Adik Angkat

42 23 0
                                    

Sudah hampir sebulan Nia bekerja di tempat ini, Hari ini dia dapat Shift pagi. Saat meeting tadi, Kak Su bilang hari ini akan ada operator dari team punching yang akan rework satu lot PCB yang block hole.

Nia yang sedang check sample tidak menyadari ada seseorang yang menghampiri dan menyapanya.

"Hallo.."

Nia menoleh ke arah suara, dia kemudian tersenyum melihat siapa yang menyapanya

" Hei Aa, ngapain disini?" tanya ya kemudian sambil beranjak dari duduknya, Ia senang bisa bertemu lagi dengan Hadi, setelah sebulan bekerja di tempat ini, baru sekarang bisa ketemu lagi.

" Iya, aku disuruh rework di sini, yang block hole itu mana pallet nya Nia?" tanya Hadi clingak-clinguk mencari PCB yang harus dia kerjakan.

"Oh... Itu Aa" tunjuk Nia menunjuk PCB yang dimaksud.

"Sebentar, aku ambilin, Aa rework nya disini aja.." tunjuk Nia pada meja di sebelahnya. Nia kemudian mengambilkan pallet PCB yang akan di rework oleh Hadi

Hadi mengangguk ia kemudian mengambil tempat duduk di tempat yang Nia tunjuk. Nia mengambil an pallet PCB yang harus di rework tersebut meletakkannya di samping Hadi,

"A, ini PCB nya, ngomong-ngomong kok Aa yang ngerjain ini, bukannya Aa kan Shift A harusnya kan lagi off ? tanya Nia penasaran

"Iya, harusnya off, tapi aku di minta overtime buat ngerjain ini" sahut Hadi sambil meraih beberapa PCB yang mau dia kerjakan, kemudian meletakkan ya diatas meja.

"Oo.., kaya dong, overtime terus.." goda Nia

Hadi terkekeh "Kamu bisa aja, kalau bukan perintah, Aa juga males overtime! Pengen Istirahat"

Nia tersenyum, dia kenal dengan Hadi karena satu rombongan dari Indonesia, dia senang Hadi menganggapnya sebagai adik karena dia memang nggak punya Abang.

Waktu di penampungan dulu dia pernah ngobrol dengannya, Hadi bilang dia seperti adiknya, saat itu dia nyeletuk "Ya udah anggap aja aku adiknya Aa." semenjak itu dia memanggilnya Hadi dengan panggilan Aa, panggilan orang sunda pada laki-laki yang usianya lebih tua.

"Nia, di bilik kamu udah pasang telepon belum?" Hadi bertanya pada Nia, membuat Nia terkejut, dia sedang melamun barusan.

" Oh udah A, bentar ni nomornya," Nia menuliskan no telepon di secarik kertas kemudian mengulurkannya pada Hadi.

"Oke, kamu catat nomor telpon Aa, kalau ada apa-apa kamu bisa telpon Aa ya" Hadi menyebutkan no teleponnya, Nia kemudian mencatat di buku catatannya.

"Oke, makasih A," Nia tersenyum girang, sekarang lebih gampang buat komunikasi dengan abang angkatna itu.

"Oke, skarang Aa kerja dulu ya.. kamu bukannya lagi sampling, lanjutin aja kerjaan kamu ntar kamu dimarahin leader kamu lagi!" sahut Hadi, dia kembali meneruskan pekerjaannya.

"Hehe.. iya"Nia tersenyum kecut, kalau ketemu orang se-Indonesia seneng banget rasanya, pengennya ngobrol terus. Nia kemudian melanjutkan aktifitasnya yang tertunda, di sebelahnya Hadi juga sibuk dengan pekerjaannya.

Satu jam kemudian bel istirahat berbunyi, Nia beranjak dari kursinya diikuti oleh Hadi. Hadi mengajak Nia ke kantin untuk makan siang, Nia menurut karena perutnya juga memang sudah lapar dari tadi, beriringan mereka naik lift menuju lantai empat.

Di kantin, Nia mengantri ambil makanan dibelakangnya Hadi mengikuti, setelah dirasa cukup Nia berjalan menuju meja tempat perempuan setelah pamitan pada Hadi, Hadi sendiri menuju meja tempat cowok berkumpul, dia menghampiri sebuah meja, disana ada Ian yang sudah lebih dulu mengambil tempat duduk.

Dari tempat duduknya, Ian sedari tadi memperhatikan Nia dan Hadi yang keluar barengan dari lift. Ada perasaan tidak suka melihat keakraban keduanya. Dia bingung juga sejak kapan Hadi dan Nia bisa akrab.

"Hai, kamu kok bisa barengan sama cewek itu sih.." tanya Ian tak sabar menunjuk Nia dengan pandangannya. Hadi meletakkan makanannya di meja kemudian duduk dihadapkan Ian, dia mengernyitkan dahinya.

"Siapa?.. Oh dia.. emang kenapa?" tanya Hadi, dia tersenyum menggoda Ian

Haditidak langsung menjawab pertanyaan Ian barusan, sengaja ingin membuat Ian tambah penasaran. Dia tahu Ian diam-diam suka memperhatikan Nia, sepertinya Ian cemburu dengan keakrabannya dengan gadis itu.

"Eh..ee..nggak knapa-napa" Ian gelagapan, dia garuk-garuk kepala, bingung juga kenapa dia tiba-tiba bertanya begitu.

"Kamu jangan macam-macam ya sama dia!" celetuk Hadi, Ian melotot kesal dia berfikir Hadi juga sama-sama menyukai Nia, bertambah kini saingannya. Hadi terkekeh melihat Ian kesal, senang bisa menggoda teman satu kamarnya ini.

"Kamu, kalah satu langkah sama aku Ian" Lanjut Hadi, masih berusaha menggoda Ian,

Ian membuang muka "cih.. yang benar aja." gumamnya sebal.

"Ha..ha.." Hadi tidak bisa menahan tawanya melihat Ian kesal. Anak itu sepertinya benar-benar kesal dengan gurauannya.

"Knapa tertawa.." gerutu Ian, tambah kesal melihat ekspresi Hadi yang seolah-olah mengejeknya.

Hadi tidak ingin menambah kekesalan Ian " Tenang Bro.. Aku tadi lagi rework di QA, jadi bisa barengan sama dia ke sini" Hadi menjelaskan kenapa dia sama Nia bisa barengan ke kantin.

Hadi kemudian mengeluarkan secarik kertas dari saku bajunya, menghulurkan kertas itu pada Ian. "Nih, ambil!"

"Apa ini?" tanya Ian bingung sambil memperhatikan tulisan di kertas yang ada di tangannya. Cuma nomor yang terdapat pada kertas itu.

Hadi geleng-geleng kepala, duh anak ini benar-benar telmi deh! "Kamu bego apa telmi sih, itu nomor telepon dia!" gerutunya

Seketika wajah Ian menjadi sumringah  setelah menyadari apa yang ada di tangannya, ia ingin memeluk teman di depan itu, tapi dia urungkan takut satu kantin jadi heboh nantinya.

"Thanks.. Bro.." ucapnya senang

"Oke, tapi ingat kamu jangan macem-macem sama adik angkat gue, kalau kamu macem-macem aku nggak segan-segan ngehajar kamu!" Hadi memperingatkan Ian, nada ucapannya serius.

Ian cengengesan "Siap Boss!!" sahut ya sambil memberi hormat pada Hadi. Hadi mendengus, kemudian melanjutkan menyantap makanannya.

Ian merasa lega ternyata Hadi bukan saingannya, tidak perlu di khawatirkan lagi, anak itu  ternyata hanya menganggap Nia sebagai adik angkatnya. Berarti sekarang dia punya banyak peluang untuk mendekati Nia.

Ian mencium kertas di tangannya tanpa sadar, Hadi menepuk jidat ya "Dasar!" umpatnya salam hati, dia kemudian tersenyum melihat ekspresi Ian yang kegirangan, dia sudah menganggap Ian seperti dia menganggap Nia sebagai adik.

Ian senyum-senyum memandang kertas yang di pegang ya, dia merasa seperti mempunyai kunci untuk masuk ke dunia lain. Dengan ini dia bisa lebih mudah berkomunikasi dan melakukan pendekatan pada gadis itu.

Sementara Hadi terus melahap makanannya, perutnya udah laper banget, dia tidak sempat sarapan pagi tadi.

****

My Love Undercover Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang