CC•13

247 43 36
                                    

Langit seharusnya belum menggelap, namun petir yang menggelegar di luar sana ditambah dengan derasnya air hujan yang turun membasahi bumi membuat langit berubah warna menjadi abu-abu. Di dalam rumah, Fiona meringkuk ketakutan mendengarnya. Beruntung saat ini ada Arkan di rumahnya, setidaknya ia tidak perlu mengeraskan suara televisi untuk mengalahkan suara hujan.

"Lo kenapa sih?" Tanya Arkan yang tidak tau kalau Fiona sedang menahan rasa takut.

"Udah kerjain dulu, berisik lo." Jawab Fiona sambil merekatkan selimut di tubuhnya.

Arkan pun melanjutkan lagi soal yang Fiona beri. Kini mereka berdua sedang berada di ruang tamu rumah Fiona. Sesuai perkataan Bu Novi istirahat tadi, mereka berdua belajar bersama.

Dan tiba-tiba, ketika suasana sedang tenang, suara petir kembali datang.

"AARRGHH!!"  Teriak Fiona kaget.

Arkan yang duduk di samping Fiona bahkan sampai menutup telinganya.

"Lo takut petir?" Tanya Arkan tertawa.

Fiona berdecak. "Gak usah tanya-tanya. Kerjain dulu biar cepet selesai."

Arkan terkekeh. Lalu sibuk untuk menghitung lagi jawaban nomor terakhir. Sesekali Arkan melirik Fiona yang semakin lama duduknya semakin dekat dengan dirinya. Arkan tidak menyangka kalau ternyata Fiona takut petir.

Dan tiba-tiba saja sebuah ide gila muncul. Memikirkan ekspresi Fiona atas idenya itu membuat Arkan kesulitan menahan tawa.

Beberapa menit kemudian, Arkan menyelesaikan soal-soalnya. Ia melirik Fiona sekilas yang masih meringkuk di dalam selimut. Pelan tapi pasti Arkan memundurkan duduknya, mengambil jarak yang tepat.

Satu..
Dua..
Ti...

"BAAAA!!!"

"AAAARGGGGHH!!!" Teriak Fiona sambil melonjak kaget ke arah Arkan.

Cup!

Betapa terkejutnya Arkan saat tiba-tiba idenya itu justru menjadi boomerang untuk dirinya sendiri.

Keduanya berciuman tanpa disengaja. Tatapan mereka bertemu. Arkan pun menelisik kedua manik Fiona yang bewarna hitam pekat.

Matanya bagus. Puji Arkan dalam hati.

"AR-KAAANNN!!" Teriak Fiona setelah sadar apa yang baru saja terjadi.

Fiona langsung menepuk-nepuk mulutnya karena sudah melakukan sesuatu yang memalukan.

Arkan menelan salivanya dengan susah sambil menegakkan tubuhnya.

"Ar, lo sumpah ya kurang kerjaan banget!!!" Geram Fiona.

"Maaf, Pio-pio, gue gak bermaksud. Gue juga gak tau lo bakal seterkejut itu."

Fiona mendengus. "Udah sini sini, mana jawaban lo."

Arkan menggeser lembar jawabannya sambil menahan tawa. Ia terus memperhatikan Fiona dari samping. Entah kenapa wajah terkejut Fiona tadi justru terbayang-bayang di pikirannya. Menurut Arkan, Fiona itu ternyata lucu, juga menggemaskan. Jika dilihat dari dekat, bentuk wajah Fiona bisa dikatakan sempurna.

"Ar, kenapa jawabannya sal---"

Fiona terdiam ketika matanya kembali bertatapan dengan Arkan.

Astaga, manis. Batin Fiona.

Kepala Fiona kemudian menggeleng-geleng setelah menyadari apa yang ia pikirkan.

"Kenapa, Pio-pio? Gue ganteng ya?" Goda Arkan penuh percaya diri.

Cerewet Couple [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang