Ch. 66 - Berakhir

295 100 2
                                    


Satu-satunya alasan dia masih berdiri di depan Roland adalah kebimbangannya.

Dia bisa langsung menyerah dan menghindari kekalahan telak di tangan Pangeran Petir di depannya, atau dia bisa mungkin memberikan perlawanan dan akhirnya mungkin akan diingat olehnya.

Di tengah kebimbangannya itu, akhirnya waktu memaksanya memilih pilihan terakhir.

"Mulai!"

Dia langsung mengayunkan tangannya, memerintahkan Contracted Beast-nya untuk menyerang Beast lawannya.

Banteng merah di sampingnya itu hanya menatap Contractor-nya dengan ekspresi banteng yang bingung.

"Huh?"

Dia tidak maju menyerang bukan karena rasa takut atau apapun, melainkan karena sasaran perintahnya tidak terlihat dimanapun.

Roland hanya berdiri disana tanpa ditemani Beast apapun, dan pria itu langsung melihat ke belakangnya dan melihat ular sepanjang empat meter itu sedang berputar dan menggigit ekornya di depan Adeline yang sedang melihatnya dengan tatapan lembut.

Pria itu mengembalikan pandangannya ke depan dan menatap Roland dengan bingung, sebuah perasaan yang sedang dirasakan sebagian besar penonton di sekitar mereka.

"Um... T-tuan Muda Azure?"

"..."

Ternyata kebingungan itu tidak berlangsung lama, melihat sebuah bayangan besar tiba-tiba muncul dan menutupi sebagian arena itu.

Angin kencang mulai memenuhi stadium itu, beberapa orang bahkan merasakan sedikit rasa sakit di wajah dan lengan mereka yang terkena langsung oleh angin itu.

"Caw!"

Teriakan keras dapat terdengar dari langit, diikuti bayangan besar itu yang langsung mendarat di depan Roland.

Boom!

Semua penonton disana akhirnya bisa melihat wujud makhluk itu, yang ternyata adalah seekor burung raksasa.

Burung raksasa dengan bulu yang bersinar emas, dengan listrik yang terlihat menyala setiap beberapa saat di seluruh tubuhnya. Dengan tinggi yang melewati dua meter dan tatapan tajamnya, membuat semua orang yang melihatnya terpana.

Hampir semua orang.

"Caw!"

Aura melihat itu sesaat dan langsung menoleh ke Leinn untuk melihat apakah dia mengenali Beast itu, mengingat pemuda itu mengenali Twig.

"Eh...?"

Yang ditemukannya adalah ekspresi baru di wajah Leinn, dengan kedua alisnya yang mengerut sampir hampir menyentuh satu sama lain, mata yang menyipit, dan mulut yang tertutup rapat. Dia menunjukkan ekspresi yang terlihat seperti sangat terganggu oleh apa yang sedang dilihatnya.

Aura sedikit bingung melihat itu dan mengembalikan perhatiannya ke arena di depannya.

Banteng merah itu masih berdiri diam, tetapi kali ini memang karena rasa takutnya yang sangat besar. Karena dia sudah menyadari perbedaan kekuatan diantara dirinya dan burung raksasa itu.

"Caw!"

...

Pertarungan itu berakhir dengan sangat biasa, sambaran petir telak yang membuat banteng itu tidak sadarkan diri.

Mana api yang memenuhi arena itu bahkan tidak membantu Banteng itu sama sekali dari serangan lawannya.

Setelah itu semuanya berjalan seperti biasa, selain satu orang yang tersetrum oleh bulu emas yang ditemukannya saat dia sedang memperbaiki arena itu.

Returning Humanity : Menyangkal Takdir KehancuranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang