maaf

9.5K 673 14
                                    

Satu minggu berlalu, selama itu Aileen dan Enzi tinggal dirumah Rheyna karena kesibukan Alvano yang padat. Selama itu juga Alvano tidak menemui Rheyna atau sekedar meminta maaf.

Pagi ini kedua anak Alvano yang sangat menggemaskan itu sedang bersiap untuk pergi jalan-jalan bersama Rheyna dan Clara karena hari ini weekend, jadi ada jesempataan Clara untuk menjenguk kedua keponakan nya.

"Kak Ara, tolongin Ai pakai sepatu"ucap Aileen.

"Ai belum pakai sepatu?"tanya Clara yang sudah sangat rapi.

"Belum kak Ara, Ai gak bisa ikat talinya"jawab Aileen dengan nada merengek.

"Yaudah sini kak Ara pasangin, tapi gak usah ngerengek gitu dong nanti bedak yang Ai pakai luntur"ucap Clara sembari berjongkok dihadapan Aileen.

"Luntur itu apa?"tanya Aileen.

"Jatuh"jawab Clara cepat.

"Jatuh?"

Clara tidak menggubrisnya sambil terfokus mengikat tali sepatu Aileen.

"Udah siap, Ra?"tanya Rheyna yang baru saja keluar dari dalan kamarnya.

"Udah nih kak"jawab Clara sembari bangkit.

"Makasih kakak Ara"ucap Aileen dengan nada yang sangat manis.

"Yuk berangkat!"ucap Enzi histeris.

Setelah bersiap mereka berempat pun segera berangkat. Tujuan pertama mereka adalah sebuah taman bermain yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal Rheyna, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan menggunakan taksi online menuju mall terdekat.

"Kak habis ini kakak pulang ke rumah abang gak?"tanya Clara ditengah kesibukan mereka memperhatikan Aileen dan Enzi bermain disekitaran tempat bermain yang ada di mall.

"Gimana ya Ra? Kakak sih pengennya pulangin anak-anak ke rumah abang karena mereka juga udah sibuk nanyain papa nya terus, tapi kakak juga takut kalau nanti kakak ke rumah abang, mood abangnya belum membaik..apalagi kalau ninggalin mereka disana, bisa jadi bahan pelampiasan marahnya abang lagi nanti...kan kasihan, mereka gak tahu apa-apa"jawab Rheyna.

"Iya juga sih, aku juga udah seminggu ini tiap teleponin abang gak diangkat-angkat"

"Iya Ra, makanya sekarang kakak jadi jhawatir sama anak-anak kalau kakak pulangin"ucap Rheyna.

Clara mengangguk lalu tersenyum sambil mengusap pundak Rheyna.

Ia jadi membayangkan jika sang kakak yang sekarang ada diposisi Rheyna, mungkin ia juga akan melakukan hal yang sama.

Selesai dengan segala permainan, mereka pun akhirnya memutuskan untuk pulang dengan mengantar Clara sampai rumahnya terlebih dahulu.

"Kak, makasih banyak ya"ucap Clara sebelum turun dari mobil.

"Kakak yang harusnya terimakasih sama kamu Ra, salam buat mama papa ya"jawab Rheyna.

"Oke kak, daah...Ai, Enzi kakak pulang dulu ya"ucap Clara pada Aileen dan Enzi.

"Dadah kak Ara"jawab mereka bersamaan.

Setelah itu Clara turun dari mobil dan segera masuk kedalam rumahnya. Rheyna, Aileen dan Enzi pun melakukan perjalanan kembali.

"Mami, kita mau ketemu papa kan?"tanya Aileen.

"Iya sayang, tapi nanti mami antar sampai pintu aja ya..Ai sama Enzi masuk sendiri kedalam"jawab Rheyna.

"Kenapa mami?"tanya Aileen.

"Enggak apa-apa sayang, mami cuma buru-buru aja mau ke tempat tante Lea"ucap Rheyna berbohong.

"Tapi tadi mama bilang mau antarin ketemu papa"ucap Enzi.

"Iya sayang ini kan mama antarin, tapi mama gak bisa masuk kedalam rumah, mama antar sampai pintu depan aja ya"jawab Rheyna.

"Enggak mau! Mama juga harus masuk kedalam"ucap Enzi sembari memukul paha Rheyna diikuti oleh Aileen.

"Sayang...yaudah iya iya mama ikut masuk juga"Rheyna pada akhirnya pasrah.

Sesampainya mereka didepan pagar rumah Alvano, Rheyna menarik napas cukup panjang. Ia sebenarnya takut dan tidak ingin lagi bertemu dengan Alvano setelah kejadian terkahir kali mereka bertengkar.

Ceklek

Pintu utama terbuka, memperlihatkan ruang tengah yang sangat sepi. Mereka berjalan masuk kedalam rumah dan menghentikan langkah didekat pintu dapur.

Sosok Alvano sedang berdiri disana, dengan setelan kemeja yang lusuh, kusut dan air wajahnya pun terlihat semakin kacau.

"Papa"teriak histeris kedua anaknya sembari berlari memeluk Alvano.

Karena terkejut, Alvano langsung membalikan tubuhnya dan menatap kearah Rheyna.

"Papa, Ai rindu papa"ucap Aileen sembari memeluk erat kaki Alvano.

"Enzi juga"tambah Enzi.

Alvano mengangkat ujung bibirnya sedikit lalu menatap kembali kearah Rheyna.

"Rhey--"

"Aku kesini cuma mau antar mereka pulang, mereka kangen sama kamu"sela Rheyna.

"Rhey---"

"Setelah ini aku juga pulang kok, mas tenang aja---"Rheyna menyela ucapan Alvano lagi.

"Maafin mas, Rhey"

Rheyna tertegun saat perkataan itu keluar dari bibir Alvano. Jantungnya pun berdetak sangat kencang saat pandangan mereka bertemu.

Menurut Rheyna, penampilan Alvano sudah sangat kacau sekarang, kantung mata yang sangat hitam, bibir yang kering, dan badan yang terlihat sedikit kurus.

"Enggak apa-apa mas, aku yang salah kok, kalau gitu aku pamit"ucap Rheyna lalu berbalik.

"Rhey"
"Mama"Enzi berteriak sembari mengejar Rheyna.

"Mama jangan pergi"

Mendengar itu Alvano hanya diam. Ia berharap Enzi bisa membujuk Rheyna agar mau tinggal lebih lama dirumahnya.

"Kenapa, sayang?"tanya Rheyna sembari berjongkok dihadapan Enzi.

"Mama disini aja"ucap Enzi.

"Gak bisa sayang, mama harus pulang..Enzi sama Ai aja yang disini ya"jawab Rheyna.

"Tapi Enzi mau bobo sama mama"ucap Enzi dengan nada lirih.

Rheyna menghela, "lain kali ya sayang, hari ini belum bisa"

"Mama kenapa sama papa?"tanya Enzi.

"Enggak ada sayang, mama lagi banyak urusan aja diluar"jawab Rheyna.

Setelah berucap demikian Rheyna beringsut mengecup kening Enzi lalu berbalik pergi tanpa berpamitan lagi.

Melihat kepergian Rheyna, Alvano hanya bisa terdiam. Ia tidak bisa berbuat banyak karena dirinya sendiri pun sudah tidak kuat untuk berbicara lebih lama dengan Rheyna.

Duda LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang