CC•27

186 26 14
                                    

Fiona berada di dapur, sedang menyiapkan minuman untuk Reihan. Oh, demi Tuhan! Fiona benar-benar bingung saat ini. Apa yang membawa Reihan ke sini? Bagaimana Reihan tau alamat rumahnya? Dan apa katanya tadi? Reihan merindukannya?

Mengingat itu membuat sebagian hati kecilnya bersorak senang, tapi rasanya seperti ada sesuatu yang menahan.

"Huh! Tenang, Fi, tenang. Jangan gugup." Ucap Fiona sambil menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya dengan pelan.

Detik berikutnya, suara air mendidih membuyarkan lamunan Fiona. Gadis itu lalu menuangkan air ke cangkir yang sudah berisi gula juga satu sendok kopi hitam.

Aroma kopi begitu kuat menyengat indera penciuman Fiona, membuatnya tersenyum tipis karena aromanya masih sama seperti dulu.

Setelah mengaduk kopi dan gulanya agar tercampur, Fiona membawa cangkir itu ke ruang tamu tempat Reihan menunggu. Sesampainya di ruang tamu, Fiona menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.

"R-r.. Rei..." Panggil Fiona gugup.

Reihan yang tadinya fokus pada ponsel langsung mengangkat kepalanya sambil tersenyum.

Melihat senyum Reihan, Fiona segera memalingkan wajahnya. Fiona tidak sanggup menatap senyum itu lama-lama.

"Ini ... g-gue buatin kopi." Ucap Fiona meletakkan secangkir kopi di atas meja.

Reihan bergeser, "Duduk, Fi," Ucap Reihan seraya menepuk bagian kosong di sampingnya.

Fiona menelan salivanya dengan susah. Rasanya tidak mungkin dirinya duduk di samping Reihan. Oleh sebab itu, Fiona memilih untuk duduk di hadapan Reihan.

"Fi, aku bilang di sini, bukan di situ." Tegur Reihan sebelum Fiona menjatuhkan pantatnya di sofa.

"Di sini aja, Rei..." Cicit Fiona.

"Gak, aku mau ngomong sama kamu. Jadi kita harus deketan."

Fiona tertegun, namun kakinya tetap melangkah ke samping Reihan. Sialan bener kaki gue! Umpat Fiona kesal.

Melihat Fiona yang sudah duduk di sampingnya membuat Reihan tersenyum simpul. Ia lalu mengalihkan tatapannya pada secangkir kopi buatan Fiona yang selalu menjadi favoritnya sejak dulu.

"Masih inget aja kalau aku suka kopi hitam." Ujar Reihan seraya menyeruput kopi itu.

Sedangkan Fiona, ia justru menunduk karena jantungnya berdegup begitu cepat saat ini. Astaga! Kenapa gue jadi deg-deg'an? Gue harusnya ngusir dia, bukan ngizinin dia masuk kayak gini. Oceh Fiona panjang di dalam hatinya.

Oh, Fiona! Apa yang terjadi sama diri lo? Kemana amarah lo? Kemana rasa kecewa lo? Oceh Fiona lagi.

"Fi," Panggil Reihan yang tiba-tiba sudah menatap Fiona.

Fiona mengangkat kepalanya perlahan, namun tidak membalas tatapan Reihan.

"Mm?" Gumam Fiona.

Detik berikutnya Reihan sudah menarik Fiona ke dalam pelukannya. Lalu ia membenamkan kepalanya di ceruk leher Fiona.

"Aku kangen. Kangeenn banget sama kita. Aku minta maaf untuk semua yang udah aku lakuin. Aku salah besar, Fi, maafin aku, aku mohon."

Fiona hendak melepaskan diri dari pelukan Reihan, namun Reihan menahannya dan memeluknya lebih erat.

"Fi, maafin aku, aku mohon. Aku kangen kita, Fi. Kangen semua momen-momen kita." Ucap Reihan dan sangat terdengar tulus.

Fiona menghela napas dengan berat. Sekelebat kenangannya bersama Reihan berputar layaknya sebuah film di dalam otaknya. Tak hanya yang manis, namun juga yang pahit. Dan ketika bayangan Reihan yang mencampakkannya begitu saja mulai mendominasi pikirannya, pertahanan diri Fiona pun luruh.

Cerewet Couple [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang