Penyelamat (3)

223 51 2
                                    

"Selesai."

Ryujin bernapas lega.

Ia sejujurnya masih tidak percaya bahwa ia berhasil menyelesaikan tugas terkutuk ini dengan tangannya sendiri—dibantu oleh Jeno—dengan lancar dan mudah, namun senyum memikat Jeno di sampingnya membuat Ryujin merasa keajaiban itu memang benar-benar ada. Ryujin tak tahu bagaimana anak laki-laki itu melakukannya, tapi ia merasa anak laki-laki itu sangat berbakat menjadi seorang guru Prancis.

"Terima kasih banyak, Jeno," kata Ryujin sambil memandangnya dengan tatapan bersahabat. "Kau benar-benar hebat. Aku tak percaya bisa menyelesaikan tugas ini dengan begitu mudah."

Ryujin menyeruput jus cranberry-nya yang tersisa tinggal sedikit.

"Kamus online—aku tak mengerti dari mana kau bisa dapat ide itu," kata Ryujin. "Tapi itu benar-benar pintar."

Jeno menyambut pujian itu dengan satu senyuman tulus yang membuatnya terlihat semakin tampan. "Sama-sama, Ryujin. Kurasa kau pun berbakat menguasai bahasa Prancis, mengingat kemampuan sastramu yang cukup mengagumkan. Hanya saja kau belum menyadarinya."

Otak Ryujin terjungkal mendengar pernyataan yang sangat menggelikan tersebut.

"Berbakat?" kata Ryujin sambil cekikikan. "Yang benar saja. Kau harus tahu ceritaku di kelas Prancis, Jeno, aku yakin pasti akan membuatmu berubah pikiran."

Jeno memperhatikan dengan seksama. "Hm? Apa itu?"

Tiba-tiba Ryujin merasa tergugah untuk mengekspresikan kisah hidupnya ke dalam sebuah dongeng yang mengenaskan, indah, dan dramatis.

"Pada zaman dahulu kala, ketika Putri Ryujin masih tinggal di Istana SpringButter Middle School," kata Ryujin dengan suara yang khas dan dalam, bagaikan seorang penyair bungkuk tua dari kerajaan Mesopotamia. "Hiduplah seorang nenek sihir bernama Madmazel Jennie yang terkenal dengan kekejamannya saat membantai rakyat SpringButter yang tak berdosa."

Ryujin melanjutkan kisahnya dengan penuh penghayatan.

"Nenek sihir itu mempunyai sebuah jimat sakti bertuah bernama Mustika Kelas Prancis yang membuatnya hidup abadi dengan menyedot kebahagiaan orang-orang yang berada di sekelilingnya. Mustika Kelas Prancis menghisap darah manusia-manusia dan membuat tubuh mereka mengkeriput menjadi kurcaci dan menggelambir menjijikkan di bagian kulit wajah mereka." Ryujin menambahkan sebuah pernyataan lagi untuk membuatnya terdengar semakin dramatis. "Bahkan cacing pun berubah menjadi kurcaci!"

Jeno menahan tawanya sambil berkata, "Sungguh? Cacing menjadi kurcaci?"

Ryujin menatap Jeno dengan sungguh-sungguh.

"YA! Cacing, ular, katak, kepompong—semuanya menjadi kurcaci," kata Ryujin dengan nada menggeram. "Hingga akhirnya Putri Ryujin mencoba melawan nenek sihir sakti itu dan ia terkena sinar radiasi Mustika Kelas Prancis yang membakar sekujur tubuhnya. Rasanya benar-benar panas dan menyakitkan. Putri Ryujin tak kuasa melawan kekuatan nenek sihir jahat Madmazel Jennie dan ia akhirnya menyerah pada kekalahan."

"Lalu Putri Ryujin pun berubah menjadi amuba," kata Ryujin lagi. Tak lama kemudian, ia pun mengakhiri ceritanya dengan santai.

"Tamat."

Ryujin mengunyah potongan terakhir kentang gorengnya.

Jeno sempat terdiam selama beberapa detik. Alam bawah sadarnya masih menunggu akhir dari kisah dongeng yang tak masuk akal ini, namun ketika ia menyadari bahwa ceritanya sendiri sudah selesai dengan berubahnya Ryujin menjadi amuba, ia pun tertawa terpingkal-pingkal.

"Amuba?" kata Jeno sambil terkikih. Cerita itu terdengar tak masuk akal untuknya. "Bagaimana mungkin ia menjadi amuba?"

"Dengan bantuan sinar ultraviolet," ungkap Ryujin. "Sinar ultraviolet mengubah omega-3 dan triclosan menjadi DHA, yang baik untuk pertumbuhan anak—Ohh, baiklah Jeno! Aku sedang berbicara di sini. Kenapa mukamu tidak serius begitu?"

RYUJIN & FRENCH CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang