Ch. 4

1.1K 123 4
                                    

"Terima kasih atas apa yang kalian lakukan padaku, aku sangat senang bisa bertemu dengan kalian," ujarku setelah memeluk Nana dan Bianca. Aku benar-benar merasa berterima kasih atas apa yang mereka lakukan padaku, mereka sungguh baik dan pengertian.

Mereka melihatku dengan tersenyum penuh dan balas memelukku.

Travis, sejak tadi, ia tidak muncul dari kamarnya.

Hari ini adalah hari sabtu, dimana hari ini merupakan hari libur kami. Mungkin ia sedang sibuk melakukan hal-hal seperti yang anak-anak seusia kami lakukan. Berakhir pekan di rumah dengan bermain game atau tidur seharian dan memainkan ponselnya.

"Aku yang berterima kasih padamu, berkatmu, aku jadi memiliki cucu perempuan," aku tersenyum mendengar pengakuan Nana. Mereka benar-benar keluarga yang baik dan menyenangkan.

"Kalau begitu, aku pamit pulang, aku akan menyempatkan diri untuk datang kemari," Nana tersenyum, kemudian kembali memelukku dan mengecup pipiku. Melihatnya melakukan hal-hal seperti ini, membuatku teringat akan nenekku. Oh, sudah berapa lama ia pergi meninggalkanku di dunia mengerikan seperti ini?

Aku bersiap untuk pergi ketika Bianca berujar, "Annemarie, jangan pergi dulu, kita tunggu Travis, kami akan mengantarmu," ehm.... Apa ia tidak memiliki acara liburan seperti apa yang kupikirkan sebelumnya?

"Kupikir Travis memiliki acaranya sendiri?" Tanyaku padanya.

"Ya, dia memiliki acara mingguan dengan teman-temannya, dan mungkin kami bisa sekalian mengantarmu ke rumahmu."

Sebenarnya aku belum ingin untuk pulang ke rumah. Namun, jika aku menolak permintaannya lagi, kupikir itu sangatlah tidak sopan.

"Baiklah," setelah beberapa menit menunggu, Travis akhirnya muncul dari pintu utama rumahnya. Kali ini, ia mengenakan kaus polo berwarna abu-abu yang dipadu dengan celana jeans longgarnya. Penampilannya memang selalu seperti itu, terkadang ia mengenakan kemeja, yang malah terlihat terlalu formal dan kuno, tetapi ia tetap saja terlihat tampan.

Hei ada apa denganmu, Annemarie?

"Kau siap Travis?"

"Ya," jawabnya pada ibunya sembari berjalan begitu saja melewatiku untuk masuk ke dalam mobil.

"Ayo, Anne, Oh bolehkan aku memanggilmu Anne?" Tanyanya seperti teringat jika mungkin namaku terlalu panjang untuk diucapkannya.

"Ya, tentu saja," aku tersenyum kemudian mengikutinya masuk ke dalam mobil. Disusul dirinya yang kemudian memegang kendali mobil.

Bianca melajukan mobilnya dengan perlahan, sementara Travis hanya diam memperhatikan mobil-mobil yang berlaluan dari jendela mobil, dan aku.... Aku mengamatinya melakukan hal itu.

Mungkin aku sudah gila sekarang. Entahlah aku tidak mengerti mengapa Travis bisa sangat menarik di hadapanku seperti ini.

Aku bahkan tidak mengenalnya dengan baik.

"Jadi, Anne, kau belum mengatakan dimana alamatmu," tuntut Bianca meminta alamat rumahku.

Aku bahkan sampai lupa untuk mengatakannya.

"Aku tinggal di-"

"Dia tinggal di jalan Rose Street No. 20."

Aku menatap bingung pada Travis. Bagaimana bisa ia mengetahuinya? Aku bahkan tidak pernah sekalipun berbicara padanya, tetapi mengapa ia seperti mengetahui sesuatu tentangku? Apa ia stalker? Apa ia seorang penguntit obsesif? Namun, apakah orang sepertinya bisa bertindak seperti itu?

"Ya, Bianca, aku tinggal disana," aku tersenyum. Tidak tahu harus menganggapi apa setelah mendengar perkataan Travis yang menurutku sedikit menganggu pikiranku itu. Tidak ingin terbebani dengan pikiran itu, aku kemudian bertanya padanya.

Travis Mason [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang