nginep nih?

29K 1.8K 27
                                    

Rheyna kembali ke rumah Alvano dengan sebuah paper bag digenggamannya. Alvano melangkah masuk kedalam kamar kedua anaknya dan terlihat mereka yang sedang bermain.

“Sayang”panggil Alvano pada kedua anaknya.

Enzi dan Aileen sontak menoleh, “papa udah pulang”ucap Aileen lalu berlari berhambur ke pelukan Alvano.

“KAKAK MAMA!”Enzi berteriak lalu memeluk Rheyna yang masih berdiri diambang pintu.

Rheyna mengusap puncak kepala Enzi dengan wajah yang memerah. Panggilan ‘kakak mama’ yang dibuat Enzi sungguh membuatnya malu.

“Kakak gak jadi pulang, kan?”tanya Enzi.

“Kak Rhey nginap disini, Enzi sama Ai harus berbagi kamar sama kak Rhey ya”ucap Alvano.

Enzi mengangguk antusias, “kakak mama boleh bobo dikasur Enzi”

“Dikasur Ai aja”ucap Aileen.

“Kasur Ai sempit, gak cukup untuk berdua”jawab Enzi.

“Tapi kasur Enzi juga sempit, sama kayak punya Ai”ucap Aileen.

“Kenapa bertengkar? Kalau kalian bertengkar maka kak Rhey akan tidur dikamar papa”timpal Alvano.

Aileen dan Enzi sontak membulatkan kedua matanya lalu tersenyum.

“Kalau gitu Enzi dan Ai juga akan tidur dikamar papa  yeaaaaaay”ucap Aileen lalu berlari kearah Enzi dan Rheyna.

Enzi dan Aileen menarik Rheyna masuk kedalam kamar milik Alvano meninggalkan si pemilik kamar.

“Ajaib”gumam Alvano lalu berjalan mengikuti kedua anaknya.

Alvano masuk kedalam kamar dan Rheyna sontak menoleh kearahnya dengan canggung. Sedangkan Enzi dan Aileen sibuk mengatur posisi tidur mereka.

“P-pak..maaf tapi saya tidur diluar aja”ucap Rheyna.

“Gak usah, kamu tidur disini aja sama mereka biar saya diluar”jawab Alvano.

“Papa bobo disini juga! Papa gak boleh bobo diluar”ucap Aileen.

“Aileen tapi---”

“Iya sayang, papa tidur sama kalian disini”Alvano dengan cepat memotong ucapan Rheyna.

Pukul 8 malam Rheyna sudah rapi dengan piyama miliknya lalu berjalan menuju kasur dimana kedua anak Alvano sudah menunggunya untuk membacakan sebuah dongeng. Alvano sendiri sedang berada diruang kerjanya membiarkan mereka mengobrol.

“Hal yang sangat langka, Enzi tiba-tiba sangat ekspresif dan banyak bicara pada orang asing”gumam Alvano.

“Dia benar-benar menyukai Rheyna sejak pertama mereka bertemu”lanjutnya.

Pikirannya begitu bercabang. Selama ini belum pernah ada orang yang bisa membuat Enzi sangat ekspresif seperti ini, bahkan dirinya sendiri tidak bisa membuat Enzi selincah itu dan sesenang itu.

Melihat bagaimana Rheyna bersikap baik kepada kedua anaknya dengan tulus pun membuat Alvano semakin menyukainya. Rheyna memang berbeda dari Kirana, Sintya maupun Marshella, mantan istrinya. Sangat berbeda.

Satu jam berada didalam ruang kerjanya hanya untuk memikirkan hal-hal seperti itu memang membuat kepala Alvano semakin berat. Pada akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kamar dan memilih untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

Matanya menghangat saat melihat Rheyna bersama kedua anaknya sudah tertidur dengan buku dongeng yang berada dipelukan Rheyna. Dengan perlahan Alvano mengangkat tangan Rheyna lalu menarik buku dongeng tersebut dan menyimpannya dinakas.

Melihat posisi tidur Rheyna yang sangat tidak nyaman itu membuat Alvano ingin membenarkannya, tapi belum sempat ia menyentuh, Enzi sudah bergerak memeluk tubuh Rheyna dengan sangat erat dan mata terpejam.

“Papa akan melakukan yang terbaik”gumam Alvano sambil mengusap puncak kepala Enzi.

-

Keesokan paginya Enzi terbangun lebih dulu lalu mendongak menatap Rheyna yang masih terlelap. Ia pun beringsut lalu mengecup singkat pipi Rheyna.

“Enzi, sedang apa?”tanya Aileen.

“Sssttt, jangan berisik! Ayo ikut aku keluar, Ai”ucap Enzi setengah berbisik.

Aileen mengangguk lalu menggeser tubuhnya untuk turun dari kasur. Enzi berlari kecil lalu menepuk punggung Alvano hingga papanya itu terbangun.

“Kenapa, Zi?”tanya Alvano dengan suara serak.

Enzi beringsut lalu mendekatkan dirinya ke telinga Alvano, “papa geseran bobonya”

Alvano yang masih mengantuk dan tidak begitu sadar pun hanya menuruti perkataan anaknya untuk lebih bergeser ke tengah lalu kembali terlelap.

Enzi tersenyum lalu menarik Aileen untuk keluar dari kamar itu menuju ruang keluarga dan menonton televisi bersama.

Rheyna terbangun saat merasakan deru napas hangat yang menerpa puncak kepalanya dan juga benda yang cukup berat di bagian pinggangnya. Matanya sontak membulat saat menyadari Alvano tertidur sambil memeluknya. Ia segera bangkit dan menyingkirkan tangan Alvano dari tubuhnya hingga membuat Alvano ikut terbangun.

“Ada apa?”tanya Alvano dengan suara seraknya.

“B-bapak.....”

‘Ah udah lah lupain aja’-lanjut Rheyna dalam hati.

“Saya harus pulang sekarang”ucap Rheyna lalu bangkit mengambil paper bag berisi baju yang ia pakai kemarin lalu membawanya kedalam kamar mandi.

Jantungnya berdetak sangat cepat membuat Rheyna dengan panik menetralkannya didalam kamar mandi. Alvano hanya diam memperhatikan pintu kamar mandi yang tertutup dengan perasaan bingung karena dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada Rheyna.

Selesai mandi Rheyna segera menghampiri kedua anak Alvano yang masih menonton televisi.

“Kalian kenapa gak bangunin kakak tadi?”tanya Rheyna pada Enzi dan Aileen.

“Enzi yang mpphh---”

“Enzi tadi buru-buru pengen nonton tayo, jadi gak bangunin kakak mama”ucap Enzi dengan salah satu tangan membekap mulut Aileen.

Rheyna menghela lalu menurunkan tangan Enzi dari mulut Aileen dan ikut duduk disofa bersama mereka.

“Kalian mau sarapan apa? Kakak gak bisa masak”tanya Rheyna.

“Ai sama papa suka sarapan bubur”jawab Aileen yang diangguki oleh Enzi.

Seketika pikiran Rheyna kembali pada kejadian tempo hari ia bertemu dengan Alvano dan kedua bocah cilik ini digerobak jualan milik mang Iman.

“Eum...Enzi sama Aileen gak mandi?”tanya Rheyna.

“Ai dimandiin sama papa”jawab Aileen.

‘Woow, dibalik dinginnya dia ternyata dia sayang banget sama anak-anaknya..bahkan sampai mau mandiin, padahal orang tua laki-laki kebanyakan gengsi?’-batin Rheyna.

“Kakak mama mau mandiin Enzi sama Ai?”tanya Enzi.

Rheyna tertegun dengan kedua alis terangkat, “emangnya gak papa? Nanti papa marah gak?”

“Enggak kok, ayok kakak mama mandiin Enzi”jawab Enzi sambil menarik tangan Rheyna untuk bangkit.

Rheyna menuntun kedua anak itu untuk masuk kedalam kamar mereka lalu memandikan mereka berdua secara bergantian.

Saat bertemu dengan Enzi untuk pertama kali Rhenya memang sudah sangat tersentuh karena tingkahnya yang sangat menggemaskan. Lalu sekarang ia dibuat tersentuh lagi dengan sikap Alvano kepada kedua anaknya yang terlihat sangat baik.

Duda LoversWhere stories live. Discover now