Ch. 59 - Beban Pikiran

Start from the beginning
                                    

Leinn berbalik dan berjalan meninggalkan lawannya yang sedang berusaha menggali keluar Contracted Beast-nya dari lantai batu itu.

Dia akhirnya sampai di tempat duduknya dan menemukan Aura menatapnya dengan ekspresi cemas.

"A-apa Clear baik-baik saja?"

Leinn terlihat tenang dan duduk di sampingnya dan meletakkan Clear di pangkuannya. Dia juga meletakkan tangannya di atas Clear dan berbicara pelan.

"...dia sudah bangun"

"E-eh?! Kapan?"

Leinn menoleh dan menatap Aura disampingnya.

"Kemarin, ketika aku sedang berlatih dengannya"

Aura menunjukkan ekspresi bingung sesaat lalu menyadari sesuatu hal dari pertarungan yang baru selesai itu. Gerakan Leinn yang mulus, Clear yang memantul dan mendarat kembali di tangannya setelah setiap serangan, dan sebuah Finisher.

Leinn telah berlatih menggunakan Clear sebagai sebuah peluru selama beberapa hari ini!

"Tepat setelah aku sedang menyempurnakan Finisher kami, dia tersadar dan memberitahuku kondisinya"

"H-huh..."

Aura terpaksa mendorong mundur perasaan anehnya ketika melihat Leinn tidak berniat membahas latihannya dengan lebih detil.

"Aku cukup yakin dia akan bangun penuh besok atau paling lama lusa"

"Oh..."

Percakapan mereka berhenti disana.

Aura sebenarnya masih mempunyai beberapa pertanyaan dan juga ada beberapa hal yang sedang sangat mengganggunya, tetapi dia merasa tidak ingin mengganggu Leinn dengan masalahnya.

Jadi dia hanya mengelus kepala Rufus di sampingnya sambil menatap Leinn disampingnya.

Leinn hanya duduk disana sambil menatap ke depan dengan ekspresi serius, tetapi perhatiannya terlihat sedang tidak ada pada pertarungan di depannya.

Dia terlihat sedang merenungkan sesuatu.

...

"Om nom nom..."

"Nom...nom..."

"Hoh nom..."

"..."

Aura berjalan perlahan di belakang sebuah kelompok aneh di depannya.

Seekor gorila hitam-putih dengan buah di tangan kanannya dan lebih banyak buah yang sama di tangan kirinya, seekor serigala yang sedang mengunyah daging goreng sebesar separuh tubuhnya dan pemuda berambut hitam yang sedang mengunyah daging yang sama di tangan kanannya.

Mereka semua sedang berjalan melewati taman utama yang berada di tengah akademi.

"Leinn..."

Mereka berempat baru menyelesaikan makan malam mereka dari kafeteria, yang menjadi pemandangan sendiri melihat tiga makhluk kelaparan itu melahap gunungan makanan dalam waktu singkat.

Sebagai tradisi akademi ini, murid baru bisa makan dengan gratis selama turnamen dan festival setelahnya di kafeteria utama.

Leinn yang mendengar informasi baru itu langsung berlari meninggalkan Isaac yang sedang menyelamati delapan orang yang tersisa dari kelompok hari ini sambil menarik Aura.

Basalt dan Rufus terlihat menikmati ukuran baru mereka yang menjadikan setiap makanan mereka selalu lebih besar dari sebelumnya, mengingat ukuran biasa mereka yang tidak kecil.

Hal ini ditambah kesempatan makan sepuas mereka itu, membuat separuh persediaan makanan kafeteria untuk makan malam hari ini berhasil dihabiskan oleh mereka bertiga.

Aura hanya bisa duduk canggung sambil menghabiskan makanannya di samping mereka. Dia juga meminta maaf pada personil kafeteria yang menjadi sibuk memasak porsi baru dengan bahan makanan untuk hari berikutnya.

"Kalian..."

Untung saja mereka tidak marah dan hanya menggelengkan kepala mereka sambil tersenyum. Kelihatannya kepala koki mereka juga terlihat senang ada yang begitu menyukai masakannya.

"Hmf?"

"Hofh?"

"Rufh?"

Aura hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat dua Beast dan satu manusia ini menunjukkan ekspresi tidak bersalah yang sama.

Dia juga menyadari sifat Rufus saat mendapat makanan itu menjadi identik dengan Leinn dan Basalt.

Rufus terlihat menelan tulang di mulutnya lalu menerima daging berikutnya dari Leinn yang juga baru saja menelan tulang di tangan kanannya.

Aura juga melihat Leinn masih membawa empat paha Yellow Chicken Goreng di tangan kirinya.

"Hah..."

Aura juga sudah menyadari Leinn memakan daging ayam itu sampai ke tulang-tulangnya, kebiasaan yang diikuti oleh Rufus di sampingnya.

Mereka terus berjalan tanpa adanya percakapan, hanya suara tiga kunyahan, dan yang Aura mulai membuka dan memakan permen yang diterimanya dari personil kafeteria sebelumnya.

Mereka berempat akhirnya sampai di tempat beristirahat sementara untuk murid baru itu.

Leinn lalu berhenti dan terlihat berniat pergi ke tempat lain.

"Sampai besok"

Dia mulai berjalan meninggalkan mereka.

Basalt kembali ke ruangannya sendirian dan tidur terlebih dulu, dia cukup lelah setelah pertarungan di siang hari itu.

Aura dan Rufus kembali ke kamar mereka juga.

Serigala itu langsung berbaring di lantai dan tertidur, rasa kenyangnya itu membuatnya mengantuk.

Sedangkan Aura berbaring di kasurnya dan mencoba tidur, beristirahat untuk pertarungannya besok.

"..."

Pertarungannya besok, memikirkan hal itu membuat pikirannyanya mulai dipenuhi oleh berbagai hal negatif lagi.

Ditambah dengan informasi yang diterimanya disaat berpisah dengan Roland dan Adeline di tempat lapangan latihan di siang hari ini.

Setelah berguling di bawah selimutnya selama beberapa menit, akhirnya Aura kembali membuka matanya.

Returning Humanity : Menyangkal Takdir KehancuranWhere stories live. Discover now