Patah Hati Dan Harapan

21 11 0
                                    

"Nia, jadi itu bukan gosip ya?" Tanya Ian meyakinkan, dia tahu dari Rara teman sekamar Nia waktu kemarin dia berusaha menelepon Nia, kata Rara Nia sedang pergi ke Kuala Lumpur dengan pacarnya.

"Bentar.. Bentar, yang mana yang maksudnya bukan gosip, pergi ke KL atau pacaran ya.." Nia balik bertanya,

"Maksudnya, Kamu pergi ke Kuala Lumpur trus nginep berdua ama pacar kamu?" Ian mengulang pertanyaannya.

"Nah, kalau itu beneran gosip!" Nia cengengesan

"Aku Klasifikasi ya, Aku pacaran itu fakta, pergi ke KL juga fakta,  Kalau nginep berdua.... Itu yang gosip! enak aja emang Aku cewek apaan! Kemarin kita pergi berempat, Aku tidur sekamar  sama Iren bukan sama pacarku!.. faham!"

Ian terdiam, ada perasaan lega sekaligus kecewa, ia kecewa ternyata Nia sudah membuka pintu hatinya untuk orang lain, dan tidak memberikan kesempatan untuknya.

Kesempatan?  Dalam hal ini bukan Nia yang tidak memberinya kesempatan, tapi selama ini salahnya tidak pernah meminta kesempatan itu pada Nia dengan serius, dia sadar akan hal itu. Di satu sisi dia merasa lega karena Nia masih bisa menjaga dirinya.

"Hallo... Ian, kenapa diam? Kamu masih di situ kan?" tanya Nia, kenapa anak ini tiba-tiba diam gerutunya dalam hati.

"Iya.. aku masih di sini.." jawab Ian pendek.

"Kamu kok jadi aneh gitu, salah makan ya?" tanya Nia geli, nggak biasanya Ian jadi pendiam, biasanya suka cerewet kalau lagi nelpon.

"Aku lagi patah hati Ni!" jawab Ian parau

"Wah, kapan jatuh cintanya? Tahu-tahu sudah patah hati!" ledek Nia, nggak kebayang ekspresi patah hatinya Ian seperti apa, anak itu kan biasanya selalu riang.

"Lusi yang bikin kamu patah hati ya?" Nia lanjut bertanya, setahunya Ian dekat Lusi temannya di bagian printing.

Ingin rasanya Ian mencakar ubin di lantai, duh...anak ini nggak peka banget, selama ini dia berusaha mendekati Nia, tapi sepertinya sedikit pun anak itu tidak mengerti maksudnya, perhatiannya..Kini tahu-tahu udah jadian sama orang lain.

"Bukan.." sahut Ian

"Trus siapa yang bikin kamu patah hati, biar aku minta dia sambungan lagi hati kamu nya!" tanya Nia penasaran

Kali ini Ian bener-bener lemes, gimana jelasin ya kalau Nia yang membuatnya patah hati,

"Kamu, yang harus tanggung jawab.. Kamu yang bikin aku patah hati!" sahut Ian

"Aku?" tanya Nia heran

"Kok Aku?... Oh.. kamu nggak rela ya sahabatmu ini pacaran.." canda Nia, Nia nggak pernah menanggapi Iyan dengan serius, karena suka meleset. Omongan Ian itu nggak bisa di bedakan antara serius atau bercanda.

"Tenang.. pacar aku udah tahu kok, kamu sahabat Aku!"

"Sahabat?"  kali ini Ian benar-benar menangis meraung-raung, jadi bener Nia cuma menganggapnya seorang sahabat, nggak punya perasaan sama sekali.

"Ian.. kamu masih hidup? Kok diem?" tanya Nia bingung, anak ini bener-bener aneh deh gerutunya.

"Nia kalau aku bilang 'suka sama kamu' bukan sebagai sahabat, kamu percaya nggak?" tanya Ian serius

Nia tertawa "Ha.. ha.. Aku percaya, percaya bo'ongnya!" sahut Nia

Ian ikut tertawa sumbang, ya walaupun berbagai upaya menjelaskan ya secara serius tetap saja Nia pasti menganggapnya sedang bercanda. Ian menghela nafasnya

"Ya udah, Aku ngijinin kamu pacaran, tapi kamu jaga diri kamu baik-baik.. Jaga kehormatan kamu, jangan ngundang fitnah orang lain ya!"  Ian mau nggak mau harus menerima kenyataan ada orang lain di hati Nia sekarang.

"Hish..kamu ngomongnya kayak A Hadi aja sih!, Iya.. Aku pasti jaga diri, makasih ya udah ngingetin Aku, nggak sia-sia punya sahabat kayak kamu...He..He.." sahut Nia

Iyan menutup telepon mengakhiri obrolannya dengan Nia, mendengar suara Nia saja sudah mengobati rasa kangen ya pada gadis itu, walaupun sekarang dia hanya bisa menerima kenyataan bahwa Nia sudah memiliki orang lain di hatinya.

Setidaknya posisi dia sebagai sahabat masih bisa memungkinkannya tetap dekat dengan gadis itu, dia hanya ingin melihat gadis itu bahagia itu sudah cukup, seandainya bisa memiliki gadis itu, itu adalah bonus baginya.

Sementara setelah mengakhiri obrolannya dengan Ian, Nia membaringkan dirinya di kasur, perjalanan tadi cukup meletihkan, untungnya waktu perjalanan pulang tadi dia tidak mabuk seperti waktu berangkat.

Nia memikirkan setiap obrolannya dengan Iren tadi pagi, benarkah Sham suka padanya? lalu obrolannya dengan Ian barusan, apa Ian juga menyukainya? Ian bilang patah hati karena dia, ah kalau Ian sih paling cuma bercanda, tapi kalau Sham mungin saja benar, bisa di lihat dari sikapnya.

Tiit.. HP Nia berbunyi, ada pesan masuk, Nia membuka HP nya, rupanya pesan dari Isman

"Sayang dah tidur ke?"

"Abang tak leh tidor, miss U"

"Need Your Kiss"

Nia tersenyum membaca isi pesan itu, Isman kadang suka kayak anak kecil, padahal baru saja mereka berpisah. Nia membalas pesan Isman

"Miss U too"

"Tidur lah, besok harus kerja!"

Pesan dari Isman masuk lagi

"Tak boleh, Abang ingat Ayang.."

"Best, kalau ayang jadi istri Abang, boleh peluk tiap saat, boleh cium tiap saat... Boleh...... "

Nia kembali tersenyum kemudian membalas lagi pesan Isman

"Hish.. Mesum! Jangan berkhayal yang tidak-tidak!

Isman terkekeh membaca balasan pesan dari Nia, dia suka menggoda gadis itu. Sebagai lelaki yang sudah dewasa, hasrat untuk selalu dekat dengan orang yang di cintai pasti ada, tapi Isman berusaha sebisa mungkin untuk menjaga dirinya, menjaga Nia, bagaimanapun dia tidak ingin memetik bunga sebelum waktunya.

Saat ini yang harus dia fikiran bagaimana caranya supaya bisa secepatnya menghalalkan Nia sebagai Isterinya.

Dari pihak keluarganya mungkin takan jadi masalah, tapi yang akan menjadi masalah sepertinya dari Keluarga Nia. Keluarga Nia belum tahu tentang dirinya sama sekali, apa kata mereka kalau tiba-tiba dia melamar anaknya.

Isman membalas pesan Nia

"Tak mesum pun, Abang nak Ayang jadi istri Abang!"

"Bila nak kenalkan abang kat Ayang punya family?Abang nak pinang Ayang"

Hati Nia berdesir, sepertinya Isman betul-betul serius dengan perkataannya, tapi bukankah itu terlalu cepat berfikir ke arah pernikahan, baru beberapa bulan saja mereka jadian, belum betul-betul mengenal satu sama lain, Nia belum siap menikah. Usianya baru saja menginjak 23 Tahun, usia Isman pun hanya terpaut satu tahun dengannya.

Tapi Isman sepertinya tidak main-main dengan perkataannya, ingin menjadikannya Isteri, Apa yang harus dia lakukan apalagi dengan keadaan hatinya saat ini yang baru 90 persen dia berikan pada Isman. Dia harus benar-benar meyakinkan dirinya lebih dulu.

Nia membalas pesan Isman

"secepatnya, bagi Aku masa Bang!"

Isman membaca pesan Nia, dia tersenyum senang, seandainya bisa saat ini juga dia ingin melamar Nia pada orang tuanya, lalu besok mereka menikah. Sudah nggak sabar rasanya ingin memiliki gadis itu seutuhnya.

"Oke sayang, tidur lah.. mimpikan abang tau! Jangan mimpikan jantan lain! He.. he.."

"Mmmmuuuaaach"

My Love Undercover Where stories live. Discover now