CC•46

138 18 7
                                    

Mau tanya dong, cerita ini kan sudah menjelang akhir ... gimana pendapat kalian sejauh ini? Alurnya jelas, kan? Bisa memahami jalan ceritanya, kan?

Selamat membaca!^•^
---

Tok Tok Tok

Pintu kamarnya diketuk ketika Fiona sedang bersandar pada batal yang telah ia tata sebelumnya. Dengan sedikit malas Fiona bangkit berdiri, berjalan ke arah pintu.

"Mama?"

Anna terlihat berdiri sambil mengaduk sesuatu di baskom. Fiona mengernyit bingung, mamanya mau apa membawa baskom itu ke kamarnya?

"Itu ada Nadia di bawah, mama suruh ke atas dia sungkan katanya. Susulin gih, ajak ke kamar kamu."

Kerutan di dahi Fiona memudar bersamaan dengan dirinya yang paham mengapa sang mama menemuinya di kamar. Tadi ia sempat berpikir kalau dirinya akan disuruh mengaduk adonan dalam baskom itu.

"Fiona, mama ajak bicara kok malah melamun. Ayo, turun, diajak naik Nadianya."

Fiona mengerjap. "Eh, iya, ma. Ini Fiona turun."

Fiona keluar dari kamar, menutup pintunya lalu turun bersama sang mama. Sesampainya di lantai satu, Anna langsung berbelok ke kanan, ke arah dapur, sementara Fiona menemui Nadia yang duduk di ruang tamu.

"Nad," panggil Fiona.

Nadia yang sebelumnya asik memainkan ponsel sedikit terkejut mendengar panggilan Fiona. Nadia lantas memasukkan ponselnya ke dalam tas dan menoleh ke Fiona.

"Kaget gue." decak Nadia.

Fiona terkekeh. "Ayo, ke kamar gue, ngapain pake sungkan segala? Biasanya juga langsung nyelonong masuk."

Nadia meringis. "Hehe, ya sungkan lah, kan ada bonyok lo." balas Nadia sembari bangkit berdiri.

Fiona mencebikkan bibirnya. Sahabatnya satu ini selalu saja ngeles.

Mereka berdua kemudian berjalan ke kamar Fiona yang terletak di lantai dua. Begitu sudah berada di dalam kamar, Nadia langsung merebahkan dirinya di kasur.

Fiona yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala saja. Fiona sudah biasa dengan sikap Nadia ketika di rumahnya. Nadia pasti akan menganggap rumahnya ini sebagai rumah dia sendiri.

"Gue tadi lupa kalau lo mau ke sini, Nad. Pas mama bilang lo ada di bawah, gue baru inget, hehehe ...." cengir Fiona sembari berbaring di samping Nadia.

Nadia bangkit berdiri, menatap Fiona sembari cemberut kesal. "Ah, gak asik lo. Baru juga siang tadi gue bilang. Pasti mikirin Arkan kan lo sampai lupa tentang gue." tuduh Nadia berpura-pura marah.

Fiona ikut bangkit berdiri, menatap Nadia dengan mata menyipit. "Kok bawa-bawa Arkan? Gak ada hubungannya, Nadia ... gak jelas lo, ih. Emang lo ke sini mau apa sih? Cerita sesuatu? Atau curhat?"

Nadia terkekeh, lalu melirik ke atas sebentar. "Mau ... hm ...," Nadia kembali menatap Fiona, "mau mengintrogasi lo."

"Haa?" pekik Fiona tergelak.

"Dih, malah ketawa," decih Nadia, "gue serius, gue mau mengintrogasi tentang Arkan. Kesel gue rasanya liat kalian tiba-tiba udah deket aja, dan lo gak ada cerita apapun ke gue. Kan, gue jadinya penasaran."

Fiona semakin tergelak, bahkan kali ini sampai memegangi perutnya. Ya Tuhan, apa yang mau Nadia introgasi? Dirinya dan Arkan saja tidak memiliki hubungan spesial, hanya sebatas teman dekat.

"Ketawa teroosss .... Fokus ih, Fi, gue beneran mau tanya lo nih ... tapi sebelum itu, ceritain ke gue dulu, si Monica tadi di kantin kayak gimana?"

Cerewet Couple [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang