|♧ 24• SUAPAN SEORANG IBU ~》

95K 11.9K 1K
                                    

~》¿♧¿☆¿♧¿《~
V
O
T
E
☆☆☆☆☆
💬💬💬💬💬

_________________________________________
VOTE☆ sebelum baca😊👐
.
.
.
.
.

"Kamu apa-apaan, ha?! Kamu mau bunuh Eca?!"

Acha membeku mendengar bentakan Arlan, Ayahnya. Membunuh Eca? Acha tidak pernah menginginkan itu. Tadi saja, ia tidak menyentuh Eca bukan? Lalu bagaimana ia membunuh Eca? Dengan sulap? Ah, pemikiran yang sangat bodoh.

"Kenapa diam?" Acha terjingkrat kaget. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Acha nggak ngapa-ngapin Eca, Yah!" bantahnya dengan suara tegas.

"Nggak ngapa-ngapain kamu bilang? Lalu apa itu?!" Arlan menunjuk Eca yang masih terbaring lemah.

"Bukan Acha," ia terus menggelengkan kepalanya membantah tuduhan Arlan.

"Jangan terus membantah! Kamu tahu, bukan? Eca tidak bisa berenang!"

"Ayah tanya, aku tahu Eca nggak bisa renang? Ha ha. Aku emang nggak tahu, Yah! Nggak pernah dan nggak mau tahy! Bagaimana aku tahu? Aku aja tumbuh dan dirawat oleh orang yang berbeda? Nggak kayak Exa! Dia selali jadi nomor satu bagi kalian! Lalu bagaimana aku bisa tahu?" Acha tertawa, tertawa miris. Ia menertawakan nasibnya bertahun-tahun yang lalu. Tubuhnya mulai bergetar di dalam kolam.

Semuanya terdiam. Bahkan pergerakan Rian dam Arka terhenti karena ucapan Acha. Arlan yang lebih dahulu tersadar kembali bersuara tanpa mempedulikan keadaan Acha saat ini.

"Nggak ada sopan tantun mamu, ha?! Kamu mrmbentak Ayah ka--"

"Eca bangun!!"

Semuanya menoleh mendengar teriakan histeris dari Dila. Dengan sigap Arka menggotong tubuh Eca untuk di bawah ke rumah sakit. Mereka semua berlari mengikuti Arka meninggalkan Acha yang kini menatap miris mereka.

Air matanya luruh begitu saja. Apa keputusannya salah? Tak lama, ia merasakan sakit di kepalanya. Dengan cepat Ia berjalan meninggalkan kolam renang.

Ia berjalan sempoyongan menaiki setiap anak tangga. Satu tangannya ia gunakan untuk memegang pembatas dan satu tangan lainnya ia gunakan untuk memukul kepalanya menahan sakit.

"Ku mohon jangan sekarang!"

Acha bernapas lega ketika berhasil menaiki tangga. Ia mulai melanjutkan jalannya dengan dinding-dinding sebagai penyangganya.

Ceklek

Acha membuka pintu kamarnya dan menutupnya kembali. Ia terus berusaha berjalan menuju tempat tidurnya dengan terus saja menahan sakit yang kini mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Bahkan kini darah segar mulai mengalir dari hidungnya.

Brak!

Acha tergeletak di bawah lantai tak sadarkan diri dengan darah segar tetap mengalir bahkan semakin deras.

*****

Acha terbangun ketika malam sudah tiba. Kamarnya gelap. Hanya ada cahaya bulan dari arah jendela yang tidak tertutup. Ia berusaha bangkit dari tidurnya, kepalanya masih saja sakit meski tak sesakit tadi. Terlihat bekas-bekas darah yang sudah mengering di sekitar wajah, baju, dan juga lantai kamarnya.

ACHA || Good Bye!! [Terbit✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang