CC•42

132 18 2
                                    

Kini Arkan dan Fiona sedang berada di lapangan yang sebelumnya pernah mereka kunjungi bersama juga. Arkan sengaja mengajak Fiona ke sini, selain untuk bermain, Arkan bermaksud ingin membicarakan kedua orang tua Fiona yang akan kembali ke Indonesia besok.

Sudah dari kemarin Senin Arkan belum memberitahu Fiona. Arkan pikir, kalau misal gadis itu diberitahu awal-awal, mungkin saja dia bisa kepikiran terus harus menjelaskan bagaimana kepada kedua orang tuanya. Makanya Arkan berencana memberitahunya hari ini saja.

Sementara itu, di tengah lapangan terlihat Fiona yang tengah asik menggiring bola. Berlarian dari ujung ke ujung, lalu berhenti di area shooting dan terakhir menembakkan bola masuk ke ring. Menatap Fiona yang bergerak lincah, Arkan tanpa sadar mengangkat kedua sudut bibirnya jauh ke atas.

Arkan kemudian bangkit berdiri, mengambil bola yang terpantul di bawah ring, lalu menggiringnya seraya ia berjalan mendekat ke Fiona.

Fiona memandangnya sampai Arkan berdiri di hadapannya. Tangannya lalu terulur, hendak mengambil alih bola, namun Arkan justru menjauhkan jangkauannya. Fiona pun jadi menatap Arkan bingung.

"Jangan main terus, istirahat sana. Bentar lagi kita pulang, gak baik kalau lo keringeten tapi kering karena AC." ujar Arkan menasihati.

"Haa?" Fiona memicingkan mata. "Gue masih mau main tapi ... udah lama juga gue gak basketan." rajuk Fiona.

Arkan menggeleng. "Di rumah gue kan nanti bisa, lo malah gak terbatas waktu kalau mau pake lapangan. Bebas. Udah sana lo duduk, gue beliin minum dulu."

Fiona menghela napasnya berat. Gini nih susahnya pergi berdua. Sepertinya lain kali ia harus pergi sendiri jika ingin ke sini. Akhirnya, Fiona pun melangkah ke pinggir lapangan, duduk di tempat yang sebelumnya Arkan tempati.

Fiona meraih ransel sekolahnya, membuka bagian paling depan, lalu merogoh ponsel untuk melihat pukul berapa sekarang.

16.53

Fiona mendongak ke atas. Waktu berjalan begitu cepat. Perasaan tadi waktu dirinya datang, langit masih terang-benderang, namun sekarang semburat jingga mulai mencampurkan diri, membuat langit tampak lebih gelap dari sebelumnya.

Tak lama kemudian, ekor matanya menangkap sosok Arkan yang berjalan mendekat. Fiona menoleh, Arkan tersenyum kepadanya sembari menyodorkan sebotol air mineral.

"Kok, gak dingin?" tanya Fiona sedikit memprotes.

Arkan duduk di samping Fiona, membuka tutup botol, lalu menegaknya hingga tinggal setengah. "Gak ada, habis."

"Ooohh ...." Fiona mengendikkan bahu, kemudian juga meminum sedikit air mineralnya.

"Yang banyak," tegur Arkan begitu melihat hanya seperempat botol yang berkurang dari milik Fiona.

Fiona menoleh, lalu menatap botolnya sekilas. "Iyaa, nanti lagi. Kita mau pulang sekarang?"

Arkan menggeleng. "Enggak, setengah enaman aja nanti. Mau ngobrol dulu sekarang."

"Ngobrol apa?" tanya Fiona.

"Gak tau, hehehe ...," cengir Arkan. "Lo gih cari topik gitu, gue belum ada ide."

Arkan sengaja menunda pembicaraanya tentang kedua orang tua Fiona. Nanti saja setelah ada topik, baru ia bawa topik itu pada inti yang ia inginkan.

Mendengar jawaban Arkan tadi, Fiona mengangkat satu alisnya. "Lo yang pingin ngobrol, tapi gue yang nyari topik." dengus Fiona kesal.

Arkan terkekeh. Detik berikutnya, mereka berdua hanya diam, baik Arkan maupun Fiona masing-masing sibuk dengan kegiatannya. Arkan yang memang tidak tau harus mengobrol apa tampak memainkan botol mineralnya, sedangkan Fiona, ia sepertinya serius memikirkan ingin membuka topik apa.

Cerewet Couple [E N D]Where stories live. Discover now