Ch. 152 - Penjaga, Leinn

133 44 0
                                    


Satu, dua, empat, delapan... enam belas tangan raksasa muncul dan mengoyak bola api yang sudah berhenti bergerak itu, karena empat tangan yang sudah menancap di tanah untuk menghentikan gerakannya, dan dua belas yang lain sudah mulai memeluk bola api itu sambil mengeluarkan kabut ungu tebal ke udara.

Khakha...AAAH!

Semua kabut itu berputar semakin cepat mengitari bola api itu, yang kemudian langsung menekannya dari semua arah bersama teriakan terakhir itu.

Boom... boom... boom...!

30 meter... 20 meter... 10 meter... 5 meter... 1 meter...

Ukuran bola yang sudah berubah menjadi ungu karena semua kabut yang menyelimutinya itu terus mengecil setiap kali kabut itu menekannya, sampai akhirnya.

BOOM!

Satu tekanan terakhir dan bola itu hilang tanpa bekas, meninggalkan sekepul kabut ungu yang juga lenyap sekejap berikutnya.

Kodok raksasa itu langsung terpatung dan masih tidak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi, karena pemandangan yang baru saja terjadi di depannya itu adalah sesuatu yang sangat di luar akal sehatnya.

[4.000 Percent]

Retakan besar langsung menyebar dari tempat Hinata berdiri, dengan semua Mana di udara yang sebelumnya tidak teratur sudah mulai bergerak memutari tubuh gadis berambut putih itu.

Hal ini membuat kodok raksasa itu tersadar dari lamunannya dan langsung mulai mengisap Mana Api di sekitarnya, bersiap melakukan serangan susulan.

"Ribbi-"

[Thunder Incarnated]

Crackle!

Pemandangan sebelumnya juga berhasil membuat Disaster Beast itu tidak menyadari pancaran tenaga besar yang sudah meledak-ledak di belakangnya sampai di saat-saat terakhir. Yang dia lihat di belakangnya adalah pemuda yang memikul cahaya besar di telapak tangannya.

[Thunder Dragon King's Roar]

Roland mengayunkan tangannya dengan kuat dan bola petir selebar 10 meter dapat terlihat sekilas, sesaat sebelum bola itu membentur kodok raksasa di depannya.

Crackle-Boom!

Bola emas itu langsung meledak di punggung kodok itu sebelum mengalirkan petir ke seluruh tubuh, udara dan tanah yang dipijaknya. Retakan-retakan besar dapat terlihat mulai menyebar di seluruh batu yang melindungi tubuh raksasanya.

Roland sama sekali tidak memberikan ampun dan sudah mengangkat tangan kirinya lagi, mengeluarkan bola-bola petir dari cakar dan sayap emasnya.

[Twenty Clap]

Crackle-boom!

"Kroak...!

Ledakan-ledakan yang lebih kecil langsung terbentuk dan menghancurkan lebih banyak batu-batu yang menempel di tubuhnya.

"Hm"

Whoosh!

Leinn yang mengepakkan sayap di punggungnya dan menghasilkan gelombang Mana Ungu yang menghantam batu-batu dalam jumlah besar yang sedang berguling ke arahnya dari atas gunung itu, menghancurkannya berkeping-keping.

Roland hanya menoleh sesaat ke arah kaki gunung itu sebelum kembali memerhatikan Disaster Beast di depannya yang sudah kehilangan sebagian dari pelindung punggungnya, memperlihatkan daging berwarna merah dan darahnya yang mulai mengalir keluar dari beberapa lubang besar di punggungnya.

"Kroak..."

Disaster Beast ini tidak menyangka dirinya akan bertemu dengan manusia-manusia seperti ini di hari yang sama. Pertama dia bertarung dengan manusia yang bisa menahan serangannya dan mengikis pertahanannya dengan mudah, dan sekarang dia bertemu dengan satu manusia yang bisa melenyapkan serangannya tanpa bekas dan satu manusia lain yang bisa menghancurkan pelindung paling kuat di punggungnya.

Returning Humanity : Menyangkal Takdir KehancuranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang