39 | Pinjem Tangan

1.2K 201 11
                                    

Setelah berjam-jam berkutat dengan PR, Anin akhirnya bisa bernapas lega karena berhasil menyelesaikan semuanya. Gadis cantik itu meletakkan pulpen dan memberesi buku. Sebenarnya sudah sangat lelah untuk bergerak, namun Anin tak bisa melihat buku-bukunya berantakan, ia harus menatanya sekarang juga atau istirahatnya tak akan tenang.

Selepas itu, Anin buru-buru melempar tubuh ke tempat tidur. Ia bergulung ke sana kemari sembari meregangkan tubuh. Anin menghela napas untuk kesekian kalinya, terlentang dan memejamkan mata. Musik dari handphone yang sejak tadi menyala dan menemani ia mengerjakan tugas, dibiarkan tetap menyala dan lanjut menemani kesendiriannya, sepi di dalam kamar.

Namun mendadak musiknya berhenti, berganti nada dering pertanda telepon masuk. Saat hendak mengambil handphone, handphone tersebut malah tanpa sengaja terdorong kakinya hingga jatuh. Dengan malas, Anin bergerak sangat pelan seolah berat sekali. Dia merunduk dan melihat siapa yang meneleponnya sebelum akhirnya mengambil dan menerima panggilan itu.

"Halo," kata Anin lesu.

"Udah tidur, ya?" tanya orang di seberang sana.

"Belum. Kenapa?"

"Mau minta tolong."

"Hm."

"Tolong cek ke kamar gue dong, cek ada buku Biologi gue nggak."

"Sekarang?"

"Lusa!"

"Oh … iya."

"Sekarang, Sha!"

"Besok aja kenapa sih, Dav...."

"Butuhnya sekarang."

"Sekarang banget??"

"Gue ada tugas, Sha. Mau gue kerjain, besok dikumpul."

"Kenapa nggak dari tadi? Udah mau jam 12 juga. Kalau memang ada buku lo, lo mau apa?" kata Anin dengan suara orang ngantuk, matanya sudah hampir meredup.

Tapi Davin di rumahnya juga sedang gusar. Dari tadi asyik main game bersama Bian, Davin baru ingat kalau ada PR yang besok sudah harus dikumpul, mana bukunya dicari tidak ada.

"Udah sih, cek dulu, ada apa nggak," titah Davin tak tahu kalau Anin benar-benar sudah berat untuk bergerak.

Anin berdecak. "Iya, iya!" balasnya sambil menguap. Dengan tenaga yang tersisa, Anin bangkit lalu keluar kamar.

"Ada nggak?" tanya Davin tak sabar.

"Nggak," sahut Anin malas. Baru saja dia keluar dari kamarnya, sudah ditanya ada atau tidak. Anin bisa mendengar Davin tertawa kecil. Gadis itu membuka kamar Davin lalu masuk. Pandangannya langsung tertuju pada dua buku pelajaran di atas meja belajar, ia mendekat dan mengambil salah satu buku tersebut.

"Ada. Biologi kan?" katanya, duduk di tempat tidur Davin membawa buku tadi. Perlahan Anin merebahkan tubuhnya.

"Iya," balas Davin. "Oke, gue ke situ."

"Nggak bisa besok aja?"

"Kenapa sih? Belum jam 24:00 kok, belum ganti hari. Kenapa? Lo khawatir, ya, gue pergi malem-malem gini."

"Dih. Gue males buka gerbang. Gerbangnya udah digembok."

"Ya udah, entar gue manjat."

Hey, Sha! | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang