Kelas Prancis (1)

205 44 2
                                    

"Di mana si sapi itu??"

Yeji menggerutu sambil melihat-lihat jam. Dia sangat yakin bukan jarum jamnya yang bergerak terlalu cepat, karena sedari tadi M.Do—sang guru Prancis—terus memandanginya, menunggu dengan raut muka yang bosan dan tidak sabar.

"Bagaimana, Mlle.Hwang? Apakah aku masih harus menunggu lagi?"

Yeji benar-benar kesal pada Ryujin. Ingin sekali rasanya ia menjambak rambut anak itu, mencincang-cincang dagingnya, lalu memanggangnya di pemanggang roti. Segera setelah anak itu menampakkan batang hidungnya.

"Lima menit lagi kelas akan segera berakhir, Mademoiselle. Kuharap Mlle.Shin bisa datang sebelum itu, sebab kalau tidak kalian tidak akan punya kesempatan lagi untuk mengumpulkan tugas itu padaku," jelas M.Do. "Setelah ini aku akan ada satu kelas lagi—dan setelah itu, aku akan keluar karena ada urusan. Kuharap kalian berdua bisa mengumpulkannya sekarang juga."

Yeji mengangguk lemah. Ini benar-benar sudah keterlaluan, pikirnya. Apa Ryujin tidak bisa bangun pada jam normal, di mana semua orang-orang normal bangun dengan normal untuk melakukan rutinitas yang normal, yaitu berangkat ke sekolah tepat waktu dan tidak datang terlambat? Paling tidak jangan terlambat hari ini. Jangan terlambat saat seluruh laporan tugas ada padanya.

Yeji mengomel dalam hati.

Yeji tak henti-hentinya mengerutuki keputusannya telah memilih Ryujin sebagai partnernya dalam tugas Prancis kali ini. Ia lebih menyesal lagi bahwa ia mempercayakan laporan tugas itu berada di tangan Ryujin. Tadinya, ia bermaksud menolong Ryujin karena ia tahu anak itu benar-benar payah dalam bahasa Prancis. Tapi, bukannya membantu dirinya sendiri, Ryujin Shin—sang Ratu Terlambat—malah mengacaukan semuanya dengan tidak datang tepat waktu di hari deadline tugas itu harus dikumpulkan.

Dia bahkan belum datang sama sekali.

Yeji mengumpat sekali lagi.

Bel berdering, mengubah raut wajah dua orang manusia dalam waktu yang hampir bersamaan. Yang satu mendesah panjang, yang satunya lagi menahan napasnya secara mendadak dan memperlihatkan raut wajah luar biasa panik.

"Jam pelajaran kita sudah habis. Aku rasa aku sudah tidak bisa menunggu lagi, Mlle.Hwang," ujar M.Do. "Baiklah, anak-anak. Sampai jumpa lagi minggu depan. Oh, ya. Seperti yang kukatakan tadi, hari Senin kita tidak ada kelas, karena aku akan ada di Owksward untuk mengikuti seminar. Jangan lupa kerjakan tugas yang kuberikan hari ini."

M.Do merapikan buku-bukunya di atas meja, meletakkan kamus tebal bahasa Prancis pada posisi yang paling bawah, berurutan ke atas buku-buku lain yang lebih kecil, hingga buku catatannya sendirilah yang akhirnya menempati kedudukan paling atas. Laki-laki gendut setengah botak itu beranjak dari kursinya dan mendekap buku-buku itu sambil berjalan keluar kelas.

"Monsieur, tunggu sebentar!" Yeji berteriak, saking paniknya. "Kurasa Ryujin sakit hari ini, sehingga ia tidak bisa datang. Apa boleh aku meminta kompensasi, atau semacamnya?"

Yeji berusaha membujuk guru gendut itu dengan nada memelas. "Besok? Aku janji besok kami akan mengumpulkannya. Tepat waktu. Bahkan sebelum itu. Bagaimana, Monsieur?"

M.Do menghela napas. Matanya memancarkan aura kebapakan yang menyenangkan, senyumnya nampak tulus yang tanpa ragu-ragu diperlihatkannya pada Yeji. Meskipun begitu, ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa ia benar-benar tidak bisa menjanjikan apa-apa.

"Sayang sekali, Mademoiselle. Bukannya aku tak mau menolongmu—aku mengerti situasimu saat ini—tapi mulai besok aku sudah tidak berada di Eastcult. Jadi aku sudah tidak bisa menerima tugas itu lagi," terang M.Do. "Kecuali kalau nanti Mlle.Shin bisa datang sebelum aku pulang mengajar hari ini."

RYUJIN & FRENCH CLASSWhere stories live. Discover now