CC•9

269 56 43
                                    

Fiona memasuki kelasnya dengan langkah tegas nan anggun, rambutnya yang dikuncir bergoyang ke kanan dan ke kiri seiring langkah kakinya. Kecantikan Fiona pagi ini menjadi sempurna dengan senyum lebar di wajahnya.

Sesampainya di tempat duduk, Fiona menarik kursi lalu menaruh tas di bawah meja dan menatap Arkan yang nampak cemberut di sebelahnya.

"Wew, tumben nih Senin-Senin bisa liat Arkan di kelas sepagi ini mana gak tidur lagi, ada apa gerangan?" Tanya Fiona seraya menyenggol bahu Arkan.

Arkan melirik Fiona sekilas, tidak menjawab. Hal itu membuat kedua alis Fiona terangkat.

"Lo kenapa, Ar? Ada masalah?" Tanya Fiona lagi karena hari ini Arkan tidak nampak seperti biasanya.

Arkan masih bungkam, tidak mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Fiona pun memutar akalnya untuk membuat Arkan menceritakan apa yang terjadi padanya.

"Ar, jangan bilang lo gak bawa uang untuk traktir gue hari ini. Please ya, Ar, gue hari ini gak bawa uang juga kalau lo gak bawa gue bisa mati gara-gara gak makan." Pancing Fiona mendramatisir.

Arkan menyentil kening Fiona. "Heh, Pio-pio, gak makan sekali gak akan mati kali. Lagian gue gak lupa bawa uang, dompet gue udah penuh sama yang merah-merah, spesial buat traktir lo."

Fiona tersenyum lebar lalu menyondongkan badannya ke Arkan. "Gue kira lo lupa. Awas aja ya kalau lupa, gue sebarin berita kekalahan lo nanti." Ledek Fiona sambil menjulurkan lidahnya.

Arkan memutar bola matanya malas, sedang tidak mood bercanda. "Gue gak lupa, Pio-pio, jangan ungkit-ungkit kekalahan gue kemarin deh, buat tambah gak mood aja."

Fiona memundurkan badannya lagi, menatap Arkan dengan cemberut. "Kan gue cuma bercanda, lo kenapa sih pagi ini beda banget?" Tanya Fiona sambil menahan senyum karena rencananya hampir berhasil.

Arkan melirik Fiona lalu menyandarkan kepalanya ke kursi. "Gue ribut ama Fani, Pio-pio." Jawab Arkan lirih.

Senyum Fiona perlahan memudar. Ia menyondongkan lagi badannya mendekat ke Arkan.

"Ribut? Ribut kenapa? Sejak kapan? Gara-gara kemarin Sabtu? Bukannya udah baikan ya?" Rentetan pertanyaan yang langsung Fiona lontarkan.

Arkan memejamkan matanya. "Sejak kemarin, gue gak tau kenapa."

Kening Fiona berkerut, belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi. "Ceritanya gimana, Arkan? Gue gak paham."

Arkan mendengus. "Gue gak tau dia ngambeknya sejak kapan, tapi yang jelas dari kemarin gue telepon gak diangkat-angkat. Gue harus gimana, Pio-pio?"

Fiona berpindah posisi, menatap lurus ke depan sambil memangku dagu dengan kedua tangannya. Ia tidak menyangka kalau perubahan mood Arkan pagi ini dikarenakan sedang ribut dengan Fani.

"Ar, apa gara-gara lo batalin janji nya?" Tanya Fiona sambil menoleh ke Arkan.

Arkan membuka matanya, lalu duduk dengan tegap. "Kayaknya gak mungkin deh soalnya waktu itu Fani belum siap-siap, belum berangkat, jadi gak salah dong kalau gue batalin, maksudnya gak terlambat gitu loh."

Fiona memicingkan matanya menatap Arkan. "Gue gak yakin dia belum siap, Ar." Ujar Fiona.

"Ya terus kalau semisal dia udah siap kenapa dia bohong ke gue?" Tanya Arkan.

Fiona mengangguk. "Benar juga, tapi feeling gue sih lo ribut gara-gara kemarin Sabtu. Duh, Ar, gue jadi gak enak sama lo sama Fani."

"Gak enak kenapa? Santai aja sama gue." Jawab Arkan.

Cerewet Couple [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang