Penyelamat (1)

199 41 1
                                    

Pagi itu kelas Aljabar tidak terlalu buruk. Topik pertidaksamaan memang cukup membingungkan—apalagi Ryujin sering kesulitan menentukan tanda pertidaksamaannya—tapi semuanya tampaknya selalu baik-baik saja karena Lia selalu memberikan petunjuk. Begitu pula halnya suasana hati Ryujin saat ini yang juga bisa dibilang baik-baik saja, begitu tenang dan damai seperti nuansa pagi di kampung halaman, seolah-olah ia sama sekali telah lupa pada hal tragis yang menggegarkan otaknya kemarin.

Memang bukan tipikal Ryujin yang suka berlama-lama memikirkan suatu masalah.

Ryujin berjalan santai menyusuri koridor sekolahnya menuju ke ruangan klub koran sekolah yang terletak di lantai tiga. Setelah kelas Aljabar selesai, ia berencana untuk mengumpulkan tugas artikel wawancara Jeno ke Chenle, sambil menunggu jam pergantian kelas. Berhubung Ryujin memang sudah menyelesaikan tugas artikel itu kemarin malam, ia memutuskan tak mau berlama-lama menunda mengumpulkannya, karena ada masalah penting lain yang perlu menjadi pusat perhatiannya sekarang. Tugas esai Prancis, tentu saja.

Kalau diingat lagi kejadian tadi malam, Ryujin sangat bersyukur karena tepat seperti dugaannya, Tuan Muda Jeno Lee yang baik hati bersedia menolongnya mengerjakan tugas Prancis yang sangat menyesakkan dada itu. Ia tak tahu lagi harus berterimakasih seperti apa pada Sang Pangeran Tampan Berhati Malaikat Bertabur Mutiara Emas Berlian itu, tapi yang jelas kali ini ia pasti harus mentraktirnya makan.

Ryujin memulai komunikasinya dengan Jeno lewat e-mail, sambil menyelesaikan tugas artikel wawancaranya malam itu. Sebuah e-mail dengan gaya aneh yang berbeda sekali dengan nada e-mail yang pernah dikirimnya ke Jeno beberapa hari sebelumnya.

Halo Jeno,

Aku mendapat tugas esai Prancis dari M.Do dan.. Well.. Yeah..
Aku tak mengerti sama sekali.
Um.. Kurasa bahasa Prancismu cukup bagus, jadi maukah kau menolongku?

Ryujin.
PS: Jangan bilang siapa-siapa. Pleassssseee!!

Kalimat terakhir memang agak berlebihan—dan cukup memalukan—tapi memang sangat penting bagi Ryujin untuk merahasiakan aktivitas ilegalnya ini. Kalau sampai Yeji dan The Lady Witches lain tahu, bahwa ia menjiplak tugas Prancis Yeji, dan sekarang malah minta les privat dengan Jeno, bisa-bisa kariernya sebagai manusia Bumi bisa tamat.

Ryujin tidak perlu menunggu terlalu lama, karena e-mail jawaban dari Jeno muncul tiga puluh detik kemudian. Benar-benar cepat. Bahkan Ryujin belum sempat menggeser pantatnya dari kursi.

Dear Ryujin.
Dengan senang hati. Aku akan membantumu mengerjakannya. Jam berapa dan di mana tepatnya, kira-kira?

Jeno.

Ryujin tidak bisa menyembunyikan kegirangannya, karena respon yang cepat dan positif dari Jeno itu justru hal yang paling ditunggu-tunggunya saat itu. Meskipun demikian, butuh waktu setengah jam bagi Ryujin untuk mengirim e-mail balasan, karena ia harus memikirkan tempat yang paling strategis yang tidak akan bisa ketahuan siapa-siapa.

Perky's House, jam 4 sore.
Makasih banget, ya!
Sampai ketemu nanti sore.

Ryujin.

Kedai Steak~Stack memang masih lebih dekat dari rumahnya, tapi Ryujin sudah belajar dari pengalamannya beberapa hari yang lalu untuk tidak lagi menggunakan tempat itu sebagai tempat pertemuan. Lagipula, suasana di Perky's House sudah cukup nyaman untuk mengerjakan tugas, dan terlebih lagi, ada sudut-sudut tertentu yang tidak mencolok yang bisa dipakai untuk bersembunyi—kalau-kalau ada anak-anak Nimber yang suatu saat mampir ke tempat itu. Bahkan ada posisi tertentu yang dekat sekali dengan pintu belakang, sehingga setidaknya ia bisa kabur pada kondisi-kondisi darurat.

RYUJIN & FRENCH CLASSWhere stories live. Discover now