Ch. 98 - Gadis Tanpa Pembatas

Mulai dari awal
                                    

Dan di detik-detik terakhir sebelum mereka mencapai pintu keluar itu, sebuah bayangan melewati mereka dan dari atas langit terlihat gadis itu mulai turun dengan kecepatan yang sangat tinggi, membuat wajah dua pemuda yang melihat itu menjadi semakin pucat.

Boom!

Gadis itu mendarat di depan mereka dan mengangkat kabut debu tebal, menghentikan larian mereka berdua.

Leinn dan Roland langsung memutar badan mereka dan berniat berlari ke dua arah yang berbeda-

"Ghe-!"

"Agh-!"

Dua tangan putih melesat keluar dari kabut debu itu dan melilit leher mereka berdua, menarik mereka ke dalam kabut debu itu.

"Leinn! Roland!"

Dan pemilik tangan itu meneriakkan nama mereka dengan penuh semangat, sambil memaksa tubuh mereka berdua ke dalam pelukannya.

"Hey..."

"Ya..."

Dua jawaban lemah keluar dari dua pemuda yang tidak bisa mengeluarkan tenaga untuk melawan perempuan di depan mereka itu, dan hanya bisa membiarkan itu terjadi saja.

Aura dan Adeline akhirnya sampai bersama sekelompok murid lain dan guru-guru dari aula itu dan menemukan pemandangan yang sedang terjadi di depan pintu gerbang akademi mereka.

"Lei-"

"Rola-"

Mereka semua menemukan dua pemuda dengan perban yang mulai terlepas dari tubuh mereka itu sedang berada di dalam pelukan gadis berambut putih itu tanpa memberikan perlawanan sedikitpun.

Ekspresi gembira murni juga dapat terlihat di wajah gadis itu, diikuti dengan senyuman canggung di wajah dua pemuda di pelukannya yang melihat itu.

Pelukan itu berlangsung cukup lama, melihat tidak ada satupun orang yang berniat memisahkan mereka.

Aura hanya melihat itu terjadi dengan tatapan bingung, lalu menjadi khawatir ketika menoleh ke sampingnya. Karena dia menemukan Adeline yang mematung di tempat, dengan ekspresi kosong tanpa melepaskan pandangannya dari tiga orang itu.

Murid-murid dan guru-guru juga yang ada disana menjadi salah tingkah dan tidak tahu harus berbuat apa, yang akhirnya memilih untuk berdiri di samping sebagai pengamat saja.

Jadi itu terjadi cukup lama, bahkan melewati beberapa menit.

"Hm...?"

Sampai akhirnya, gadis itu sendiri yang bereaksi pertama.

"Leinn? Roland?"

Menyadari ada yang aneh dengan keadaan dua pemuda itu, gadis itu melonggarkan pelukannya.

Thump...

Dan tubuh dua pemuda itu jatuh begitu saja ke tanah, tidak bergerak lagi.

"...?!"

Kali ini, sebagian besar dari orang disana menjadi sangat terkejut. Aura dan Adeline juga langsung tersadar dan mulai berlari mendekati mereka secepat-

"TIDAK...!"

Teriakan gadis berambut putih mengejutkan mereka berdua dan membuat mereka terhenti sesaat. Sesaat itu adalah waktu yang cukup untuk gadis itu untuk meraih dua tubuh...

Boom...!

...mengangkat dua tubuh pemuda itu dan mulai berlari ke arah bagian dalam akademi, ke arah Pusat Kesehatan sambil meninggalkan kabut debu di belakangnya.

"Ah..."

Dan dalam sekejap itu juga, mereka bertiga sudah tidak terlihat lagi.

"H-hey!"

Mereka menyadari kecepatan lari yang tidak masuk akal dari gadis itu dan mulai berlari untuk menyusul mereka juga. Selama pengejaran mereka itu, Aura dan Adeline menyadari ada yang aneh dengan kondisi Leinn dan Roland barusan.

"Bagaimana mereka bisa... kehilangan kesadaran semudah itu?"

Adeline menoleh ke arah Aura saat mendengar itu, karena dia juga memikirkan hal yang sama.

Mereka berdua tidak yakin gadis misterius yang seumuran dengan mereka itu memiliki kemampuan untuk menahan dua pemuda itu dan memeluk mereka sampai mereka kehilangan kesadaran.

Antara memang gadis itu memiliki kemampuan setinggi itu, atau...

"Mereka berdua... benar-benar masih terluka?"

...

Asumsi semua orang yang melihat arah gadis berambut putih itu berlari memang tidak salah, melihat dia sudah hampir mencapai bangunan Pusat Kesehatan yang berdiri di bagian dalam Akademi Red Dawn.

Tetapi tujuan sebenarnya darinya bukanlah bangunan itu sendiri, melainkan seseorang yang sedang ada di dalam bangunan itu.

Bham!

Dengan sekuat tenaganya dia meloncat melewati pintu masuk bangunan putih itu dan langsung menemukan orang yang dicarinya, berdiri dan berbicara dengan salah satu perawat yang bekerja disana.

Dia langsung merubah arah lariannya dan terlihat seperti akan menabrak tubuh pria yang sedang memunggunginya itu.

"Kak-!"

"Berisik!"

Sebelum gadis itu bisa menyelesaikan panggilannya itu, orang itu sudah menoleh dan menangkap kepala gadis yang hampir menabraknya itu dengan tangan kirinya.

Dalam sekejap itu juga semua energi lariannya hilang tanpa bekas dan hanya menyisakan-

Bwoosh!

"Kya...!"

Suster yang berdiri di samping orang itu berteriak kaget ketika merasakan terpaan angin kencang yang menghantam wajahnya.

Sekarang pemandangan di lobi utama itu adalah seorang pria berambut hitam yang sedang menggenggam kepala gadis berambut putih yang sedang menjepit dua pemuda di kedua sisi pinggangnya.

Pemandangan yang aneh.

Returning Humanity : Menyangkal Takdir KehancuranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang