Krisis (4)

349 49 9
                                    

Ryujin menarik koran yang sedang dibaca oleh Nancy dan gadis itu menatapnya kebingungan.

"Ada apa, Ryujin?" tanya Nancy.

"Tidak apa-apa," kata Ryujin. "Ada kesalahan produksi hari ini, jadi korannya kutarik dulu. Kau belum baca semuanya, kan?"

Nancy menggeleng. "Belum. Tapi—"

"Oke, nanti aku kabari lagi ya," tukas Ryujin. Sepertinya masih belum terlambat sampai semua koran ini terkumpul di tangannya—anak-anak ini membaca seperti siput.

Ryujin menghampiri meja lain untuk mengambil koran berikutnya.

"Beomgyu!" seru Ryujin.

Seorang anak laki-laki yang dipanggil Beomgyu menoleh dengan sangat cepat. Beomgyu Choi—seorang anak laki-laki yang sangat tergila-gila pada Ryujin—pernah menjadi teman sekelompoknya di Kelas Sejarah. Di tangannya terdapat sebuah koran sekolah yang sepertinya sedang dibacanya di atas meja, dan langsung menarik perhatian Ryujin saat itu juga.

"Aku pinjam dulu, ya," kata Ryujin ringan. "Chenle benar-benar bodoh, tulisanku ada yang salah diketik olehnya, jadi—"

Ryujin kaget karena Beomgyu tiba-tiba menyambar tangan Ryujin dan menariknya ke arahnya. Tepat ketika Ryujin hendak mengambil sebuah koran sekolah dari genggaman tangannya itu.

Beomgyu tersenyum sinis. "Ryujin."

Ryujin tertawa kecil. Ia merasakan firasat buruk, jangan-jangan Beomgyu sudah membaca puisi itu. Namun ia berharap semoga ini hanya dugaannya saja.

"Kenapa kau ini?" Ryujin berpura-pura lugu. "Ayo, berikan padaku sini. Ada yang harus diperbaiki."

Beomgyu tetap menahan tangannya dan tidak memberikan ekspresi lebih banyak lagi.

"Kami sudah membacanya, Ryujin!" kata seorang anak laki-laki berkulit hitam yang duduk tepat di sebelah Beomgyu. Anak laki-laki itu—berkebalikan dari Beomgyu yang terlihat lebih datar dan tanpa ekspresi—berbicara dengan nada suara dan ekspresi yang sangat bersemangat.

"Semuanya!"

Ryujin berusaha keras mengingat siapa anak ini. Ryujin sama sekali tidak tahu namanya, tapi sepertinya anak laki-laki ini dan Beomgyu—mereka berdua telah membaca puisi Jeno.

Ini sangat gawat, pikir Ryujin.

Anak laki-laki itu merebut koran sekolah dari tangan Ryujin dan sibuk membolak-balik halaman koran itu untuk menunjukkan bagian mana yang ia maksudkan. Ryujin berusaha meraih kembali, namun tangannya masih ditahan oleh tangan Beomgyu.

"Puisi ini—," katanya lagi, "Aku benar-benar tidak percaya! Bahkan akhirnya Jeno pun berhasil takluk padamu! Oh, Ryujin. Kau ini benar-benar gadis yang luar biasa!"

Suara anak laki-laki itu terdengar terlalu nyaring.

"Lihat, Beomgyu," kata si anak berkulit hitam pada Beomgyu, "Jadi, Sang Pangeran telah tunduk pada The Unbeatable, kau bisa bayangkan itu?"

Anak laki-laki itu terus saja berbicara tanpa henti.

"Ryujin Shin benar-benar hebat! Tidak hanya Beomgyu saja yang ditolak, bahkan Jeno Lee yang sangat terkenal pun juga akhirnya bertekuk lutut di hadapannya," kata anak laki-laki itu. "Tapi Beomgyu—sainganmu untuk mendapatkan Ryujin pun menjadi semakin berat, Kawan! Jeno—sekarang Jeno! Bagaimana mungkin kita mengalahkannya?"

Beomgyu menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak tahu," kata Beomgyu. Ia memandang Ryujin lemah. Ryujin menjadi salah tingkah. "Tapi kenapa Ryujin? Kenapa melakukan ini?"

RYUJIN & FRENCH CLASSWhere stories live. Discover now