Isman seratus persen, dia masih bimbang.

Bukan meragukan ketulusan Isman tapi takut bila suatu hari harus berpisah dengannya, sanggupkah dia menerima keadaan itu, apakah Isman juga siap dengan segala kemungkinan yang terjadi nanti.

"Sayang, kita jalani dulu ye..!" Isman mengusap punggung tangan Nia, berkata seolah-olah dia mengerti apa yang ada dalam fikiran gadis di sebelah ya itu.

Nia mengangguk perlahan, mencoba membuang segala kegelisahan hatinya, Isman tersenyum memandang gadis dihadapannya itu, walaupun segalanya sesuatunya belum pasti, tapi ia bertekad akan berusaha semaksimal  mungkin memperjuangkan Nia.

"Jom,  cari makan! Kata tadi nak makan Tom Yum." Isman berdiri dari duduknya mengajak Nia pergi cari makanan.

Nia bangkit mengikuti Isman yang menggengam tangannya.  Ada rasa damai dalam hati Nia, seandainya semua seperti ini selamanya.

*****

Sham memilih tak banyak bicara semenjak berangkat dari Johor kemarin, hanya bicara seperlunya saja.

Dalam hati Nia bertanya-tanya kenapa sikap Sham aneh dari kemarin, walaupun belum kenal dekat dengan cowok itu, tapi Nia melihat sikap Sham tak seperti biasanya ketika sedang di Kilang.

"Ren, abangmu kenapa cemberut terus dari kemarin, apa dia ngerasa keganggu karena aku sama Isman ikut kalian?" tanya Nia, sambil menyeruput air kemasan.

Iren menatap Nia, "Kamu nggak peka amat sih.., jelas aja dia cemberut!" gerutu Iren

"Emang kenapa?" tanya Nia penasaran

Iren jadi gregetan mendengar pertanyaan polosnya Nia,

"Jelas dia cemberut lihat kamu lengket terus sama Isman, dia itu suka sama kamu!"

Nia terperangah, "Ah masa sih, bukannya dia lagi ngejar anak QC"

"Kamu aja yang nggak peka, dia cerita dia suka sama kamu sebelum kamu jadian sama Isman, anak QC itu cuma alibi dia aja!"

Nia nyengir "Kok dia nggak ngomong kalau suka sama aku, di kilang malahan ngajakin berantem melulu!"

Iren tepuk jidat "Hadeuh..yang satu kaku, yang satu nggak peka!"

Nia mengejutkan keningnya, "Jadi dia beneran suka sama Aku?"

Iren menghela nafas, "Iya, dia cerita sama Aku, dia kalah cepat sama Isman, Isman sebetulnya tahu Sham suka sama kamu, mereka malah saingan buat dapetin kamu. Tapi kamu duluan milih Isman."

Nia melongo mendengar cerita Iren, apa bener Sham juga menyukai dirinya? Pantas saja cowok itu jadi aneh dari kemarin, setahunya Sham tertarik dengan anak QC itu, itu yang dia dengar dari gosip anak-anak QC.

"Tapi, dia bilang belum nyerah tuh, dia tunggu kamu jadi janda ya Isman!" lanjut Iren sambil terkekeh. dalam hatinya ia merasa sedikit Iri dengan temannya satu ini, disukai dua orang cowok sekaligus.

Nia melotot mendengar ucapan Iren "Enak aja, siapa yang mau jadi janda.. Nikah aja belum!" gerutunya.

"Eng.. Ngomong-ngomong kamu apa udah mikir panjang pacaran sama orang sini? Kalau kita habis kontrak apa jadinya nanti?" tanyaan Iren serius

Nia terdiam, dia teringat dengan obrolan ya semalam dengan Isman,

"Nggak tahu Ren, aku cuma jalanin aja, aku juga belum yakin seratus persen sama perasaanku sama Isman"

Iren manggut-manggut, "Ya udah jalanin aja dulu, siapa tahu emang jodoh.. ntar juga nemu jalannya!"

"Eh, dua cowok itu ngilang kemana?" Nia baru tersadar mereka cuma berdua di taman KLCC ini

"Katanya tadi mereka mau solat kan? Wah jangan-jangan dilanjutin berantem nih!" seru Iren

Nia mendelik "Yang bener aja deh!, Ayo cari mereka, biar aku jadi wasitnya!"

Iren terkekeh, nggak bisa ngebayangin kalau bener-bener ada adu jotos antara Isman dengan Sham terus Nia yang jadi wasitnya, bisa-bisa runtuh tuh menara kembar.

Mereka belum sempat beranjak karena dari kejauhan terlihat  Isman dan Sham berjalan menghampiri mereka

"Camne, dah puas pusing-pusing?" tanya Isman pada mereka

Nia belum menjawab dia menyerahkan botol air yang dari tadi di pegangnya pada Isman, cowok itu meraih botol air dari tangan Nia kemudian duduk di samping Nia, sementara Sham masih berdiri sambil membuang pandangan ke sekitarnya.

"Kita nggak pusing kok!" celetuk Iren sambil nyengir

Bahasa Melayu kadang terdengar lucu kalau kalau pengertian ya seperti bahasa Indonesia 'pusing-pusing' kalau dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya sakit kepala, tapi kalau dalam bahasa Melayu artinya berkeliling.

Isman tersenyum,

"Ye lah.. kalian sudah puas berkeliling belum?" mengulangi pertanyaannya dengan bahasa Indonesia berlogat melayu, hingga terdengar lucu.

Nia masih diam, Ia memandang Sham di depannya yang masih tetap bersikap aneh, teringat cerita Iren tadi membuatnya merasa canggung sekarang. Isman menepuk bahu Nia, membuatnya sedikit kaget.

"Udah, sekarang mending kita bersiap pulang ke Johor yuk.. kalau terlalu sore takut nyampe ya kemaleman, besok kita harus kerja lagi!" Iren yang menjawab pertanyaan Isman.

"Iya,  ayo Bang?!" ajak Nia sambil beranjak dari duduknya.

"Bang Sham, ayo.." ajak Nia, berusaha mencairkan suasana,  karena Sham masih terus terdiam dari tadi

Sham mengangguk kemudian berjalan mendahului, Ia tidak mau melihat pemandangan yang tidak mengenakan lagi, karena Isman sepertinya sedetik pun tak mau lepas dari Nia.

Dua hari ini Sham sama sekali tidak bisa berkutik, Isman selalu menempel pada Nia seolah menegaskan kalau tidak boleh ada orang lain selain dirinya di sisi Nia, sementara Nia pun terlihat nyaman akan keberadaan Isman di sisinya.

"Apa mungkin masih ada kesempatan?"  desahnya

"haruskah dia menyerah sekarang"

Dalam hati kecilnya dia berdoa semoga mereka cepat putus. Dia masih berharap punya kesempatan berada di samping Nia.

Mereka baru keluar dari area parkir, mobil yang mereka tumpangi bergerak menuju arah pulang ke Johor, kali ini Sham sedikit lebih tenang menjalankan mobilnya, dia ingat obrolan ya dengan Iren tadi malam saat Isman dan Nia keluar cari makan.

Iren cerita, sepertinya Nia belum menyerahkan hatinya seratus persen pada Isman. Menurut Iren, Nia sebetulnya terlihat masih ragu dengan hatinya sendiri. Ini berarti masih ada beberapa persen peluang untuknya.

"Sayang, baring je!" pinta Isman pada Nia, dia takut Nia mabuk lagi seperti kemarin.

"Takpe Bang, Aku Ok" Nia menolak

Nia merasa nggak enak hati dengan Sham, semenjak mendengar cerita Iren tadi nggak tahu kenapa jadi memikirkan perasaan Sham, tidak mau dengan sengaja menyakiti perasaannya.

"Ih.. Kenapa Aku jadi perduli padanya!" gerutunya dalam hati.

"Ye lah, tapi kalau mulai mabuk  Ayang tidur ye" sahut Isman sambil menggengam jemari Nia kemudian meletakkan di dadanya. Sikap seperti ini yang membuat hati perempuan manapun jadi meleleh tidak terkecuali Nia.

Mobil terus melaju meninggalkan Kuala lumpur menuju Johor, empat penumpang ya sibuk dengan isi kepalanya masing-masing. Isman dengan rasa bahagianya, Nia dengan keraguan ya, Sham dengan kecemburuannya dan Iren yang meratapi nasibnya yang masih setia dengan status jomblo nya.

My Love Undercover Where stories live. Discover now