CC•26

197 26 7
                                    

Arkan tengah berada di kamarnya, tiduran dengan menggunakan kedua tangan sebagai bantal. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, namun Arkan belum juga tertidur. Pikirannya masih melayang-layang pada sosok Fiona.

Bukan. Arkan bukan khawatir dengan kondisi kesehatan Fiona. Gadis itu sudah jauh lebih baik ketika Arkan pulang tadi sore. Kini yang Arkan khawatirkan adalah Reihan.

Arkan merasa was-was kalau Reihan kembali menghubungi Fiona. Bagaimana nanti jika Fiona meresponnya? Lalu Fiona terpengaruh, mereka balikan. Dan terakhir, bagaimana kalau Fiona dicampakkan lagi?

Ah, tidak-tidak. Kepala Arkan menggeleng cepat memikirkan hal itu. Fiona tidak boleh mengalaminya lagi. Apapun caranya Arkan harus mencegah keinginan Reihan untuk kembali pada Fiona.

Tiba-tiba, di saat sedang asik berpikir, pintu kamarnya terbuka. Arkan menoleh, mendapati mamanya masuk ke dalam.

"Ma?" Sapa Arkan sambil mendudukkan dirinya.

"Kamu belum tidur?" Tanya Audrey duduk di pinggir kasur Arkan.

"Belum lah. Kalau udah berarti sekarang yang ngomong sama mama siapa coba? Arwah?" Gurau Arkan membuat mamanya mendelik sempurna.

"Ngomongnya ya gak dijaga." Tegur Audrey.

Arkan terkekeh. "Maaf, ma, Arkan bercanda. Mama kok belum tidur?" Tanya Arkan balik.

"Mastiin kalian udah tidur dulu baru mama bisa tidur. Kenapa kamu belum tidur? Lagi mikirin apa?"

Arkan menggeleng cepat. "Gak, ma. Arkan gak mikirin apa-apa, cuma gak bisa tidur aja." Elak Arkan karena tidak ingin menceritakan apapun kepada mamanya.

"Ya udah, ayo, mama temenin biar cepet tidur. Perlu mama tepuk-tepuk gak pantatnya?"

Mata Arkan membola. "Ih, enggak! Mama ada-ada aja deh, dikira Arkan masih bayi apa?"

Audrey tersenyum, "Iya. Meskipun kamu tambah gede, kamu tetep bayi kecilnya mama."

"Hah?" Ujar Arkan dengan kening berkerut. "Mama nih ish, gak jelas." Desis Arkan.

Audrey terkekeh seraya mengelus kepala Arkan dengan penuh kasih sayang. "Udah tidur kamu. Besok kamu harus sekolah, bangun pagi, nanti terlambat."

"Iya, mama. Sekarang mama keluar oke?" Ucap Arkan sambil tersenyum lebar.

"Mama diusir nih? Awas aja kalau setengah jam lagi kamu belum tidur ya. Beneran mama tepuk-tepuk nanti kayak bayi."

"Iya, mama. Gak sampe setengah jam Arkan udah tidur."

Audrey pun lalu mengalah. Ia bangkit berdiri dan menatap Arkan yang mulai menarik selimut sampai menutupi leher.

"Selamat malam, selamat tidur, Arkan."

Arkan tersenyum. "Selamat malam, selamat tidur juga, mama." Balas Arkan.

Audrey ikut tersenyum, lalu segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar anaknya itu.

Sepeninggal sang mama, Arkan langsung mendudukkan dirinya lagi. Ia masih belum bisa tidur karena memikirkan Fiona.

"Pio-pio Pio-pio. Kenapa lo jadi menuhin kepala gue sih?" Oceh Arkan sambil mengacak rambutnya.

"Gak bisa nih gue khawatir gini terus. Gue harus bilang Pio-pio untuk jaga diri. Tapi gimana caranya ya? Ke rumah dia? Jelas gak mungkin. Nunggu besok? Bisa gak tidur gue hari ini. Ah iya!" Seru Arkan pelan sambil menjentikkan jarinya.

Sedetik kemudian Arkan langsung mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas.

"Bego banget sih, Ar, punya hp bukannya digunain."

Cerewet Couple [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang