Perang Logika

3.3K 413 32
                                    

"Bahagialah seperti matahari, dan bersedih lah seperti hujan. Karena, tak ada yang tahu bagaimana rasanya menangis ketika bibir tersenyum"

























Hari mulai menjelang tengah hari. Dan saatnya makan siang bagi para pekerjaa. Jungkook yang memang nyatanya tak diizinkan keluar oleh Baekhyun harus pasrah di temani ibu mertuanya satu harian di kamar.

Sedangkan Baekhyun tengah bersantai di sofa sambil membaca majalah.
"Eomma" panggil Jungkook.
"Hmmm" Baekhyun hanya ber'hmm' ria sebagai jawaban.
"Aku bosan" adu Jungkook dengan sedikit merengek.

Baekhyun menoleh pada Jungkook.
"Kan Eomma sudah menyuruh ku tidur, tapi kau tak dengar" ucap Baekhyun.
"Aku sejak di rumah sakit selalu tidur. Baru bangun di suruh tidur lagi. Aku juga capek Eomma" kesal Jungkook. Baekhyun menghela nafas, ia paham apa yang di rasakan oleh namja manis ini.
"Baiklah, kita akan ke taman belakang. Duduk memandangi bunga sambil minum secangkir teh. Terdengar oke bukan" tawa Baekhyun.
"Terdengar tak buruk. Baiklah aku mau" jawab Jungkook antusias.

Baekhyun hanya tersenyum melihat itu. Lalu, terasa getaran dari saku Baekhyun. Merogoh ke dalam dan melihat ada sebuah pesan singkat masuk. Itu dari Taehyung. Tak mau berlama, ia membaca pesan dari anak bungsu nya itu

My young son

Eomma, bisakah Eomma memasakkan makan siang untuk ku. Aku lagi malas ke keluar untuk makan.

Begitulah isu pesan dari Taehyung. Baekhyun mendengus kesal membaca itu.
"Giliran ada mau nya, baru baik dan ingat status. Dasar durhaka" geram Baekhyun.
"Dia siapa Eomma?" tanya Jungkook yang sedari tadi melihat Baekhyun.
"Biasa, anak setan yang jika ada mau nya baru ingat orang yang melahirkan nya ke dunia ini".

Perkataan nya membuat Jungkook bingung. Baekhyun jelas menangkap raut kebingungan di wajah Jungkook. Dengan berat hati, ia menjelaskannya.
"Ini pesan dari Taehyung. Meminta di buatkan bekal" jelaskan Baekhyun.

Seketika pikiran Jungkook langsung menghasilkan ide yang baik.
"Biar aku saja yang buatkan Eomma" kata Jungkook. Baekhyun menatap Jungkook.
"Kau yakin?" ulang Baekhyun. Jungkook mengangguk paten.
"Yakin Eomma. Lagi pula Tae hyung itu adalah suami ku. Sudah kewajiban ku untuk memperhatikan pola makannya".

Jungkook tak tahu, jika di dalam hati Baekhyun itu campur aduk. Sedih, bahagia, dan bangga bercampur menjadi satu. Baekhyun mengangguk setuju.
"Baiklah, ayo kita ke dapur" ajak Baekhyun. Dan mereka berdua pergi menuju dapur.

°°°°°

Brak!!!!

Pintu ruangan kerja Wonwoo di jika secara kasar. Wonwoo yang tengah memeriksa data pasien terkejut mendengar itu. Pelakunya tak lain adalah Minki. Namja itu bahkan merasa tak bersalah dan langsung duduk di depan Wonwoo.
"Tak bisakah kau bersikap sopan. Ini rumah sakit asal kau tau" datar Wonwoo.
"Aku tak peduli. Ini rumah sakit juga ada atas bantuan dana dari suamiku. Jadi ingat derajat" cerca Minki.

Wonwoo geram melihat Minki yang selalu saja membanggakan soal kasta.
"Sekarang kau baru bisa menyombongkan diri. Dulu kau kemana? Ingatlah asal usul  mu dulu nyonya Kim Minki" balas Wonwoo. Minki menatapnya dengan tajam.
"Sekarang katakan pada ku, kenapa kau datang ke sini".

Tanpa menoleh ke arah Minki, Wonwoo malah fokus pada data pasiennya sembari menunggu jawaban dari Minki.
"Aku sudah muak dengan semua ini" jawab Minki.
"Lalu urusan dengan ku apa?" tanya Wonwoo lagi. Minki mendengus kesal.
"Aku mau, kau membantu ku untuk menyingkirkan si sampah Jungkook itu". Untaian kata yang membuat fokus Wonwoo berpaling menatap Minki.
"Aku akan menolak ajakan mu. Aku tak kau masuk dalam lingkaran kejahatan mu" tolak Wonwoo.

365 Day (1 Years)Where stories live. Discover now