Ch. 170 - Party LAHAR, Sampai!

190 53 1
                                    


"Hm..."

Gelombang Mana Api yang meledak-ledak terus keluar dari tubuh pemuda berambut merah membara yang sedang menatap gajah raksasa di kejauhan, meningkatkan suasana tegang yang telah ada sebelumnya menjadi jauh lebih tinggi lagi.

Dia terlihat seperti sebuah bom yang sudah dinyalakan dan berada di titik dimana dia bisa meledak kapanpun.

"Ya sudahlah, kau tidak bisa mengatur hidupnya lagi bukan? Dia sudah bukan anak kecil"

Tetapi seorang pemuda lain terlihat tidak memedulikan itu dan hanya bersandar di punggung seekor anjing hitam raksasa sambil menunjukkan senyuman mengejek di wajahnya. Dia juga menepuk-nepuk pundak pemuda di depannya tanpa beban sedikitpun, seperti tidak menyadari pedang raksasa di tangan kanannya yang sudah mulai menyala dengan api.

"...dia belum dewasa"

"Haha!"

Pemuda berambut hijau kembali berdiri bersamaan dengan anjing besarnya yang menghilang ke dalam bayangannya, seperti tenggelam ke dalam air.

"Jadi apa yang ingin kau lakukan? Meninggalkan tempat ini dan menghentikannya menuju kesini?"

"..."

"Tentukan prioritasmu, Blaze Flameheart"

Pemuda berambut membara itu, Blaze memejamkan matanya sesaat sebelum menimbang pilihannya. Antara nyawa seluruh penduduk kota Aldebaran yang akan ada dalam bahaya jika dia meninggalkan posisinya, atau keselamatan adiknya, Aura.

Dan ketika akhirnya dia mencapai keputusannya-

"Lagipula dia sekarang sudah memiliki seorang pangeran pelindung di sampingnya, bukan?"

Semua Gelombang Mana Api yang meledak-ledak keluar dari tubuh Blaze langsung menghilang dalam sekejap, bersamaan dengan kedua matanya yang terbuka perlahan-lahan. Tetapi bukannya ikut menghilang, tekanan yang dihasilkannya malah menjadi berlipat-lipat dari sebelumnya.

"Uh-oh..."

Gadis berambut biru yang sejak tadi hanya berdiri di kejauhan dan memerhatikan pertukaran dua pemuda itu menyadari perubahan suasana yang tidak asing baginya itu. Ini adalah yang biasanya terjadi sebelum mereka berdua melakukan pertarungan serius.

Tetapi situasi saat ini akan menjadi sangat berbahaya jika mereka benar-benar bertarung dan melepaskan perhatian mereka dari Disaster Beast yang mengancam kota di belakang mereka.

"Hentikan! Kalian berdua jangan-"

"Hey~!"

Gadis itu berniat berjalan untuk melerai dua pemuda itu tetapi menjadi terkejut ketika melihat gadis di sampingnya tiba-tiba melambaikan tangannya dengan bersemangat ke arah Disaster Beast di kejauhan itu.

Kelakuan aneh itu baru berhenti setelah beberapa saat dan dia baru menyadari semua orang di sekitarnya sedang menatapnya dengan berbagai ekspresi berbeda saat ini.

"...apa yang baru saja kau lakukan?"

Gadis berambut biru itu bertanya setelah terdiam sesaat, masih tidak menemukan alasan yang masuk akal dengan kelakuan aneh gadis di depannya itu. Dia mengetahui gadis pemanah di depannya adalah seseorang sedikit pendiam di kebanyakan waktu.

Gadis itu tidak langsung menjawab dan mulai mengelus punggung tangan kirinya sambil tersenyum canggung, lalu akhirnya memberitahu alasan dia sedikit bersemangat.

"Mereka sudah sampai"

...

"Ada apa, Leinn?" Aura menoleh dan menemukan pemuda yang sedang tersenyum lebar tanpa alasan yang jelas.

"Tidak ada apa-apa" ucap Leinn sambil menurunkan tangannya kembali.

Aura menoleh ke arah yang Leinn lihat sebelumnya dan hanya menemukan bagian belakang dari seekor gajah raksasa di kejauhan.

Leinn sendiri sudah mengalihkan perhatiannya ke arah tujuan mereka, ke sebuah tenda dengan beberapa orang yang sudah menunggu di depannya.

"Sampai" ucap Roland pelan.

Twig menghentikan gerakannya ketika dia mencapai jarak 10 meter dari kelompok orang dan Beast yang sedang melihat mereka dengan ekspresi serius.

Leinn dan Roland langsung meloncat turun dan mendarat di kedua sisi Twig, yang sedang merendahkan kepalanya dan membiarkan Aura, Adeline dan Tenma turun bersama semua Beast yang lain.

Twig kemudian mengecil menjadi ukuran 4 meternya dan memikul Hinata yang masih tidak bergerak di punggungnya.

Clear yang melihat itu tiba-tiba membesar menjadi empat kali lipat ukurannya dan menggunakan tentakelnya untuk memindahkan gadis itu ke atas tubuhnya, membiarkan Twig bergerak lebih leluasa.

Kelompok di depan mereka sudah mulai berjalan mendekat setelah melihat mereka berhenti, lalu berhenti di jarak 5 meter dari mereka.

Seorang pemuda yang terlihat seperti pemimpin kelompok itu berjalan bersama yang satu lain untuk bergerak lebih dekat. Dia sampai dan menunjukkan senyuman tipis yang gagal menyembunyikan rasa lelah yang ada di wajahnya.

"Selamat datang di lingkaran pengepung Beast Stampede, Nona Flameheart. Saya adalah ketua Raid Party saat ini, Yulius Soverland"

Dengan tinggi lebih dari 190 sentimeter, Yulius berdiri sambil tersenyum pada gadis di depannya. Rambut biru panjangnya terlihat berkibar perlahan mengikuti hembusan angin yang menerpanya, menambahkan suasana wibawa yang sudah ada di sekitarnya sejak awal.

Aura sedikit terkejut setelah melihat pemuda itu, Yulius langsung mengajaknya bicara tanpa ragu sedikitpun, lalu membuatnya menoleh ke samping tanpa sadar. Yang dia lihat berhasil menyadarkannya tentang kenapa hal itu bisa terjadi.

Leinn, Roland, Adeline dan Hinata ternyata sedang berada dua langkah darinya dengan Tenma dan Beast yang lain di jarak lima langkah di belakangnya juga. Sudah jelas dari formasi ini, dia adalah pemimpin mereka saat ini.

"Um... ya, halo?"

Jawaban aneh keluar dari mulut Aura yang masih belum terbiasa di posisi seperti ini, membuat suasana menjadi sedikit canggung.

Yulius tidak terlihat terlalu menghiraukan masalah itu dan mulai menjelaskan situasi saat ini sambil membawa mereka ke dalam tenda miliknya. Hanya dia dan satu pengikutnya yang masuk ke dalam tenda itu dan menyarankan untuk tidak membawa Contracted Beast mereka masuk ke dalam tenda agar tidak menjadi terlalu sempit.

Hinata, Tenma, dan Beast lain memilih menunggu di luar bersama kelompok Raid Party yang lain, membiarkan semua orang di dalam tenda itu untuk bergerak dengan leluasa.

"Jadi... kita kekurangan daya serang untuk membersihkan sisa Beast Stampede saat ini?"

Aura yang baru selesai mendengar penjelasan dari ketua Yulius itu mulai memerhatikan peta yang ada di depannya dengan serius, memancarkan suasana yang sangat berbeda dengan beberapa menit yang lalu.

Ekspresi Yulius sedikit berubah melihat perubahan drastis itu, yang tidak disadari oleh gadis di depannya yang sedang mengelus rambutnya sendiri.

"...dan ini bukan sebuah kepungan asli"

Returning Humanity : Menyangkal Takdir KehancuranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang