Krisis (1)

188 44 4
                                    


Sebenarnya Ryujin dari dulu selalu bertanya-tanya, mengapa Shuhua selama ini dapat mempertahankan hubungannya dengan Hyunjin tanpa masalah.

Kepergian Minju ke luar negeri sedikit banyak memang telah memberikan keleluasaan bagi Shuhua untuk meneruskan hubungannya dengan Hyunjin tanpa hambatan. Tapi lebih dari itu-masalah yang sebenarnya justru ada pada kepribadian Shuhua itu sendiri.

Orang-orang normal pun tahu hal ini.

Shuhua masih tergila-gila dengan Jeno.

Setiap jam makan siang di kafetaria, teriakan histeris Shuhua dan para gadis setiap mereka membahas soal Jeno Sang Pangeran tentu saja menggaung dengan sangat jelas di sekeliling ruangan kafetaria-seperti auman singa di padang rumput Sabana. Tak ada alasan yang masuk akal yang bisa membenarkan bahwa di tengah-tengah kegilaan ini, Hyunjin tidak mengetahui penyimpangan yang jelas-jelas terlihat bahwa Shuhua masih sangat menyukai Jeno sampai sekarang.

Ryujin baru saja akan melupakan hal ini dan mulai menganggapnya sebagai sebuah kebetulan, sampai akhirnya ia mendengar sendiri kabar yang mengagetkan dari Shuhua Yeh saat mereka berlima-tanpa Yuna-sedang berjalan menuju kafetaria pada jam makan siang.

"Aku putus dengan Hyunjin," kata Shuhua suatu ketika, memecah keheningan.

"Ha?" Ryujin bengong.

"Dia minta putus tadi pagi," kata Shuhua. Shuhua menggeram dan keningnya mengerut. Raut wajahnya benar-benar menunjukkan kekesalan yang teramat dalam. "Dia itu minta putus dariku tadi pagi!"

"KENAPA!?"

Shuhua meraung dengan nada yang amat marah.

Keempat gadis The Lady Witches saling berpandangan dalam bahasa isyarat yang baru saja mereka ciptakan. Mereka tadinya tak yakin apakah gadis ini sedang bicara serius atau sebenarnya hanya ingin mencari perhatian saja-seperti yang biasanya ia lakukan. Tapi melihat reaksi Shuhua yang lebih dramatis daripada biasanya, bisa disimpulkan kalau kejadian kali ini memang sungguhan.

"Apa yang terjadi? Mengapa dia tiba-tiba memutuskanmu? Apa kau melakukan sesuatu yang buruk padanya?" tanya Yeji.

Ryujin hampir saja akan menanyakan pertanyaan yang sama-untung saja tak jadi. Pertanyaan itu justru membuat Shuhua ngamuk besar.

"APA?" hardik Shuhua.

Ia memandang Yeji dengan tatapan sinis yang kejam. Sorot matanya mengkritik tajam, seolah-olah akan menusuknya dengan jari-jarinya yang baru saja di-pedicure.

"Berbuat sesuatu yang buruk!? AKU??"

Ryujin bersyukur setengah mati ia tadi tidak jadi menanyakan pertanyaan konyol itu. Kalau saja ia jadi menanyakan pertanyaan itu menggantikan Yeji, bisa-bisa ia terkena serangan jantung dan masuk ruang ICU dengan tabung oksigen sekarang. Atau meleleh menjadi es krim encer.

"Yang benar saja! Kau pikir aku ini gadis seperti apa, Ji!?" amuk Shuhua.

Wajah Yeji pucat pasi dan bergidik ngeri, lebih-lebih karena terperanjat oleh teriakan Shuhua yang menyeramkan.

"Tenanglah, Shu," kata Chaeryeong dengan lembut, berperan sebagai penengah yang baik di antara keduanya. Ia merangkul tangan Shuhua dengan perlahan dan berbicara dengan nada keibuan yang menyenangkan.

"Tenanglah. Kita akan bicarakan ini nanti di kafetaria."

Mereka melanjutkan perjalanan menuju ke kafetaria dalam kesunyian. Sementara itu, Yeji yang baru saja dihardik oleh Shuhua, masih meratap suram di ujung barisan. Dan yang lain-tak ada seorang pun yang berani untuk membuka mulutnya, apalagi membahas apapun yang berpotensi akan mengundang kemarahan Shuhua berikutnya.

RYUJIN & FRENCH CLASSWhere stories live. Discover now