Ch. 9

768 109 4
                                    

Jadi, harus dimulai dari mana ketika aku ingin mencari keberadaan Travis, sekarang? Pria itu entah bagaimana begitu sulit untuk ditebak, bahkan sangat-sangat sulit untuk ditebak. Mungkin aku perlu menciptakan sebuah alat canggih untuk bisa membaca isi kepalanya.

"Hai Anne," sapa seseorang, sementara aku hanya bisa tersenyum menanggapinya, tidak tahu harus melakukan apa selain memberinya sebuah senyuman.

Selanjutnya, pandanganku terlempar ke seluruh penjuru lorong sekolah, dimana sekarang, lorong itu terlihat dipenuhi oleh kegembiraan banyak siswa karena baru saja berhasil keluar dari kelas nya. Oh, begitulah ajaibnya suara bel ini, tinggal melihat di waktu apa ia dibunyikan, di waktu awal hari mereka akan terdengar mengerikan, tetapi setelahnya... semua itu terdengar menyenangkan.

Ketika hendak melangkahkan kakiku untuk pergi, aku melihat Steve, yang terlihat berjalan menuju ke arah ku. Ia menatap ku dengan seringaiannya yang begitu ku benci, sementara aku hanya bisa mendengus kesal dan menggelengkan kepalaku, mencoba membuang jauh-jauh bayangan wajah menyebalkan nya itu, kemudian dengan buru-buru berjalan ke arah kerumunan untuk menghindarinya. Ia berteriak memanggil namaku, tetapi aku sama sekali tidak menggubris nya.

Tenang kan dirimu Anne... Sebisa mungkin kau harus bersembunyi darinya...

Aku mengambil langkah cepat ke arah taman belakang sekolah. Steve tentu tidak akan pergi ke sana. Tempat itu dikenal sebagai tempat buangan, dimana hanya ada siswa-siswa yang mendapatkan kesempatan untuk duduk dan menikmati makanan siang mereka di meja kantin, atau karena alasan lain seperti mendapatkan gangguan dari perkumpulan teman-teman Steve.

Ketika aku sampai di sana, beberapa orang terlihat memandangi ku dengan pandangan terkejut. Oh, ini sebenarnya bukan pertama kalinya aku datang kemari, tetapi ini mungkin pertama kalinya mereka melihat ku berada di sini. Pikiran mereka mungkin dipenuhi akan pertanyaan, bagaimana seorang ketua cheers bisa datang ke tempat buangan seperti ini.

Membuka mataku lebih lebar, aku mencoba mencari tahu keberadaan seseorang yang sejak tadi ingin ku temui. Dan usaha ku ternyata tidak sia-sia karena akhirnya aku menemukannya. Ugh, jadi ini alasan mengapa aku tidak pernah melihatnya ketika jam makan siang? Ku pikir ia tidak pantas untuk berada di tempat ini. Sudah ku katakan, Travis adalah seseorang yang lebih dari sempurna. Travis itu spesial, dia pantas berada dimana pun tempat yang diinginkannya.

"Hai!" Sapa ku, mungkin kelewat bersemangat? Entahlah, aku tidak begitu peduli akan itu.

Ia mendongakkan kepalanya sejenak untuk menatap ku, sebelum kemudian pandangannya kembali pada tas yang dibawanya. Sepertinya aku kembali kalah dengan apa pun yang dipandangi dan memenuhi kepalanya.

"Travis? Kau mendengar ku?" Gaya seperti ini, selalu mencoba mencari perhatian orang lain, sebenarnya bukanlah keahlian ku, tetapi kita tidak pernah tahu bagaimana kita bisa berubah dan siapa yang mampu mengubah kita.

"Ya," balasnya singkat. Sangat tipikal Travis, dan ia sama sekali tidak berubah.

"Ada apa? Sesuatu mengganggu mu?" Tanyaku, kemudian mengambil langkah untuk duduk di sampingnya, di sebuah kursi taman yang terlihat jauh dari kerumunan.

"Terlalu banyak orang di sini," mungkin ia pikir aku tidak bisa mendengar gumaman yang keluar dari mulutnya itu, tetapi aku bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Dan... aku dapat melihat bagaimana tangannya bergetar.

"Kau baik-baik saja?" Tanyaku sekali lagi, merasa khawatir. Aku ingin meraih tangannya dan menggenggam nya, tetapi aku terlalu takut untuk membuatnya merasa tidak nyaman.

"Terlalu banyak orang di sini," dan lagi, ia menjawab dengan jawaban yang sama.

Setelah aku memutuskan untuk berbelok dan datang ke taman ini, aku memang dapat merasakan jika beberapa orang tidak hanya memandangi ku... tetapi juga mulai mengikutiku.

Travis Mason [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang