Firasat Buruk

3.5K 376 18
                                    

"Pelangi memang indah, tapi tak bisa tersentuh. Tak semua yang indah dapat di gapai, akan ada saatnya yang indah tak tersentuh dan hilang"












Brak.....

"ASTAGA!!" Orang di dalamnya terkejut kala pintu ruangannya terbuka secara paksa tanpa ada suara ketukan terlebih dahulu.
"Apa yang kau lakukan ha?". Marah pemuda manis yang ada didalam.

Minki, pelaku dari kekacauan ini menatap Wonwoo sang sahabat dengan tatapan datar bercampur emosi di dalamnya. Minki melangkah mendekati meja kerja Wonwoo. Tak tahu malu, Minki menaikkan kaki nya di atas meja dengan sangat tak sopannya.

"Apa kau tak punya sopan santun?" Sindir Wonwoo pada orang yang baru saja masuk dengan seenak jidat nya saja. Siapa lagi kalau bukan Minki.
Namja manis tapi angkuh itu yak peduli akan kritikan Wonwoo dan malah melangkah kan kakinya menuju kursi depan Wonwoo.
"Sekarang apa lagi, aku yakin kau ada maksud jika sudah datang kemari" jengah Wonwoo.

Minki tersenyum miring mendengar itu.
"Kau sudah mengenal ku rupanya" balas Minki. Wonwoo memutar matanya malas dan kembali fokus ke arah laptop nya.
"Katakan apa mau mu. Aku sedang sibuk" tanya Wonwoo tapi matanya masih fokus ke benda datar bercahaya itu.

Minki tersenyum miring mendengar itu.
"Aku ingin kau membantu ku untuk menyingkirkan si sampah Jungkook dari mansion Kim". Dan untaian kata itu berhasil membuat atensi Wonwoo teralihkan ke arah si sumber.
"Apa? Aku tak mau" tolak Wonwoo. Minki yang mendapatkan respon yang tak sesuai dengan ekspektasi itu pun menatap Wonwoo dengan datar.
"Kau menolak perintah ku?" datar Minki.

Wonwoo mengangguk mantap.
"Aku sudah katakan pada mu, jika kau ingin menyingkirkan Jungkook jangan bawa diri ku. Dan aku sudah katakan jika itu akan menghantui mu" ucap Wonwoo.
Minki semakin mendatarkan wajahnya.

"Kau tahu aku siapa bukan. Aku bisa saja membuat nama baik mu jadi buruk. Jadi kutanya sekali, apa kau mau membantu ku atau tidak. Jika kau menolaknya, maka jangan salahkan aku jika kau akan kehilangan kehormatan mu di negara ini". Ancaman Minki membuat Wonwoo melotot tak percaya.
"Kau mengancam ku hanya karna aku tak ingin membantu mu. Kau selalu menggunakan kekuasan yang seharusnya bukan milik mu" protes Wonwoo.

Minki tersenyum angkuh mendengar itu.
"Tentu saja itu milik ku. Jika kau lupa, aku ini adalah Kim Minki, istri dari orang terkaya seantero Korea. Bahkan suami mu bahkan jauh di bawah suami ku. Aku hanya meminta hal yang sederhana tapi kau malah mempersulitnya. Waktuku tak banyak untuk mendengar persetujuan dari ku. Maka, dari ekspresi mu aku bisa menebak jika kau mau membantu ku. Wajah mu sangat takut akan kehilangan semuanya. Jadi, aku akan katakan besok pada mu tentang rencana apa yang kita lakukan pada si sampah itu. Aku pergi dulu".

Dan Minki dengan seenaknya pergi dari sana, meninggalkan Wonwoo dengan tangan terkepal erat. Wonwoo merasa ia tak bisa berkutik jika di sangkut paut kan dengan suaminya.

Brakkkkkk...

Demi melampiaskan rasa emosinya. Ia menggebrak meja kerjanya.
"Maaf...Maafkan Aku. Aku tak bisa memenuhi janji ku" lirihnya. Perlahan, cairan bening itu mulai menuruni pipi Wonwoo.
Namja yang berprofesi sebagai dokter itu menangis dalam diam.

°°°°°

Jungkook saat ini sedang menikmati indahnya sore di sebuah taman yang tak jauh dari kompleks mansion Kim. Di taman ini, banyak orang yang sedang menikmati indahnya sore yang begitu membuat jiwa damai. Ada yang berpiknik, bersantai, kulineran, joging, bahkan ada yang sedang berkasmaran ria. Baik itu anak muda atau pun sepasang suami istri.

Jungkook duduk di kursi taman tepat di bawah pohon yang menyejukkan jiwa itu. Jungkook sendiri, tak ada yang menemani. Mata bulat itu menatap sekeliling taman yang begitu ramai. Bahkan, Jungkook akan tersenyum senang melihat tingkah anak kecil yang sedang bermain disana.

Jungkook mengelus perutnya yang sudah membesar itu.
Elusan yang lembut seolah memberikan kehangatan bagi sang janin.
"Apa kau tak bosan di dalam hm? Cepatlah keluar sayang, Mommy akan memperlihatkan indahnya dunia ini. Kau pasti akan senang" gumam Jungkook yang seolah bicara pada anaknya.

Dughh...

Jungkook tersenyum kala sang anak merespon ucapannya dengan tendangan dari dalam.
"Kau sangat tak sabar rupa nya ya. Mommy juga sama" monolog Jungkook.
"Jungkook" namja manis itu mengalihkan pandangan nya pada seseorang yang memanggilnya.
"Eunwoo" ternyata yang memanggil adalah namja yang ia temui di perusahaan tadi.

Namja tampan bak pangeran itu melangkah mendekati Jungkook. Pakaiannya basah oleh keringat. Eunwoo sedang joging dan tak sengaja melihat Jungkook, jadinya ia hampir saja.
Eunwoo mendudukkan dirinya di samping Jungkook.
"Sedang apa kau disini?" tanya Eunwoo. Jungkook tersenyum.
"Aku sedang menikmati sore. Entahlah, aku rasa akhir akhir ini aku akan mengalami sesuatu" jawab Jungkook.
"Sesuatu apa?" tanya Eunwoo lagi.

Jungkook menatap lurus ke depan, dengan tatapan yang penuh penerawangan.
"Aku rasa atau hanya firasat ku saja jika aku akan mengalami hal yang paling buruk dalam hidup ku. Aku tak tahu rasa apa ini, aku harap ini tak buruk untuk ku atau pun bayi ku" respon Jungkook. Eunwoo mengangguk paham.
"Itu hanya firasat mu saja" timpal Eunwoo.

Jungkook hanya menanggapi nya dengan senyuman lirih saja.
"Sudah berapa bulan?" tanya pemuda berkulit putih itu.
"Sudah sembilan bulan" jawab Jungkook.
"Berarti sebentar lagi akan lahir dong. Wah, suami mu pasti bahagia. Keluarga kalian akan lengkap" antusias Eunwoo.

Tapi sayang, Jungkook hanya tersenyum pedih ketika mendengar itu. Ah, ia harap Taehyung seantusias Eunwoo. Tapi nyatanya, Jungkook hanya bisa berkhayal. Tak ada yang bisa ia lakukan ketika Taehyung menolak kehadiran sang buah hati. Hati nya memang sakit, tapi nyatanya rasa benci Taehyung pada dirinya malah berakibat pada sang anak.

Sebuah tepukan pelan di rasakan Jungkook di pundaknya.
"Kau melamun" ucap Eunwoo. Jungkook tersadar dan mencoba untuk tersenyum normal.
"Ah, tidak. Hanya sedang memikirkan nama untuk bayi ku saja" bohong Jungkook. Dia bukan tipikal orang yang akan menceritakan aib suami nya sendiri. Ia lebih baik memendam nya lalu pergi.

"Apa kau tak ingin pulang? Hari makin sore. Tak baik bagi mu untuk keluyuran lagi" ingatkan Eunwoo. Jungkook membuang nafasnya dengan lelah.
"Ya, kau benar. Aku akan pulang. Lagi pula aku butuh istirahat" jawab Jungkook.
"Kalau begitu biarkan aku mengantar mu" tawarkan Eunwoo.
"Tapi ak...."
"Tidak menerima penolakan" dan dengan secepat itu pula Eunwoo menarik tangan Jungkook dengan lembut.
Sedangkan yang di tarik hanya berpasrah saja.

Tak jauh dari sana, lebih tepatnya di dekat sebuah butik. Sekarang mata tajam elang menatap kedua insan itu dengan datar dan penuh amarah. Ada rasa tak suka ka melihat tangan itu si tarik. Uratnya menyembul keluar, air mukanya memerah padam, dan tangannya terkepal hebat. Merasa panas melihat itu semua. Taehyung, sang pemuda yang melihat bagaimana interaksi itu berlangsung. Ia marah, tapi atas dasar apa. Ia tak menyukai Jungkook, tapi kenapa ia marah kala orang lain menyentuh Jungkook. Apakah ia cemburu? Jelas saja tidak. Taehyung tak mengakui kalau ia cemburu tapi ini perasaan apa?.

"Ayo sayang" dan Taehyung kembali menetralkan semua yang ia rasakan.
"Kau kenapa hm?" tanya Minki yang saat ini sedang bersama dengannya. Taehyung menggeleng kan kepalanya.
"Aku baik baik saja. Apa kau sudah selesai?" tanya Taehyung. Minki mengangkat paper bag hasil belanjaan nya.
"Sudah" jawabnya.
"Ayo kita pulang" dan semuanya tak bisa Taehyung kontrol sama sekali.




































































Maaf baru bisa up ya gaes...
Lagi sibuk hehehe...
Jangan marah hmmm:)

365 Day (1 Years)Where stories live. Discover now