20 | Dihukum Berdua

1.1K 185 15
                                    

Davin sedang dalam sambungan telepon bersama sang bunda sejak setengah jam lalu. Setengah jam sebelumnya, Davin dan Ratna sempat video call.

"Terus setelah Mama Devi tau, kamu dimarahin?" Ratna bertanya dari tempatnya berada.

Davin menyamankan duduknya pada sofa di ruang tamu. Pemuda itu menjawab bundanya, "Enggak dimarahin kok, Bun. Soalnya tadi Mama Devi kelihatan lagi cape, jadi pas tau Davin pulang ke sana dalam keadaan babak belur, Mama Devi cuma negur dan ngomongin Davin bentar, abis itu Davin disuruh bersih-bersih terus tidur."

Terdengar helaan napas dari Ratna. "Jangan gitu lagi, ya, Nak. Bunda khawatir di sini. Mau pulang ke Jakarta belum bisa. Mama Devi juga pasti kaget lihat keadaan kamu. Bunda aja kaget banget tadi pas Bian ngirimin foto kamu. Ya, Davin? Jangan gitu lagi."

"Iya, Bunda. Maaf." Davin menunduk.

"Bunda paham saat itu kamu lagi marah, kamu enggak bisa ngendaliin emosi kamu. Tapi mulai sekarang, Davin harus belajar jadi orang yang lebih sabar. Berantem enggak akan menyelesaikan masalah, Nak. Lain kali, kalau kamu bener-bener emosi, kamu udah di puncaknya amarah, mending kamu pergi, cari tempat untuk sendiri, kamu redam emosi kamu."

"Iya, Davin akan belajar untuk lebih sabar lagi, Bunda. Sekali lagi Davin minta maaf. Bunda enggak perlu khawatir, Davin udah enggak pa-pa kok."

"Kalau masih nyeri, obat pereda nyeri dari Mama Devi diminum. Atau kalau ada apa-apa, jangan lupa Bunda dikabarin. Masa Bunda selalu denger kabar kamu dari Bian dulu. Kalau bisa kamu sendiri yang ngomong ke Bunda."

"Tadi Davin mau ngomong ke Bunda kok, tapi udah keduluan Bian."

"Ya, enggak pa-pa."

Ratna berhenti sejenak untuk bicara dengan seseorang. Davin diam menunggu bundanya selesai bicara dengan seseorang –sepertinya om Davin– sembari meraba-raba luka memar pada wajahnya.

"Davin?"

"Iya, Bundaaa."

"Sampai mana obrolan kita tadi?" Ratna diam sebentar untuk mengingat-ingat. "Oh, iya, Bunda inget. Kamu denger semua omongan Bunda tadi kan, Dav? Kamu cerna omongan Bunda kan?"

"Davin dengerin semua, Davin cerna dengan baik."

"Anak pinter."

Davin tertawa pelan mendengar pujian dari Ratna.

"Satu lagi yang mau Bunda bahas, mengenai Shafa."

Pemuda itu terdiam, ingin sekali menghindari pembicaraan tentang si mantan kekasihnya itu.

"Kamu pasti tau kan, selama ini Bunda enggak pernah bahas hubungan kamu sama Shafa. Bunda enggak pernah ikut campur urusan kalian."

Davin mengangguk. Namun setelah menyadari kalau bundanya tak akan melihat, Davin berkata, "Iya, Davin tau."

"Walau pun Bunda enggak pernah bahas atau enggak pernah ikut campur, bukan berarti Bunda enggak tau gimana hubungan kamu sama Shafa sekarang. Kamu enggak perlu heran Bunda tau dari mana, ada Bian dan sahabat-sahabat kamu yang kadang dengan sengaja atau enggak sengaja bilang ke Bunda."

Davin mengernyit. "Termasuk Anin?" tanya pemuda itu.

"Enggak. Kayaknya Anin enggak jauh beda sama Bunda, enggak mau ikut campur."

Hey, Sha! | ✔Where stories live. Discover now