CC•40

138 21 8
                                    

Hayukk ah, spam comment spam vote. Kutunggu kalian!(づ ̄ ³ ̄)づ

---

Selesai sudah keluarga Devandra menghabiskan waktu sarapan bersama, kini masing-masing dari mereka sedang bersiap untuk melanjutkan aktivitas mereka. Si kembar Allan dan Arkan, beserta adik mereka —Agatha—, juga Fiona, tengah mengenakan sepatu di ruang tengah rumah Arkan. Sementara Alroy tampak menuruni tangga bersama sang istri yang berdiri di sampingnya.

Tak perlu waktu lama lagi, kelimanya kemudian berjalan ke teras, tepatnya ke kedua mobil yang sudah siap untuk dijalankan. Jika Allan, Arkan, dan Fiona berada dalam satu mobil yang sama, maka lain halnya dengan Agatha yang berangkat bersama ayahnya.

Tepat ketika Arkan membuka pintu mobil, tiba-tiba saja sang ayah menutupnya lagi dan menariknya untuk menjauh. Arkan mengikuti langkah ayahnya dengan kening mengernyit.

"Kenapa, pa?" tanya Arkan tak mengerti.

"Kamu sudah hubungin papa mamanya Fiona?"

Kerutan di kening Arkan semakin tebal. "Hah? Maksudnya untuk apa?"

Alroy melirik arlojinya sekilas, lalu menghela napasnya. "Nanti malam aja deh setelah papa pulang. Sekarang papa mau meeting soalnya, yang penting kamu tanya Fiona dulu nomor orang tuanya berapa." jelas Alroy menggantung. Lantas kembali ke mobil dan menyuruh Arkan untuk segera berangkat sekolah.

---

Dari pagi sejak penjelasan ayahnya yang menggantung, Arkan lebih banyak diam tidak seperti biasanya. Bagaimana tidak? Otaknya terus berputar mencari jawaban atas perintah sang ayah yang menyuruhnya mendapatkan nomor ponsel orang tua Fiona. Sebenarnya untuk apa? Arkan tidak mengerti. Di mana juga ia bisa menemukannya? Menanyakan langsung lada Fiona? Itu jelas bukan pilihan bagus, sebab ia akan bingung menjelaskannya jika Fiona bertanya untuk apa.

Tiba-tiba saja, di saat masih asik melamun, seseorang menepuk pahanya cukup keras. Arkan terlonjak kaget, dan mendapati Fiona lah yang melakukan hal tersebut.

Arkan mendelik kesal pada teman sebangkunya itu. Namun berbeda dengan Arkan, Fiona justru menggerakkan bola matanya ke arah papan tulis. Kening Arkan mengerut tidak mengerti. Sekali lagi Fiona melakukan hal yang sama. Akhirnya Arkan pun mengikuti permainan Fiona.

Di depan kelasnya, wali kelas Arkan sudah menatap Arkan tajam. Seakan habis terpergoki mencuri, Arkan menelan salivanya susah. Kini ia paham apa yang tadi Fiona ingin beritahukan kepadanya.

"Eh, ibu ... hehehhee ...." cengir Arkan tanpa dosa.

Wali kelasnya, Bu Novi, tampak menatap Arkan jengah. "Maju kamu, cepat! Melamun saja dari tadi."

Arkan menggaruk puncak kepalanya yang tak gatal. Dengan gontai akhirnya Arkan melangkah ke depan, menjadi pusat perhatian seisi kelasnya.

"Kerjakan soal-soal itu." perintah Bu Novi sembari memberikan spidol begitu Arkan sudah berdiri di hadapannya.

Arkan menerima spidol tersebut lalu memandang lima soal yang ada di papan tulis. Pasrah hatinya saat itu juga. Lebih baik ia diberi tugas oleh Bu Asih daripada harus mengerjakan soal milik Bu Novi. Sebab soal-soal yang disungguhkan luar biasa di luar nalar. Ia yang di dalam nalar aja sudah kesusahan, apalagi yang di luar? Rasanya ... anjim banget!

Entah apa yang Arkan coretkan di papan tulis, Arkan juga tidak bisa memahaminya. Hanya satu yang ia tau, semua jawabannya pasti salah. Namun biarlah, yang penting ia sudah berusaha.

Cerewet Couple [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang