CC•45

125 19 8
                                    

"Pak, ayam gepreknya dua, cabai lim---" ucapan Arkan itu terpotong ketika seseorang tiba-tiba menggebrak meja kantin.

Perhatian Arkan pun teralihkan. Arkan membalik badan, mencari sumber suara. Tepat ketika ia menemukan dari mana suara itu berasal, mata Arkan membola sempurna.

Seorang siswi berdiri di hadapan Fiona. Siswi itu lantas berseru lantang, "GAIS, LIHAT SIAPA DI SINI ... FIONA MEILA GRESDITYA, SI CEWEK NAKAL YANG BERANI BAWA ROKOK KE SEKOLAH."

Lagi. Penghinaan untuk Fiona kembali Arkan dengar untuk ketiga kalinya. Kedua tangan Arkan mengepal kuat di dalam saku celananya.

Dari tempatnya berdiri, Arkan dapat melihat Fiona yang ketakutan. Telinganya juga mulai mendengar bisikan-bisikan siswa-siswi yang berada di kantin. Satu per satu Arkan menatap mereka semua. Ini bukan hanya penghinaan, tapi juga menginjak harga diri seseorang.

Arkan kembali memusatkan perhatiannya pada Fiona. Dari jauh saja Arkan dapat melihat jika Fiona sedang menahan air matanya. Tidak. Ia tidak bisa membiarkan Fiona terus-terusan dibully seperti ini. Dengan langkah pasti, Arkan berjalan mendekat. Arkan semakin mempercepat gerak kakinya ketika melihat gadis di hadapan Fiona itu akan menyiramkan sebotol air mineral yang masih penuh ke wajah Fiona.

Dan ... ya,

Byur!

Perhitungan Arkan tepat sekali. Air yang seharusnya membasahi wajah Fiona, kini membuat seragam atasnya basah kuyup. Bahkan sampai beberapa tetes air jatuh ke lantai.

Mata Arkan menatap tajam gadis di depannya itu, layaknya pedang yang siap menghunus siapapun yang menghalanginya.

"Arkan?" panggil Fiona kemudian.

Arkan tau Fiona terkejut melihat dirinya yang melindungi dia. Tepat ketika Fiona hendak berdiri, Arkan menahannya.

"Lo gak usah berdiri ...." ujar Arkan sembari melirik Fiona sekilas. Arkan lalu kembali menatap gadis di depannya itu yang kini berani membalas tatapannya. Tangan Arkan menyilang di dadanya yang basah. "Apa hak lo nyerang Fiona?!"

Gadis itu tertawa sinis. "Harusnya gue yang tanya. Lo siapa?! Apa hak lo ngelindungi cewek nakal kayak dia?!"

Saat itu juga, sebuah ide terbesit dalam benak Arkan. Arkan membalas senyum gadis itu tak kalah sinis. "Lo gak perlu tau gue siapa, tapi yang jelas gue punya hak untuk ngelindungi Fiona, karena Fiona cewek gue!"

"Cewek lo? Haha! Gak malu lo ngakui cewek nakal kayak dia sebagai cewek lo?!"

Arkan mengacungkan telunjuknya tepat ke hadapan gadis itu. "Jaga ya omongan lo! Atas dasar apa lo bilang Fiona cewek nakal, HAH?! Yang ada tu lo yang nakal. Dasar cabe-cabean. Lihat noh dada lo, sering kan lo pasti dipegang ama om-om sampai besar kayak gitu. Ngaku lo! Jangan bisanya ngehina orang tapi dirinya juga kayak gitu."

"Eh, JAGA YA OMONGAN LO! GUE GAK PERNAH KAYAK GITU."

Arkan mendengkus. "Masa? Tapi gue pernah tuh liat lo dekat Poncol. Sehari dipakai berapa orang lo? Sejam dibayar berapa?"

Gadis di hadapan Arkan sontak langsung menatap sekitarnya. Wajah gadis itu memerah, antara menahan marah dan juga malu.

Dalam hati Arkan tergelak. Bualannya ini ternyata manjur juga. Salah sendiri dia berani menghina Fiona nya.

Tepat seperti dugaan Arkan, detik berikutnya gadis itu melenggang pergi. Namun sebelum pergi, dia menyempatkan diri untuk kembali melirik Fiona. Setelah gadis itu menghilang, Arkan kemudian menatap siswa-siswi yang masih berbisik-bisik sembari memandangi dirinya dan Fiona.

Cerewet Couple [E N D]Where stories live. Discover now