Ch. 51 - Pertemuan Pertama Dua Pasang Orang

323 119 1
                                    


Ratusan orang berkumpul di stadium itu untuk melihat pertarungan murid baru dan Beast mereka, tetapi sebagian besar dari mereka datang karena satu orang saja, satu pemuda yang spesial.

Satu pemuda dengan kejeniusan tertinggi.

"Perkenalkan, namaku Leinn Springleaf. Salam kenal, Adeline"

Pemuda berambut hitam itu berdiri di tengah lingkaran ular besar di samping arena batu besar di depan mereka, berdiri di samping gadis yang menunjukkan ekspresi terkejut.

Ekspresi datar pemuda berambut pirang itu mulai berubah setelah mendengar pemuda berambut hitam di depannya mengatakan hal itu.

"Leinn..."

"K-kau mengenaliku?"

Adeline sedikit terkejut mendengar namanya disebut oleh pemuda di depannya itu.

Aura yang berdiri dibelakang Leinn terlihat tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya.

Wajah terkejut Adeline menunjukkan dengan jelas bahwa gadis itu tidak mengenalinya, tetapi Leinn jelas mengetahui identitas gadis itu.

Leinn yang tidak mengenali satupun orang disini sejak dirinya bertemu dengannya bisa mengenalinya.

Perasaan kecil yang tidak dia kenali muncul di dalam dadanya.

"...?"

Tapi yang menghasilkan reaksi paling kuat adalah Roland.

"Tentu saja aku-Ow!"

Sebuah pukulan cepat yang mengarah ke perut Leinn mendarat telak, membuat tubuhnya meluncur sejauh lima meter kembali ke tempat berdirinya sebelumnya.

Leinn mulai mengelus tangan kirinya yang menangkis pukulan itu.

"Aku tidak berniat buruk!"

"..."

Leinn menunjukkan senyuman kecil di wajahnya yang tidak dipedulikan oleh pemuda pirang di depannya.

Roland mulai mengalihkan perhatiannya pada Beast di depannya, gorila putih dan serigala besar. Pandangannya lalu berhenti di gadis kecil yang memegang tongkatnya dengan erat dan pandangan bertemu.

"H-halo! S-saya Aura Flameheart! S-salam kenal, Tuan Muda Azure!"

Aura menundukkan kepalanya dalam posisi sempurna padanya, memperkenalkan dirinya.

Leinn melihat ini dan berpikir sejenak, lalu mengangkat wajahnya dan menunjuk Roland.

"Hah! Ternyata benar kaulah Pangeran Petir Azure!"

Roland tidak memedulikan Leinn yang sedang tertawa terbahak-bahak itu.

Dia meletakkan tangan kanannya di dadanya dan sedikit menunduk ke arah Aura.

"Salam kenal Tuan Putri Flameheart. Saya adalah Roland Azure"

Aura menundukkan kepalanya sekali lagi padanya dan terlihat sangat gugup.

Leinn mengalihkan perhatiannya dari dua orang itu kepada gadis berambut biru di depannya, yang menyadari dirinya sedang ditatap olehnya.

"Namaku Adeline Aimer! Sekarang jelaskan identitasmu, orang asing!"

Leinn melihat gadis berambut biru di depannya, dengan rambut ekor kembar panjang di kedua sisi kepalanya bergerak sesuai dengan gerakan kepalanya. Tubuh kecilnya yang terlihat di sekitar 155 sentimeter itu tidak menghalangnya untuk terlihat angkuh saat menatapnya.

"Salam kenal sekali lagi, Adeline. Namaku adalah Leinn Springleaf"

Leinn terlihat menoleh untuk melihat reaksi Roland saat mengatakan itu, dan merasa kecewa melihat wajah yang datar di depannya.

Adeline terlihat berusaha mengingat apakah dia mengenali pemuda di depannya.

Leinn... tidak ada.

Springleaf...

"Springleaf?"

"Ah!"

Sebelum Adeline bisa menanyakan sesuatu, dia melihat Aura berbalik dan menghadap Leinn. Ini membuatnya tersadar dan dia juga menoleh arah Roland.

""Apa kau baik-baik saja?!""

Aura terlihat mulai merapalkan sihirnya dan Adeline sudah meraih botol berisi cairan merah dari saku pakaiannya.

"Hahaha! Ini hanya luka dangkal!"

Leinn menghentikan Aura dan melap darah di dahinya dengan tangan kanannya. Ternyata pendarahannya benar-benar sudah berhenti.

"Tenanglah"

Roland sudah mengeluarkan sapu tangannya dan menyeka wajahnya, menunjukkan pendarahannya juga sudah berhenti.

Melihat ekspresi pemuda di depan mereka dan menyadari mereka tidak akan berubah pikiran, mereka berdua hanya bisa mengela nafas kecil.

Aura menurunkan tongkatnya dan Adeline mengembalikan botol itu kedalam sakunya.

Melihat suasana sudah kembali tenang, Leinn mulai berjalan mundur dan menepuk lengan Basalt yang hanya berdiri sambil memeriksa tubuh ular raksasa di sekitarnya.

"Ini Basalt, dia mengikuti sejak seminggu yang lalu"

"Hoh"

Aura terlihat menyadari sesuatu dan menepuk Rufus di belakangnya.

"I-ini Contracted Beast-ku, Rufus"

"Ruff"

Basalt terlihat meniru Aura dan menundukkan kepalanya pada Roland, seseorang yang dipandangnya sangat kuat.

Rufus terlihat tidak peduli dan hanya memberikan satu hembusan udara dari hidungnya.

Ular raksasa yang mengelilingi mereka terlihat menyadari situasi itu dan mulai menurunkan kepalanya di samping Roland, yang meletakkan tangan kanannya di kepalanya.

"Ini Twig, Contracted Beast-ku"

"C-contracted Beast-ku sedang sibuk!"

Adeline terlihat tidak senang karena hanya dia yang tidak membawa Contracted Beast-nya kesini, lebih tepatnya hanya Beast-nya yang sedang bermain di tempat lain.

Twig ternyata keluar dari ruang tunggu Beast dan meloncat dari tempat duduk penonton, lalu mendarat di atas Leinn dan Roland ketika menyadari mereka sedang bermain bersama.

"Psssht?"

Dirinya terlihat tidak menyadari apa yang telah dia lakukan dan hanya membiarkan kepalanya dielus.

Leinn meraih bola kristal di tangan Basalt dan menunjukkannya pada Roland dan Adeline.

"Dan ini Contracted Beast-ku, Clear"

Pemuda dan gadis itu melihat bola kristal di tangannya dengan bingung, tidak mengerti dengan apa yang baru saja dia katakan.

Roland hanya menganggukkan kepalanya setelah melihat itu beberapa saat.

"Huh...?"

Adeline tetap memeriksa bola kristal itu dengan seksama, dan terkejut ketika Leinn melempar bola kristal itu padanya.

"Huh?!"

"Lihat saja sepuasmu, kau terlihat penasaran sekali"

Adeline terlihat tidak bisa memutuskan selama beberapa saat sampai rasa penasarannya memaksanya memeriksa bola kristal di tangannya.

Di samping mereka berdua terlihat Roland yang sudah berdiri di depan Aura yang terlihat gugup.

"Jadi... bagaimana Tuan Putri Flameheart bisa saling kenal dengan monyet liar itu?"

"Huh? A-apa...?"

"Hoh?"

Basalt sedikit bereaksi mendengar perkataan Roland itu, sedangkan Aura terlihat bingung beberapa saat sampai disaat dia mengikuti pandangan pemuda di depannya itu.

"Ah... Ah! Maksudmu Leinn!"

"Ya, maksudku Leinn"

Dua pasang orang itu mulai saling berbicara satu sama lain.

Leinn dan Adeline memeriksa keadaan Clear, sedangkan Roland mendengarkan cerita Aura.

Returning Humanity : Menyangkal Takdir KehancuranWhere stories live. Discover now