Apa yang baru saja kau pikirkan, Anniemarie?

“Aku tidak ingin mendengar apapun darimu. Jika ingin menjelaskan semuanya, bukankah seharusnya kau melakukannya sejak lama? Apa kau tidak malu melakukannya sekarang?” ujar ku dengan sedikit berteriak dan membuatnya terlihat terkejut? Entahlah aku tidak peduli.

“Jadi, ternyata inilah alasan mengapa ia memintaku untuk tidak pernah menemuimu,” balasnya selanjutnya.

Aku dapat mendengar suaranya yang sedikit bergetar.

Tunggu sebentar... Aku sama sekali tidak memahami maksud dari perkataannya itu.

“Anniemarie, aku sudah berjanji pada ibumu untuk tidak menemuimu dan mengatakan semuanya, dan sekarang bertemu denganmu... dengan sikapmu yang begitu membencinya itu ternyata begitu menyakitiku.”

Semakin ia berbicara semakin aku tidak memahami perkataannya.

“Kau pasti tidak memahami ini... Aku Amelia Young, aku sahabat dekat Ibumu.”

Ya Tuhan, apa yang baru saja terjadi?

***

Wanita itu duduk di salah satu sofa sembari menatap Travis dengan senyuman lebar di bibirnya, sementara aku menyiapkan segelas air untuknya.

Aku tidak tahu haruskah aku merasa malu atau kesal karena menduganya sebagai ibuku dan bersikap sebegitu bencinya padanya. Namun, bukankah aku tidak salah karena bersikap seperti itu? Segala yang kulakukan padanya sebelumnya adalah karena aku sudah menyiapkannya untuk ibuku sendiri, dan sejak pertemuan kami di makam tadi... Ia bahkan tidak menyangkal ketika aku mengenalinya sebagai Ibuku.

Meletakkan gelas itu di hadapannya, aku mengambil posisi untuk duduk di samping Travis. Dan dengan cepat, pandangan wanita itu beralih padaku.

“Kau benar-benar cantik seperti ibumu.” Seharusnya ia tidak perlu melontarkan pujian seperti itu ketika ia tahu aku tidak pernah sekalipun mengetahui bagaimana wajah ibuku.

“Dan anak muda ini juga sangat tampan, siapa namamu?”

Aku dapat melihat Travis yang bersiap untuk membuka bibirnya untuk menjawab, tetapi aku lebih dulu menghentikannya.

“Cukup. Kau bilang akan menjelaskannya. Kumohon segera lakukan apa yang kau maksudkan itu karena kami tidak memiliki banyak waktu.”

Wanita bernama Amelia itu menggeleng kecil sembari tersenyum.

“Dia benar-benar berhasil membuatmu bersikap seperti apa yang diinginkannya.”

Wanita ini benar-benar membuatku kesal dengan perkataannya yang tidak langsung mengarah ke titik pembicaraan.

“Jika Anda tidak ingin mengatakan apa yang akan Anda katakan, lebih baik-“

“Ibumu...”

“Jika saja ia bisa bertahan lebih lama, aku yakin ia akan selalu berada di sisimu dan tidak akan pernah meninggalkanmu.”

Apa ia sedang memperbaiki reputasi sahabatnya di hadapan putrinya sendiri? Kalau begitu apa aku harus tersentuh mendengar kalimatnya itu?

“Dia wanita periang dengan banyak keinginan di benaknya. Ia juga selalu memikirkan kebahagiaan orang lain hingga tidak pernah memikirkan jika ia juga perlu mendapatkannya.”

Ia melemparkan pandangannya padaku, dan sepertinya ia memahami jika aku ingin ia menjelaskan inti dari maksud perkataannya itu.

“Ketika ia bertemu dengan ayahmu... ia terus saja mengatakan padaku jika ia ingin membuat pria itu menjadi pria yang sempurna... karena baginya... ayahmu membuatnya merasa begitu dicintai.”

Apa ia sedang berbohong padaku? Karena yang kuketahui, ayahku bukanlah orang yang seperti itu.

“Ayahmu... ia selalu berharap untuk memiliki seorang putri bersama dengan ibumu. Ia selalu menginginkannya hingga ia menghentikan keinginannya itu ketika ibumu tidak kunjung mengandung.”

Ayahku menginginkan seorang putri tetapi tidak pernah bersikap seperti itu padaku?

“Ia melakukannya karena ia tidak ingin membuat ibumu tertekan. Dan hal itulah yang sejujurnya membuat Ibumu merasa perlu memenuhi keinginan ayahmu... kau ingat, ibumu selalu memikirkan orang lain lebih dulu.”

Haruskah aku mempercayai perkataannya itu?

“Hingga suatu hari, ia benar-benar mendapatkanmu... Ia mendapatkanmu bersamaan dengan kenyataan jika ia memiliki penyakit yang cukup berbahaya jika ia mempertahankanmu...”

“Dan saat itu ia mulai berpikir... ia tidak akan menyerah begitu saja padamu, ia akan tetap membawamu ke dunia ini sekalipun ia tidak akan berada di sini bersamamu.”

Ibuku sudah mati?

“Dia memutuskan untuk meninggalkan ayahmu karena ia tahu, ketika ia mendapatkanmu, ia harus menyerahkan dirinya sendiri.”

Bukankah kau tahu jika ini hanya omong kosong belaka, Anniemarie? Tetapi mengapa air mata tetap saja keluar dari matamu?

“Saat kau lahir... aku masih ingat bagaimana ia tersenyum dengan begitu bahagianya. Ia sangat menyayangimu hingga mengorbankan hidupnya untukmu.”

Tidak, ia tidak menyayangiku, ia melahirkanku untuk membiarkanku hidup dalam hal yang mengerikan selama ini. Dan satu hal yang kusadari dengan pasti... ia begitu mencintai ayahku.

“Jujur saja, aku merasa bingung dengan keputusan ibumu yang memilih pergi dengan cara seperti ini. Ketika aku menanyakan apa alasannya, ia hanya mengatakan jika akan lebih baik membuat ayahmu dan dirimu membencinya, daripada harus mengingatnya mati dengan penuh kesakitan.”

Menyebalkan. Dasar wanita egois.

“Akan lebih baik jika kau tidak mengatakan suatu kebohongan padaku.”

Wanita itu menggelengkan kepalanya membalas perkataanku.

“Aku berkata yang sejujurnya padamu. Dan mengenai janji apa yang kukatakan sebelumnya padamu itu... aku berjanji pada ibumu untuk tidak muncul di hadapanmu dan mengatakan hal ini... karena sekali lagi... jika aku melakukannya, aku hanya akan membuka luka lama kalian.”

Ya, tentu saja... dan sekarang aku begitu terluka.

“Sayang... berhentilah menangis.” Ucap wanita itu, kemudian menghampiriku.

Ia memelukku dengan erat sementara aku tidak melakukan apapun ketika ia melakukukannya. Di sisi lain, aku dapat merasakan sebuah tangan besar yang menggengamku. Travis... dia di sini untuk mendukungku.

“Lalu, apa yang kau lakukan di sini jika bukan untuk menemuiku?” tanyaku dengan tidak mengubah posisi kami.

“Aku selalu datang kemari, setidaknya satu bulan sekali, karena itu adalah pesan yang di sampaikan ibumu padaku. Ia selalu mengatakan padaku, ia ingin menjadi menantu yang baik untuk nenekmu, jadi jika nenekmu sudah tidak ada, ia ingin aku menggantikannya membawakan bunga favorit nenekmu ke makamnya.”

Sebuah tawa kecil terlepas dari bibirku.

“Dasar wanita bodoh,” lirihku pelan.

“Kau juga berpikir seperti itu?” Amelia tertawa kecil.

“Kau harus tahu jika ia begitu mencintaimu...”

Hening... tidak ada suara di antara kami untuk sementara waktu, sebelum kemudian aku kembali membuka suara.

“Amelia? Bisakah kau membawaku menemuinya sekarang?”

***

Travis Mason [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang