Ch. 19

523 92 14
                                    

Rekomendasi musik : People by AGUST D

Happy reading....

***

Sore itu aku pulang dengan berjalan kaki untuk sampai ke rumah. Air mata sejak tadi terus saja mengaliri wajahku. Seharusnya aku sudah terbiasa dengan situasi ini, dengan situasi dimana semua orang meninggalkanku... Tetapi kali ini... aku benar-benar tidak bisa merasa biasa saja... Aku kehilangan sesuatu yang benar-benar berharga untukku.

Ketika akan membuka pagar rumah, Tuan West, penjaga rumah, sudah lebih dulu membukakannya. Tanpa menghiraukannya, aku berjalan masuk dan bertemu dengan Ayah yang sedang menuruni tangga teras. Sepertinya akan ada acara penting yang harus dihadirinya.

"Dimana mobilmu?"

Ia bertanya tanpa benar-benar peduli. Ia bahkan tidak menatapku ketika menanyakan hal itu.

Mobilku... Aku meninggalkannya di sekolah. Setelah kejadian pemukulan itu, aku buru-buru menelepon ambulan dan tidak memedulikan apa pun, termasuk barang-barang ku... Sehingga pada akhirnya aku berakhir pulang dengan berjalan kaki.

"Mengapa kau menangis?"

Rasanya sedikit terkejut ketika Ayah tiba-tiba bertingkah seolah memperhatikanku seperti ini, tetapi hal itu tidak menyentuhku untuk saat ini dan mungkin seterusnya. Apa pun yang Ayah lakukan, semuanya tidak pernah tulus.

"Ada apa denganmu? Pagi tadi bertingkah aneh dan sekarang bertingkah seperti ini?"

Pagi tadi semuanya terasa menyenangkan hingga aku bahkan menerima perlakuan Krystal padaku, aku bahkan ikut menyantap makan pagiku dengan mereka, suatu hal yang sangat jarang kulakukan dengan mereka... tetapi kesenangan itu hilang dengan mudahnya.

Sialan. Memikirkannya membuatku teringat akan si brengsek Steve.
Lagi pula, mengapa Ayah harus mengamati apa yang terjadi padaku tadi pagi maupun sekarang? Kemana saja dirinya selama delapan belas tahun hidupku ini, hingga untuk pertama kalinya ia menanyakan tentang hal yang berhubungan denganku.

"Sayang... Kau sudah pulang?"

Suara Krystal yang diikuti kemunculannya dari balik pintu rumah hanya membuat suasana menjadi makin kacau. Aku sedang tidak siap menerima sandiwaranya kali ini.

"Kau tidak apa-apa? Kudengar di sekolahan sedang ada masalah yang melibatkanmu?"

Sialan. Dia kembali bertingkah peduli dengan memojokkan diriku di hadapan Ayah. Namun, sekali lagi, siapa yang peduli dengan itu?

"Kau belum mengetahuinya sayang?" Krystal bertanya pada Ayah ketika Ayah memberinya tatapan menuntut penjelasan.

"Steve berkelahi dengan seorang anak yang dekat dengan Annie. Kau tahu bukan betapa Steve sangat menyukai Annie dan tidak ingin putri kita dekat dengan siapa pun termasuk pemuda itu. Dan lagi, kudengar dia anak yang kurang waras."
Kurang waras?

Sialan. Wanita bodoh yang tidak mengetahui apapun ini, berkata seenak jidatnya saja.

"Jangan mengatakan hal itu, dia orang yang sempurna." Ujarku dengan dingin.

Dia sempurna... Travis sungguh sempurna. Dia membuatku tahu, jika hidup tidak selalu dipenuhi dengan kepalsuan.

Tanpa menunggu tanggapan apapun dari mereka, aku memilih pergi menuju ke kamarku.
Di sana, air mataku kembali menuruni wajahku.

Travis... Aku tahu aku pantas menerima ini semua, tetapi mengapa rasanya begitu sakit? Apakah rasa sakit ini sepadan dengan apa yang kau rasakan akibat perbuatan yang Steve lakukan?

"Mengapa ini sakit sekali..." Lirihku sesekali dalam isak tangis ini.

***

Pagi itu, semua orang menatap dengan keheranan sembari sesekali berbisik satu sama lain ketika melihatku berjalan menelusuri lorong sekolah. Ah... Seluruh sekolah pasti sudah tahu mengenai permasalahan apa yang terjadi antara aku, Travis, dan Steve. Apa aku merasa malu jika semua orang mengetahui kedekatanku dengan Travis? Tidak, jawabannya tentu tidak. Aku tidak peduli pada apa yang orang pikirkan selagi aku dapat merasakan kesenangan dan kegembiraan yang begitu hebatnya ketika menghabiskan waktuku bersama Travis, yang, dengan mudahnya direnggut oleh Steve.

Travis Mason [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang