Ch. 10

783 99 2
                                    

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya kedua pasangan itu pergi dari ruangan ini, meninggalkanku yang masih membeku terkejut, mencoba mencerna kejadian apa yang baru saja terjadi, juga perkataan apa yang baru saja keluar dari mulut Travis yang terus saja membuat ku memikirkannya.

Menjijikan.

Apa ia benar-benar berpikiran jika berciuman adalah hal yang menjijikkan? Lalu bagaimana jika nantinya ia melakukannya?

"Mereka pergi," bisik Travis, kemudian dengan terburu meraih sesuatu dari dalam tas-nya. Sebuah ponsel. Lalu menyalakannya, membuatku dapat melihat wajahnya.

Ternyata ia memiliki ponsel?

"Pukul dua belas empat puluh lima menit. Aku masih memiliki waktu sepuluh menit untuk menghabiskan bekalku, dan lima menit untuk kembali ke kelas."

Tanpa menghiraukan keberadaanku, ia mengeluarkan sebuah kotak makanan dari tasnya, kemudian mulai memakan makanannya di hadapanku.

Aku memutar mata kesal melihatnya. Jadi, apakah pertemuanku dengannya hari ini hanya akan berakhir dengan aku yang menemaninya makan seperti ini? Entah mengapa ini terasa tidak adil. Aku memang ingin bertemu dengannya, tetapi tidak hanya untuk hal seperti ini.

"Travis?" Panggil ku, sementara ia masih sibuk menyantap bekal sandwich bawaannya.

"Ehmm... Apa kau benar-benar berpikiran jika berciuman adalah hal yang menjijikkan?" Aku terdiam sejenak, merasa terkejut menyadari kalimat apa yang baru saja keluar dari bibir ku. Sialan, bagaimana bisa aku tidak dapat menahan diriku seperti ini dengan menanyakan hal yang terus berputar di otakku itu?

Travis tidak langsung menjawab, ia kembali meraih sesuatu dari dalam tasnya, kemudian mengulurkan satu buah apel padaku, dan berujar, "aku tidak menyukainya. Untukmu saja," dan dengan itu aku menerimanya. Kebetulan sekali aku tidak sarapan tadi pagi. Tindakan kecilnya yang memberiku sebuah apel seperti ini seakan menyadarkanku jika Travis memang seseorang yang dipenuhi dengan kepedulian.

Hei, dia belum menjawab pertanyaanku.

"Berciuman dengan mulut tentu saja menjijikkan," ujarnya selanjutnya.

"Kenapa?" Tanyaku penasaran, sepertinya aku terlalu cepat untuk membuka mulutku.

"Mereka menggunakannya untuk makan," aku memutar mata kesal. Oh, ya aku tahu itu, tetapi tidak bisakah ia melihat sisi romantis dari itu? Ku pikir ia merupakan tipe pria seperti itu, karena saat itu ia pernah mengatakan jika pria harus mengantar wanita, dan bukankah itu merupakan tipikal seorang romantis? Lalu mengapa ia tidak berpikiran tentang itu mengenai sebuah ciuman?

"Dan kau juga tidak tahu apakah dia menggosok giginya dengan baik atau tidak." Demi Tuhan, aku begitu menyukai Travis, tetapi aku tidak tahu mengapa aku tidak bisa memahaminya dan berbicara dengannya.

"Argumenmu benar-benar logis, tetapi bagaimana jika dengan berciuman kau melupakan semua itu? Karena hal itu terlalu menyenangkan untukmu?" Balasku kembali mencari tahu alasan yang paling bisa diterima oleh otak dangkalku ini.

"Apa bagimu berciuman menyenangkan?"

Mendengar pertanyaan itu, seketika itu juga memukulku begitu keras. Ugh, apakah berciuman menyenangkan? Mungkin iya... ketika kau melakukannya dengan orang yang tepat. Sebenarnya aku bahkan tidak bisa menjawabnya dengan pasti. Ciuman pertama ku kulakukan dengan Steve. Aku tidak tahu apa aku benar-benar menikmatinya kala itu, yang ku tahu, Steve adalah kekasihku, pria pertama yang menarik perhatianku dengan tingkah lucu dan menyenangkannya, tetapi sekarang dia berbeda... dan apa pun yang terbayang tentang dirinya saat ini hanyalah ciuman paksaan yang dilakukannya padaku, membuatku dapat menimbang pendapat Travis soal itu. Menjijikkan. Mungkin kata itu memang tepat untuknya.

Travis Mason [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang